#6 LUNA

162 20 18
                                    

#6

Keith tak mengerti kenapa ia jadi kesal sendiri dengan respon Luna yang benar-benar diluar dugaannya setelah insiden tadi. Ciuman kilat yang terjadi beberapa menit lalu. Tidak, itu bukanlah ciuman. Bahkan kecupan singkat pun tak pantas menggambarkannya. itu hanyalah pertemuan dua bibir selama beberapa detik antara Keith dan Luna. Dia dan gadis yang tengah tertidur di sampingnya dengan nyaman. Seolah tak terjadi apapun.

Beberapa menit yang lalu, ketika Keith menanyakan apa yang gadis itu lakukan padanya, gadis di sampingnya tersebut bukannya menjawab tapi malah memajukan wajahnya dengan sedikit mengerucutkan bibirnya- seolah ingin menciumnya- seperti malam itu.

Entah apa yang merasuki Keith, dengan sedikit keberanian justru dia menyambar lebih dulu. Kesal dengan kejadian tempo lalu yang sepertinya belum sempat terjadi 'pertemuan bibir' itu.

Keith melirik dari sudut matanya ketika gadis yang tertidur di sampingnya bergerak. Tidak menoleh sama sekali, Keith hanya melirik dari sudut matanya berkali-kali sejak tadi. Memastikan apakah gadis ini benar-benar tidur atau hanya berpura-pura. Tapi nyatanya dia memang tertidur. Meskipun tadi dapat Keith lihat gesture tubuhnya yang seketika tegang ketika bibirnya dan bibir Keith bertemu, namun gadis itu tak menunjukkan reaksi apapun setelahnya. Hanya berkedip tiga kali, Keith bahkan menghitungnya dengan seksama.Lagim Keith melirik gadis yang masih terlelap itu.

"ah sudahlah.." Keith menghembuskan nafasnya berat.

"kenapa?"

Suara Luna benar-benar hampir membuat Keith serangan jantung. Bagaimana bisa tiba-tiba gadis itu bertanya, padahal baru saja Keith melirik dan dia masih terlelap.

"Ti-Tidak. Bukan apa-apa" jawab Keith terbata.

"ck.. bukankah kau yang menciumku? Kenapa kau yang marah? Harusnya aku yang marah" pertanyaan panjang Luna yang baru pertama kali Keith dengar berhasil membuat Keith memalingkan wajahnya menatap gadis itu.

Ternyata Luna sedang menatapnya. Gadis ini selalu menatap mata lawan bicaranya atau bagaimana. Keith buru-buru mengalihkan pandangan kembali fokus ke jalanan.

"siapa bilang aku marah? Aku tidak marah. Dan.. itu bukanlah ciuman!" suara Keith benar-benar seperti anak gadis yang tengah merajuk. Meskipun wajahnya datar, namun Luna paham jika pria ini sedang kesal. Namun Luna tak peduli.

Luna juga malas mencaritahu sesuatu tentang manusia pertama yang menyentuh bibirnya ini, bahkan dewa lain saja tidak ada yang berani menyentuhnya. Sekarang siapa yang harusnya marah? Dasar aneh.

"yasudah kalau begitu" Luna mengedikka bahu kemudian memutuskan untuk fokus pada jalanan.

Keith menghela nafas- lagi dan lagi. Gadis ini benar-benar tidak seperti gadis lain. Biasanya mereka akan berlomba-lomba mendapatkan nomor ponselnya, bahkan dengan rela menitipkan nomornya pada teman-teman atau rekan kerja Keith. Meski tak pernah memiliki pacar, namun popularitas dan ketampanannya tak perlu diragukan.

Tapi apa yang terjadi sekarang? Pangeran kampus seolah dibuat mati kutu oleh gadis asing yang baru beberapa hari lalu ia selamatkan dari kematian. Gadis ini bahkan dengan mudahnya mengucapkan kata 'ciuman' tanpa malu ataupun tersipu sama sekali. benar-benar gadis unik.

Karena tak ada suara sama sekali, Keith berdehem, berusaha mencairkan suasana. Obrolan apa yang harus ia lakukan untuk memecah keheningan ini. Suasana benar-benar tidak nyaman.

"Kau.." apakah Keith harus mengatakan yang sejak kemarin terlintas di benaknya? Bagaimana jika itu hanya akan membuka luka lama?

"apa kau sudah melupakan si brengsek itu?" akhirnya kalimat itu meluncur begitu saja. Keith hampir menyesali kalimat tersebut.

Luna : The Angel of Lunar EclipseWhere stories live. Discover now