𖣀 Chapter 1: Misi di Hari Pertama Sekolah

42 18 51
                                    

Kalian bisa tinggalkan jejak berupa voment ★💬 sebagai dukungan, terimakasih ....

Happy Reading^^

*****

Pukul 05.50

Tampak Dira bersiap-siap berangkat sekolah. Dia mulai memakai tas punggungnya, gadis itu bangun lebih awal berkat Gilang yang tidak henti menelponnya jam 4 pagi tadi.

“Mba Dini, lo nggak siap-siap pake sepatu atau apa kek gitu? Lo nggak nubruk bangku? Ini kan taun pelajaran baru,” ujar Dira acuh tak acuh pada kakaknya yang hanya selisih 1 tahun.

“Gue udah nubruk bangku kemaren. Lagian taun lo aneh banget, hari Senin-nya malah nggak masuk ke kelas, Selasa-nya baru masuk kelas,” respon Dini tidak paham.

Dira sebenarnya sedikit heran juga, “Iya Mba, gue juga bingung. Kemaren itu semua murid baru dijadiin 1 di lapangan teduh, hmph ... dicampur gitu Mba. MIPA IPS BAHASA semuanya dicampur, kaya Es Campur lah pokoknya.”

Dini mendengus, “Gue nggak pengen tau juga sih .... Tapi ya Dir berangkatnya nggak jam segini juga tetep dapet bangku kok. Model-model gini nih pasti mau nubruk bangku deretan tengah bawah kipas kan?” terka Dini.

Dira cengengesan, “Lo tau aja sih Mba …” ucapnya.

“Ya, taulah gue kan juga,” ujar Dini.

“Dih, gue kira kagak lo. Assalamu’alaikum, bye kakak pekok,” ucap Dira melangkah pergi.

“Wa’alaikumsalam, berani lo bilang kaya gitu ke gue huh!” sahutnya.

◍◍◍

Dira berjalan menuju tangga darurat. Percuma jika naik lift kalau dia tinggal di lantai 2. Toh, itung-itung untuk olahraga juga.

Dengan cepat kakinya bergantian menuruni anak tangga. Hingga akhirnya gadis itu sampai di lantai dasar.

Dira berjalan santai di sana, “Akhirnya ... gue SMA, katanya masa-masa SMA, masa-masa paling menyenangkan. Iya gak ya?” gumam Dira.

“Peri Gila, apa kabar?” sapa seorang gadis berkerudung seraya merangkul Dira hangat dari arah belakang.

Dira menoleh ke arahannya, “Oh, Gadis Cermin. Baik kok ... lo gimana?” ujar Dira pada gadis itu, gadis yang dijuluki sebagai Gadis Cermin.

“Alhamdulillah baik juga.”

“Akhila, lo ke lantai dasar pasti naik lift,” terka Dira tiba-tiba.

“Yaiyalah Dir,” ucap Akhila sedikit heran.

Dira mencebil ke arah Akhila, “Nggak sehat lo. Kaya gue dong, gue ke lantai dasar lewat tangga darurat,” celetuk Dira merasa bangga, sangat terlihat dari raut wajahnya itu.

“Jangan samain aku sama kamu dong! Apartemen aku di lantai paling atas, nggak mungkin ke lantai dasar pake tangga darurat! Bisa-bisa aku nggak jadi sekolah!” ujar Akhila, langsung menyatakan fakta.

Dira menatap Akhila dengan senyum merendahkan, “Gaya lo!”

“Siapa yang gaya!!! Aku kan ngomong FAKTA,” ujar Akhila.

Dira terkekeh, “Iya iya,” respon Dira seraya tertawa. “Tumben lo jam segini udah nongol?” heran Dira pada Akhila.

Gadis berkerudung itu cengengesan, “Iyalah Dir, aku kan Akhila ....”

Dira memutar bola matanya, “Itu nggak jelasin kenapa lo nongol pagi-pagi Khil …” balasnya malas.

Gadis itu tersenyum menatap Dira, “Soalnya aku punya misi penting di sekolah baru hari ini Dir,” ucapnya membuat Dira penasaran.

𝐑𝐄-𝐌𝐀𝐉𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang