- garis penghubung itu mulai terlihat -
#2
Menyebalkan ketika kita dianggap tidak becus menjalankan tugas. Itulah yang dirasakan Luna saat ini. Bagaimana bisa ia terdampar di tempat bernama bumi sekarang? Bagaimana bisa ayahnya dengan tega mengusirnya dari langit? Menghukumnya untuk berada di dunia manusia sampai gerhana bulan berikutnya tiba. Menebus kelalaiannya dengan menjadi manusia. Semua ini karena manusia pengganggu itu.
"Arghhh...!!!"
Luna menarik rambutnya secara kasar. Dia kini tengah berada di halte bus- masih dengan gaun merahnya. Seseorang tengah tertidur di sisi kirinya- Keith.
"Semua ini karenamu" Luna berdiri dan menunjuk-nunjuk sosok yang tengah asik bergelut dengan dunia mimpinya.
Luna mengamati sosok yang tengah tertidur pulas di kursi halte bus. Seorang manusia dewasa berjenis kelamin pria, memiliki tubuh yang kekar dan tinggi, bahu yang lebar serta bermunculan beberapa urat di lengannya memperlihatkan sang pria sering bekerja keras menggunakan tenaganya.
Luna mengetuk-ngetukkan telunjuk kanannya pada dagu sambil mengamati manusia yang masih saja terlelap di depannya.
"baiklah.. nasi sudah menjadi bubur. Sekarang aku harus mencari lauk untuk bubur ini agar dapat kunikmati dengan lahap" Luna menghembuskan nafas kasar.
Perlahan tapi pasti, Luna mendudukkan sosok pria tinggi di depannya. Melepas kemejanya secara kasar- tidak berhati-hati sedikitpun- seolah si empunya tak mungkin terbangun dengan gerakan yang Luna lakukan. Benar saja, sosok pria bertubuh jangkung ini tidak sedikitpun terganggu dalam tidunya, apakah ia tidur atau pingsan?
Baru saja Luna berhasil melepas kemeja pria tersebut, suara seseorang mengagetkannya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya suara tersebut.
Luna memalingkan wajah, menemukan sosok dengan kulit seputih dirinya, dengan pupilnya yang berwarna kehijau-hijauan , pria ini mematap Luna dalam.
Bukannya menjawab, Luna kembali lagi pada aktifitasnya. Kali ini ia mengenakan kemeja tersebut. Mengancingkan satu demi satu kancing kemeja yang ternyata beraroma mint khas milik si manusia. Mengeluarkan rambut panjangnya dari dalam kemeja. Luna mulai mendekat lagi ke arah manusia yang tengah tertidur pulas.
"Luna, apa yang kau lakukan?" sang pria dengan setelan serba putih menahan lengan Luna.
"Aku masih butuh alas kaki" jawab Luna malas sambil menyentakkan tangan dari cekalan sang pria.
Luna berhasil mengambil alas kaki berupa selop dari pria yang tengah tertidur pulas- benar-benar pulas seperti orang mati. Mengenakannya kemudian, meski terlalu besar untuk ukuran kakinya, namun Luna tidak ambil pusing.
"Dia siapa?" tanya pria bersetelan putih pada Luna. Ia telah berada di depan si pria yang tengah tertidur bak orang mati.
"Penyebab aku tak bisa kembali ke langit" jawab Luna datar.
"Apa?" sedikit terbelalak, si pria bersetelan putih tersebut memusatkan pandangan pada Luna yang kini sudah tak lagi berada di depan pria tidur itu.
"Aku akan mencari tempat tinggal, 3 jam lagi matahari akan muncul" alih-alih menjawab Luna justru berucap demikian. Melangkahkan kaki menjauh dari halte.
Sang pria bersetelan serba putih masih berusaha mencerna apa yang terjadi, menatap pria tidur di hadapannya yang seperti tengah berada jauh di alam mimpi. Apa yang sebenarnya terjadi?
"Aro" suara Luna menyadarkan pria bersetelan putih, "jika tidak ingin membantu, lebih baik kembali ke asalmu" lanjutnya.
Melangkah lebar, Aro menyusul Luna dan meninggalkan sosok pria yang tengah tertidur tanpa alas kaki dan hanya mengenakan T-shirt tipis berwarna abu di halte tersebut. Dia pasti akan kedinginan atau habis dimakan nyamuk.
YOU ARE READING
Luna : The Angel of Lunar Eclipse
FantasyLuna, seorang dewi yang ditugaskan untuk turun ke bumi setiap gerhana bulan. Menjaga keseimbangan alam semesta dan mengabulkan satu permintaan manusia setiap malam gerhana bulan tiba. Luna bukanlah dewi si baik hati, dia adalah dewi dengan sikap aro...