#9 LUNA
Aro tiba-tiba menjadi sangat marah, hingga mendorong kursinya ke belakang dan bangkit berdiri. Tangannya gemetar. Entah mengapa ia ingin memukul pemuda yang ada di depannya saat ini. Bayangan aneh yang baru saja terlintas di benaknya ketika menatap mata itu membuatnya mual dan ingin mengakhiri hidup pemuda ini.
"Ada apa?" tanya Luna.
Jemari Aro sedikit bergelenyar dan nafasnya naik turun.
"Oh, entahlah," jawabnya. "Entahlah, Luna."
"Apa ada yang salah?" tanya Luna lagi.
Keith hanya memperhatikan dari tempat duduknya dua orang yang ada di depannya.
"Tidak, tidak. Luna. Aku melihat... aku merasa mual. Entahlah."
Luna tidak berdiri. Namun, itu pasti akan dilakukannya karena Aro benar-benar aneh saat ini. Ini pertama kalinya Aro seperti ini. Kini perasaan khawatir dan penasaran menjadi satu di kepalanya. Apa yang terjadi dengan Aro?
"Kau merasa mual?" tanya Luna. "Kau.." Luna menggantungkan ucapannya, baru saja ingat bahwa ada manusia di depannya- Keith.
"Kemarilah, Luna. Kau tahu bahwa aku membutuhkanmu saat ini"
Luna memandang Aro dengan ganjil, mengernyit. "Well kalimat yang kau gunakan keliru," katanya. "Itu tidak begitu penting." Kalimat terakhir Luna gunakan untuk Keith sebenarnya namun Luna hanya melirik sekilas hingga Keith tak mengerti maksud Luna.
Keith semakin menatap penuh tanya pada Luna dan Aro bergantian, 'Apa yang sebenarnya terjadi? Batinnya.
Aro mengangguk. Dia masih tidak bisa mengontrol dengan baik nafasnya dan tangannya yang semakin ia kepal erat.
Kini Luna benar-benar memandang Aro, dan akhirnya berdiri juga. "Kau tampak tidak baik-baik saja" kata Luna. "Apakah ada sesuatu yang buruk?". Aro menjawab tidak namun gestur tubuhnya berkata lain.
Luna memalingkan pandangannya pada Keith, "sepertinya aku harus pulang bersamanya." Luna benar-benar tampak seperti gadis lain saat ini. Keith merasa Luna menjadi mode yang serius, meskipun sejak awal di mata Keith, Luna tak pernah bercanda, namun aura yang dikeluarkannya saat ini benar-benar berbeda. Pasti ada sesuatu- pikirnya.
Keith mengangguk, begitupun Luna seolah saling bertukar kode untuk saling mengerti kondisi saat ini.
Luna meraih tangan Aro kemudian membawanya keluar dari tempat itu. Aro sama sekali tidak mengucapkan suara dan mengikuti apa yang Luna lakukan.
***
Luna berkata pelan, "Jika kau jengkel karena aku, aku sungguh minta maaf."
Walau bagaimanapun, Aro adalah satu-satunya dewa yang selalu berada di sisinya, mendukungnya dan menuruti semua keinginannya.
Luna memasang sabuk pengamannya di kursi kemudi. Melihat kondisi Aro yang seperti ini, ia-lah yang akan menyetir.
"Gunakan pengamanmu" kata Luna.
Tidak ada jawaban dari Aro membuat Luna memalingkan pandangan, namun Aro dengan cepat meraih satu tangan Luna yang berada di kemudi.
"Luna, aku melihat sesuatu yang buruk" dari raut wajah Aro yang serius dan suaranya yang dalam, Luna bisa merasakan bahwa Aro tidak sedang mengada-ada.
"Sesuatu yang buruk apa?" jika biasanya Luna akan menepis tangan Aro, kali ini ia akan membiarkannya terlebih dulu karena tangan Aro masih lembab dan itu berarti dia benar-benar tidak baik-baik saja.
YOU ARE READING
Luna : The Angel of Lunar Eclipse
FantasiLuna, seorang dewi yang ditugaskan untuk turun ke bumi setiap gerhana bulan. Menjaga keseimbangan alam semesta dan mengabulkan satu permintaan manusia setiap malam gerhana bulan tiba. Luna bukanlah dewi si baik hati, dia adalah dewi dengan sikap aro...