*Jangan Copy story aing sembarangan!!
*Dilarang Plagiat!!!-______-
*Dilarang ngepost ke berbagai bentuk Sosmed manapun!!
_________________________________________
Bertahun-tahun yang lalu, Lee Jieun Jatuh Cinta pada Jeon Jungkook dengan keputusasaan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• •
"Tsuyu, mantan-istriku?"
"Yup, one and only." Jieun mencondongkan tubuh ke depan dan meletakkan tangannya di mejanya. "Jadi, apakah kamu melihatnya sejak kamu kembali ke kota?"
"Melihatnya seperti, melihat sekilas dia di kota? Ya. Melihatnya seperti menghabiskan waktu bersamanya? Tidak." Jungkook menahannya sambil tersenyum. "Cemas?"
"Tidak juga. Saat itu, aku baru empat belas tahun, dan itu hanya naksir. Kamu dapat melihat siapa pun yang kamu inginkan. Itu tidak menggangguku sama sekali." Jieun membuat X di dadanya. "Sumpah, Kehormatan Pramuka."
Jungkook ragu Jieun memiliki minat aktif dalam kehidupan pribadinya, tetapi tadi malam di dalam mobil, mereka berdua saling tertarik dan hampir berciuman.
"Jin tidur dengan Tsuyu tidak akan membawa keuntungan untuk siapa pun," kata Jungkook. "Terutama untuk Jin.
"Jadi kita akan mengintai sekali lagi?" Jieun bertanya dengan riang.
"Ya, tapi kali ini kita akan mengikuti Tsuyu." Ujar Jungkook.
"Setidaknya tidak akan hujan."
"Lebih mudah bagi kita untuk mengikutinya dan lebih mudah baginya untuk melihat kita."
"Hidup adalah trade-off. Pukul enam tiga puluh lagi?" Jieun bertanya.
"Karena kita tidak tahu rencananya, itu waktu yang tepat." Jawab Jungkook
"Aku akan siap." Jieun berdiri. "Aku bahkan akan membawa kameraku."
Jungkook meringis. "Bukan ide yang bagus."
"Kita butuh bukti."
"Tidak bisakah kamu mendapatkan sesuatu yang kecil dan digital?"
"Aku tidak menyukai teknologi." Jieun mengambil pisau dan membersihkannya dengan serbet yang dia ambil dari tasnya. Setelah memasukkan pisau dan menjatuhkan serbet ke tempat sampah, Jieun berjalan menuju pintu.
"Sampai jumpa."
Dengan lambaian jari, Jieun pergi, meninggalkan Jungkook, dengan perasaan telah dikunjungi oleh kekuatan yang lebih besar dari kehidupan.
Ada ketukan lain, yang satu ini lembut dan penuh hormat. Dia menduga itu akan penuh dengan kemarahan jika dia tahu bagaimana mengirimkan emosi itu juga.
"Ya saeron." Sekretarisnya melangkah ke kantornya.
"Pertemuan jam satumu sudah siap, Tuan."
Jungkook mendorong kotak kue ke arahnya. "Ini enak. Kamu harus mencoba sedikit."
