Needed

123 23 2
                                    

Jam 8 malam Han Tae Seok berada di Gym, dia mencari seseorang.

"Ada yang bisa saya bantu sir?" Pak Na bertanya pada Han Taeseok .

"Bagaiman luka anda?" Tanya Han Tae Seok.

"Mulai mengering,tapi masih sedikit basah"

"Kapan terakhir kali anda berubah?" Han Taeseok perlahan mendekat

"Tidak ingat, tapi aku merasa tidak pernah berubah" Pak Na dengan wajah polosnya menjawab.

"Jadi maksud anda, setelah digigit anda tidak pernah berubah?" Han Taeseok mendekati Pak Na sambil melihat luka dileher pak Na.

"Ya sir"

"Bagaimana dengan rasa haus anda?"

"Haus, tapi tidak terlalu buruk"

"Han Taeseok antusias, aku sudah memperhatikan anda sejak kemarin , aku melihat anda tidak terlihat gelisah dan bisa menahan untuk tidak meminum air yang disediakan,anda yakin mendapat luka itu dari orang yang terinfeksi?"

"Iya saya yakin sir, saya sedikit trauma sekarang melihat mereka"

Han Taeseok menjulurkan tangannya yang diperban kearah Pak Na.Walaupun sudah dibersihakan tetap saja perban itu masih sedikit berwarna merah karena darah.

"Saya Han Taeseok"

"Saya Na Soo min" Pak Na tanpa ragu juga menjulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Han Taeseok.

Han Tae Seok tersenyum kecil.

"Apa yang kamu lakukan disini?"
Saebom datang bersama Na Hyun Kyung.

"Mencari kemungkinan kecil" Han Taeseok berdiri tepat didepan Saebom. Lalu pergi meninggalkannya.

"Ya Han Tae Seok" Saebom kesal mendengar jawaban yang ambigu.

"Tunggu" lanjut Saebom sambil pergi mengikutinya.

Han Tae Seok berada di dalam lift. Dia menyandarkan tubuhnya kedinding lift badanya mengarah kepintu lift. Pintu lift hampir tertutup tapi Saebom dengan cepat mengulurkan tangannya kearah pintu lift.

"Sudah kubilang tunggu kan" wajah Saebom merah, dia ikut masuk kedalam lift.

"Aku tidak mendengarmu" Han Taeseok masih dalam posisinya.

"Kenapa kamu mendatangi Pak Na, apa maksud perkataamu?" tanya Saebom, ikut bersandar di sisi dinding kanan lift.

"Apa yang membuatmu begitu percaya diri?" Han Taeseok mengalihkan pembicaraan.

"Maksudmu?" Saebom bingung.

"Kamu pergi kesana kemari tanpa perlindungan atau senjata sama sekali"

Saebom terdiam dia baru menyadarinya.

"Tidak masalah,aku bisa menanganinya"

"Ayo kembali kerumahmu,aku akan menemanimu" Han Taeseok memandang Saebom.

"Aku bisa mengurus diriku sendiri"

Han Taeseok mendekati Saebom ,dan berdiri didepan Saebom, Saebom yang tadi bersandar di dinding lift,kini ikut menegakan badannya sambil memasang wajah kesal.

"Yoon Saebom-sii, Aku benci merasa kawatir,biarkan saya mengantarkanmu"

Saebom terdiam mendengar perkataan Han Taeseok. Dia kini memandang wajah pria yang berada didepannya dengan heran.

"Sudah kubilang aku bisa mengurus diriku sendiri"

"Saat pertama kali tempat ini di karantina, kamu bertanya padaku, apa aku membutuhkan mu, aku jawab iya, aku membutuhkanmu. Dan itu tidak berubah sampai detik ini, jadi tolong jaga dirimu dengan baik"
Han Taeseok melangkahkan satu kakinya lagi kedepan Saebom.

Saebom teringat saat pertama kali apartemen ini ditutup. Dia ingat jelas pertemuan mereka ditaman saat itu.Hari dimana semuanya berubah.

"Dan saat itu Aku masih memberimu pilihan tetap tinggal disini atau tidak,karena aku masih bisa mengandalkan YiHyun untuk berada disisimu. Tapi sekarang aku tidak bisa mengandalkan siapapun lagi untuk bisa menjagamu"Han Taeseok makin serius.

"Letnan Han, aku akan baik-baik saja, dan Yihyun kamu bisa selalu mengandalkan dia untuk menjaga obat yang kamu butuhkan ini" Saebom menunjuk dirinya sendiri bermaksud untuk sedikit menyindir. Matanya tegas mengarah ke Han Tae seok.
Saebom kesal, dia ingin menjauh dari Han Tae Seok, dia ingin mendekatkan dirinya kearah pintu lift, menunggu lift cepat terbuka.
Namun Han Tae Seok menahan tangan kanan Saebom.

"Aku tidak pernah lagi melihat dirimu sebagai obat"

Saebom terdiam menatap Han Taeseok yang masih berdiri menghadap dinding tempat Saebom tadi berada.

Tidak lama pintu Lift pun terbuka.

Yihyun ternyata berada didepan pintu lift. Yihyun melihat tangan Saebom dan Han Taeseok terhubung.

Nafas Yihyun seketika merasa sesak.
Wajahnya terasa panas. Yihyun mencoba menenangkan diri,tetapi suara berisik dikepalanya mulai muncul.

Sedangkan Saebom yang kaget melihat Yihyun, melepaskan tangannya dari genggaman Han Tae Seok, dia dengan cepat menggandeng lengan Yihyun. Dan menyeretnya menjauh dari lift.

Han Taeseok sendiri masih didalam lift, dia melihat Saebom dan Yihyun pergi. Dia kembali tersandar didinding lift. menarik nafas dalam, membiarkan akal sehatnya kembali keotaknya yang sedari tadi hampir tersesat kehatinya.

Pintu liftpun tertutup kembali.

"Apa yang terjadi?" Yihyun berhasil menenangkan dirinya.

"Tidak ada" Saebom sedikit gugup.

"Kamu baik-baik saja?Apa dia menyakitimu lagi?" Yihyun berhenti berjalan, memastikan tidak ada luka pada tubuh Saebom.

"Aku baik-baik saja, kami tidak sengaja bertemu"

"Tapi aku liat kalian tadi ..." Yihyun tidak melanjutkan perkataanya. Ada hal yang menganggunya tapi dia tau dia tidak bisa melewati batas.

"Kenapa?" Saebom menunggu perkataan Yihyun.

"Tidak ada, sudah malam . kita harus kembali" Yihyun tersenyum.

SacrificeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang