#13 LUNA
______________________________________________
Bibir mereka bertemu di bawah penerangan yang remang-remang. Tangan halus sang wanita perlahan luruh ke bawah tengkuk sang pria. Sedangkan tangan sang pria bergerak melingkari pinggang mungil sang wanita. Hanya ada mereka di ruangan tersebut.
Keith menuntun, menggerakkan bibir. Tak ada pergerakan sama sekali dari bibir Luna pada awalnya. Namun beberapa saat kemudian Luna mengikuti, terbawa suasana. Pertemuan dua pasang bibir dari dua manusia di remangnya ruangan itu seolah mengikuti alunan musik yang terdengar samar-samar.
Tangan kekar Keith semakin erat merengkuh tubuh mungil gadis di depannya. Tidak ada perlawanan dari Luna. Ketika Keith mulai memasukkan lidahnya ke dalam mulut Luna, tiba-tiba sosok di dekapannya menarik diri.
Membuka mata, Keith menatap Luna yang terengah dengan wajah semerah tomat. Saat ini bagi Keith Luna terlihat sangat seksi dan menggemaskan secara bersamaan. Bagaimana ini bisa terjadi?. Tidak terlihat sama sekali Luna yang tegas dan ketus seperti biasa. Luna menegakkan badan tak lagi bersandar pada badan sofa. Luna masih menatap Keith, membuat Keith kikuk dan menegakkan tubuh seperti yang Luna lakukan. Hanya saja, Keith tak mampu menatap mata Luna sekarang ini. Rasanya aneh setelah beberapa saat lalu mereka berciuman, meski hanya sekedar ciuman bibir.
"Baumu seperti mint" kalimat pertama dari Luna membuat Keith mengernyit.
"Benarkah?" kata Keith kemudian kembali fokus pada Luna, "ini menarik. Sepertinya kau benar-benar mabuk" lanjutnya.
Lalu, Luna tertawa. Tawa pertama yang Keith saksikan dan itu sukses membuat hatinya berdesir. Lebih dari sekedar detak jantung yang tak beraturan. Keith menyadari itu, setiap hal baru yang ia dapati dari gadis di sampingnya membuat dirinya semakin ingin tahu lebih dan lebih lagi.
Tak pernah Keith merasa seperti ini. Dia merasa tolol dengan cara yang menyenangkan.
Hening sejenak.
"Kemarilah" seperti dejavu perkataan yang beberapa waktu lalu Luna ucapkan diucapkan, kali ini oleh Keith.
Keith yang sudah berdiri di hadapan Luna mengulurkan tangannya.
Luna mengangkat kepalanya menatap Keith.
"Apa?" tanya Luna setelah memperhatikan tangan besar Keith sepintas.
"Ayo kuantar pulang. Ini sudah larut" jawabnya dengan bibir terangkat.
"Sebenarnya, aku ingin tidur di sini" perkataan Luna sukses membuat Keith tercengang.
Luna mengatakannya dengan nada datar dan serius. Tak ada nada bercanda atau bahkan menggoda.
Namun, pipi kemerah-merahan Luna, rambutnya yang sedikit berantakan, serta bibirnya yang merona membuat Keith sekali lagi menelan ludahnya. Keith menggelengkan kepala. Kemudian mensejajarkan diri dengan Luna yang berada di sofa.
Keith menyelipkan sehelai rambut ke belakang telinga gadis di depannya, "tidak. Kau mabuk, Luna" katanya.
"benarkah?" tanya Luna dengan wajah polosnya memiringkan kepalanya menatap Keith.
Berusaha sekuat tenaga untuk tidak menerkam gadis yang saat ini berbeda 180 derajat dari Luna yang biasanya. Sekarang ini, Luna terlihat seperti kelinci kecil yang tak berdosa dan sangat imut.
"Jika tidak, kita bahkan mungkin tidak akan berciuman" Keith masih dengan senyumnya mengatakan kalimat itu dengan lembut.
"Jadi, kita berciuman hanya karena mabuk?" tanya Luna.
"Tidak. Bukan seperti itu maksudku." Jawab Keith.
Berbicara dengan Luna membutuhkan tingkat ke-hati-hatian yang berlebih. Sedikit saja kata-katanya ambigu, itu akan membuat Luna menyerangnya dengan pertanyaan mematikan. Atau justru karena gadis itu memiliki pandangan yang unik tentang perkataan orang lain? Entahlah. Berbicara dengan Luna memang tidak bisa disamakan dengan manusia lain.
YOU ARE READING
Luna : The Angel of Lunar Eclipse
FantasyLuna, seorang dewi yang ditugaskan untuk turun ke bumi setiap gerhana bulan. Menjaga keseimbangan alam semesta dan mengabulkan satu permintaan manusia setiap malam gerhana bulan tiba. Luna bukanlah dewi si baik hati, dia adalah dewi dengan sikap aro...