Chapter 6: Minta Maaf

17 6 7
                                    

Kalian bisa tinggalkan jejak berupa voment ★💬 sebagai dukungan, terimakasih ....

Happy Reading^^

*****

Setelah sampai di luar gedung apartemen mereka tinggal, motor Feno berhenti di tempat parkir yang sudah disediakan untuk para penghuni apartemen.

Langsung saja Dira turun dari motor Feno saat motornya sudah benar-benar berhenti. Cewek itu langsung pergi meninggalkan Feno sendirian.

Dira tak mengucapkan sepatah katapun, bahkan hanya untuk berkata TERIMAKASIH.

Feno yang sadar akan kelakuan cewek itu tampak mendengus kesal, "Eh, harusnya lo bilang makasih."

"Sama-sama," sahut Dira tak menghentikan langkahnya untuk pergi menjauh dari cowok itu.

◍◍◍

Dira berjalan di dalam gedung apartemen, langkahnya tergesa-gesa. Tak lupa dia memegangi roknya yang longgar dengan kencang.

"Dira ..." panggil seseorang sebelum langkah Dira mulai menapaki anak tangga satu-persatu di hadapannya.

Cewek itu menoleh, melihat sekelilingnya mencari sumber suara, "Kaya suara bang Tuyel. Tapi orangnya nggak ada, wah udah modar kali dia," gumam Dira kejam dan tak berperasaan.

"Dir, kayanya kamu butuh tali rapia. Nih Bang Tuyel kasih. Gratis," ucap Bang Tuyel yang yang tadi melihat Dira seperti kesusahan dengan roknya.

Dira menatap horor sosok Tuyel yang kini ada dihadapannya, "Au ah", respon Dira, dia langsung kembali melakukan kegiatan yang seharusnya dari tadi dia lakukan.

"Si Dira galak bener," ucap Tuyel.

Dalam hati Dira memaki sosok Tuyel. Kenapa dia memberikan tali rapia itu saat dia tak membutuhkannya lagi?! Kenapa tidak sejak pagi?! Kenapa?!

Tak terasa dia kini berada di lantai 2. Memaki Tuyel dalam hati membuat waktu terasa singkat.

Dira berjalan menuju apartemennya. Matanya tiba-tiba tertuju pada sosok Dini yang ternyata sudah pulang lebih awal dari pada dia.

Cewek itu menyandarkan punggungnya di tembok pinggir pintu masuk apartemen mereka dengan tatapan lesu.

"Mba, lo kenapa?" tanya Dira seraya mendekat dan malah hendak membuka pintu apartemen itu.

"Gue laper," ujarnya lesu.

Dira menekan gagang pintu, "Kalo laper ya makan. Emang mami masih marah? Dia nggak bisa kali marah-marah sama kita lebih dari sehari," ujar Dira seraya mendorong pintu tersebut.

Dini menghela napas berat, membuat Dira mengurungkan niatnya untuk melangkah masuk menuju apartemen.

"Dia maafin kita ... tapi dia belum izinin kita makan sampe lo bertanggung jawab atas apa yang lo lakuin. Ini berkaitan sama lo yang ngelempar Cici sembarangan dan kebetulan si Cici marah dan nyakar idung Feno," jelas Dini panjang lebar.

"Hah?"

Dira tampak enggan menerima perkataan Dini, dia tak percaya. Langsung saja cewek itu masuk ke dalam apartemen-nya.

"Assalamu'alaikum Mami ..." salam Dira.

Dini lagi-lagi menghela napas berat, "Si Dira diomongin susah bener."

"Wa'alaikumsalam. Akhirnya kamu pulang. Nih," sahut Mami. Wanita itu memberikan sesuatu pada Dira saat baru saja menemuinya.

Dira menerimanya ragu-ragu, "Makanan ya Mi?" tanya Dira, sedikit ngeri melihat ekspresi yang akan maminya berikan. Mengingat kejadian kemarin, di mana wanita itu membentak dan mengeluarkan dia dan kakaknya bagai Nenek Lampir.

𝐑𝐄-𝐌𝐀𝐉𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang