#3 LUNA
Fenomena gerhana bulan terjadi setiap dua setengah tahun sekali. Saat itulah Luna turun ke bumi untuk menyelesaikan tugasnya. Luna hanya memiliki kesempatan untuk berkunjung ke bumi tepat ketika gerhana bulan tiba. Meskipun begitu, Luna mengerti dan paham bagaimana dan seperti apa kehidupan di bumi. Ia dapat memantau segalanya dari langit. Sesekali mencebik ketika para manusia-manusia serakah saling menusuk satu sama lain demi sebuah alasan remeh- harta.
Berbeda dengan Luna, Aro adalah dewa langit yang dapat leluasa berkunjung ke bumi dengan sesuka hati. Hal itulah yang menyebabkan Aro bahkan memiliki banyak benda-benda bumi yang dia koleksi. Terkadang Aro membawa beberapa untuk dibawa pulang ke langit, diberikan pada pujaan hatinya- Luna.
"Wow" ucap Luna takjub namun dengan ekspresi datarnya,"Bagaimana kau bisa mendapatkan kendaraan sebagus ini?" tanya Luna setelah memakai sabuk pengaman di dalam mobil yang akan Aro kendarai.
"Kau sudah mulai ingin tahu tentangku?" Aro tersenyum menatap Luna yang tengah berusaha mengaitkan seatbelt-nya.
"Jangan berlebihan, aku bertanya asal" selesai mengenakan sabuk pengamannya, Luna balas menatap Aro di sisi kemudi.
"Kau tahu aku sering berkunjung ke bumi kan? Aku mengoleksi banyak benda-benda ini. Lumayan juga ternyata sekarang berguna." Aro tersenyum menjelaskan, masih di area parkir yang bisa dibilang cukup mewah bagi manusia, namun tidak untuk dewa dewi langit seperti Aro dan Luna.
"Bagaimana dengan ini?" Luna menunjuk apartemen mewah dengan dagunya.
Luna dan Aro berada di area parkir salah satu apartemen mewah di kota Vancouver bagian barat. Entah bagaimana caranya, Aro memiliki properti tersebut dan memberikan Luna salah satu kamarnya.
"Kau tahu? Jika bukan karena kita akan meneruskan tahta ayahmu, aku ingin kita hidup di sini. Hidup layaknya manusia yang saling-"
"Cukup" belum sempat Aro melanjutkan kalimatnya, Luna mengangkat tangannya tepat di depan wajah Aro.
"Berangkatlah, aku butuh tidur. Bangunkan aku ketika sudah sampai" Luna menyamankan diri di kursinya. Meringkuk memegang sabuk pengamannya menghadap pintu.
Aro menipiskan bibir, memperhatikan sang wanita yang telah memejamkan matanya, "kau terlalu bekerja keras" memunculkan atap mobil, membuat mobil sportnya menjadi tertutup agar membuat sang wanita lebih nyaman. Kemudian mulai menyalakan mesin mobil.
Luna memang belum mendapatkan jatah tidurnya semalam. Waktunya ia gunakan untuk berselancar di internet mencari segala sesuatu terkait kehidupan manusia. Dia akan memulai kehidupan barunya sebagai manusia sehingga ia tak ingin setengah-setengah. Bahkan semalam suntuk Luna telah mempelajari buku-buku materi kuliah yang akan sempurna untuk mendukungnya menjadi benar-benar seperti manusia.
***
"Kau masih memikirkan gadis bergaun merah itu atau memikirkan hadiah untuk Peggy nanti malam?" Chulsan mendudukkan diri di depan Keith yang tengah menerawang di dalam kelas hari ini.
Sudah dua hari berlalu sejak kejadian Keith menjadi gelandangan tanpa sebab, sudah dua hari pula Keith menceritakan malaikatnya yang ternyata seorang gadis bergaun merah yang tidak ia ketahui identitasnya.
"Untuk apa aku memberikan Peggy hadiah?" sontak Keith menoleh menatap Chulsan dengan ekspresi tak suka.
"Bukankah kau diundang di acara ulang tahunnya lusa nanti?"
"Aku tidak akan datang" Keith mengaitkan kedua tangannya di dada.
"Kau masih saja tak berubah. Dia sudah satu tahun lebih mengejarmu man. Dia cantik, kaya, dan menyenangkan. Apa yang kurang darinya? Jika aku belum ada Stephanie, aku pasti akan mengejarnya" Chulsan menaikturunkan alisnya bermaksud menggoda Keith.
YOU ARE READING
Luna : The Angel of Lunar Eclipse
FantasyLuna, seorang dewi yang ditugaskan untuk turun ke bumi setiap gerhana bulan. Menjaga keseimbangan alam semesta dan mengabulkan satu permintaan manusia setiap malam gerhana bulan tiba. Luna bukanlah dewi si baik hati, dia adalah dewi dengan sikap aro...