Kalian bisa tinggalkan jejak berupa voment ★💬 sebagai dukungan, terimakasih ....
Happy Reading^^
*****
Airin dan Feno saling bergeming sambil membersihkan depan kelas dengan peralatan seadanya.
Airin masih merasa kesal karena Feno mengaku-ngaku sebagai Akhwan, tapi jika dipikir-pikir lagi yang dikatakan Feno benar bahwa Akhwan telah tiada 13 tahun yang lalu, karena Airin melihat tanggal kematian Akhwan di patok kuburannya kemarin. Jika benar Feno adalah Akhwan kenapa dia tidak menjadi Akhwan saja, pikir Airin.
"Heh, Ula lo harus percaya sama gue kalo gue ini Akhwan."
Airin diam saja dan mulai sibuk dengan tumbuhan di pot-pot. "Ula punya gelang persahabatan ula sama Akhwan. Kalo bener kamu dia harusnya kamu punya. Tapi dilihat sekarang, kamu gak pake gelang itu!"
"Oh ... gue pake," jawab Feno.
Airin beranjak berdiri, "Mana? Orang Feno gak pake kok!"
"Gelangnya udah gak muat buat tangan gue, itu kekecilan bikin sakit. jadi gue lilitin di kalung," ujar Feno.
Airin mengernyitkan alisnya. Feno mengeluarkan kalungnya yang tersembunyi dalam bajunya. Sebuah kalung yang merupakan tali hitam dan liontin khas cowok, dililit oleh tali putih. Feno kemudian melepaskan lilitan putih itu yang ternyata adalah gelang persahabatan mereka.
Sudah terlihat kusam, sama seperti milik Airin. Hanya saja milik Feno masih tebal talinya karena tidak keseringan dipakai ditangan. Beda dengan milik Airin yang sudah tipis.
Airin yang melihat itu terkejut bukan main. Jantungnya mendadak berdegup dengan kencang. Apa dia harus percaya pada Feno?
"Kamu bo'ong kan?"
"Gue gak bo'ong gue beneran Akhwan yang lo kenal, ini buktinya."
"...."
"Kenapa sih gak ada yang mau Feno di sini? Lo juga Ula, ibu ayah gue sama aja. Udahlah! Nyerah gue kalo lo gak mau percaya kali ini!
Padahal gue berharap lo bisa jadi orang luar yang menerima gue. Gue pikir lo gak akan masalah kalo gue bukan Akhwan. Gue cuma pengen jadi diri gue yang gue suka, gue capek pura-pura. Padahal gue berharap lebih dan udah seneng pas ketemu sama lo. Ternyata harapan gue sama kenyataan itu sangat bertolak belakang.
Udahlah! Buat apa gue kenang semua masa lalu di mana gue jadi bang Akhwan. Ini, buang aja! Cuma bikin gue muak," kesal Feno sambil membuang gelang persahabatannya dari tempatnya berdiri di lantai 3.
Airin diam saja melihat aksi Feno.
"Airin, kejadian saat ini mending lo lupain. Berharap aja Akhwan lo nemuin lo, karena hal itu nggak akan terjadi. Dan gue juga gak mau punya sahabat yang gak mau menerima gue saat gue gak sesuai sama apa yang diinginkan," ujar Feno final, dia sudah lelah dengan semua yang terjadi, dia tidak bisa selalu bersabar, terus-terusan. Dia tidak mau jadi orang lain lagi!
◍◍◍
Jam KBM selanjutnya dimulai. Bu Heni segera keluar, sementara Feno dan Airin masuk ke dalam kelas. Teman-teman Feno berharap besar bahwa mereka kembali baikan. Tapi ternyata itu tak terjadi, Feno terlihat kesal sekali tampaknya.
Dira geregetan ingin membuat mereka baikan. Kenapa dia jadi merasa kesal juga ya mereka marahan?! Bagi Dira itu menyebalkan.
"Feno, Airin gak mau nerima lo apa adanya?"
"Bodoamat ah, gue udah gak jadi sahabatnya lagi. Sahabat apaan?! Dusta. Bodoh banget gue percaya dia bakal menerima gue apa adanya, cih," jawab Feno.
Airin yang mendengar hal itu mengepalkan tangannya, barusan Feno pasti menyindirnya. Entah kenapa hati kecilnya terus meronta, meminta pada Airin untuk segera menerima sejatinya fakta Feno.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐄-𝐌𝐀𝐉𝐀
Teen Fiction𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬: 𝐂𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐊𝐢𝐭𝐚.𝐁𝟏 || [𝙴𝙽𝙳] 𝘒𝘪𝘵𝘢 𝘵𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘴𝘰𝘢𝘭 𝘵𝘢𝘬𝘥𝘪𝘳, 𝘮𝘦𝘴𝘬𝘪 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨. 𝘕𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘴𝘶𝘮𝘱𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘳𝘢𝘮...