Tujuh

40 4 0
                                    

Ujian Nasional kini sudah kulalui beberapa bulan lalu. Kini aku bersama Nycta. Kami sedang merayakan pelepasan sederhana di sekolah kami. Dia sudah diterima di Universitas Indonesia melalui jalur undangan sekarang. Jadi dia pun tenang mengingat sudah jelas kini ia akan berlanjut mendapat pendidikan dimana.

Aku berlari kecil menghampirinya dan memeluknya erat. Aku memandang matanya sambil memegang lengannya. Tak percaya saat-saat ini telah tiba.

Aku telah mengurus segala keperluanku di Prancis. Senang rasanya mengingat akhirnya salah satu impianku terwujud.

"Len." Dia memeluk ku lagi. Ah aku rasanya ingin menangis. Sesungguhnya aku bisa langsung berangkat ke Paris saat ini juga mengingat aku tak membutuhkan nilai UN.

Mereka hanya meminta nilai raport selama aku bersekolah di SMA saja, dan sertifikat bahasa Prancis tentunya. Mengingat nilai ke cukup memuaskan, aku langsung diterima disana.

Tapi aku perlu waktu untuk mengucapkan perpisahan kan?

"Jadi kapan kau akan berangkat?" Tanya nya sambil berjalan menuju tangga.

"Mengapa kau bertanya seperti itu? Kau mengusirku?" Aku tertawa pelan.

"Oh Ellena, tentu saja tidak. Bisakah kau menginap dirumahku malam ini?"

Oh tentu saja aku sangat bisa dan sangat mau

"Ya, tentu."

Kami pun turun dan menuju ke lapangan. Terlihat angkatan kami sedang mengucapkan selamat satu sama lain dan sebagian lainnya sedang berfoto-foto sebagai kenang-kenangan.

Setelah ini kami akan berfoto perkelas. Untung saja aku dan Nycta sekelas jadi tidak perlu berpisah dengannya.

Kukeluarkan polaroid ku dari dalam tas.

"Ayolah Nyc. Jangan biarkan kita kelewatan moment seperti ini." Aku menggenggam tangannya dan menariknya ke seorang teman ku.

"Dit, tolong fotokan aku dengan Nycta ya!" Dia adalah anggota club photography disekolahku. Teman satu SMP ku juga.

"Oke." Dia menerima kameraku sambil tersenyum manis.

Kami pun berpose dan melihat hasil fotonya.

"Terimakasih dit!" Dia hanya menunjukkan ibu jarinya.

"Kau habis ini akan melanjutkan kemana?" Tanya ku sambil memegang kamera.
"Tumben kau bersimpati kepada orang lain? Bukan tipikal mu sekali len." Ia terkekeh. Aku meninju lengannya. "Kapan aku tak bersimpati kepadamu?"
Ia mengidikkan bahunya.
"Bukannya sering?" Jawabnya sambil menaikkan salah satu alisnya.

"Ellena, aku akan menemui bu Lissa dulu di ruang guru. Temui aku bila kau sudah selesai dengan urusanmu. Oke?" Dia langsung bergegas ke ruang guru setelah aku mengangguk cepat.

"Kalau begitu maafkan aku yang sering mengabaikanmu dit." Aku pun berpaling ke Adit lagi.
"Permohonan maaf diterima." Dia mengedipkan matanya padaku.
"Jadi bagaimana?" Aku bertanya lagi sambil menuju ke bangku kecil di lorong sekolah.

"Aku diterima di Psikologi UI len."

"Jalur undangan?"

"Tentu."

Aku tersenyum senang dan menyalaminya.

"Aku turut senang atas keberhasilanmu."

Ia tersenyum manis.

"Kau sendiri?"

"Aku akan kuliah di Prancis dit."

Dia langsung menatapku sambil membelalakan matanya. Terlihat kaget sekali. Aku pun tertawa kecil.

"Wow! Mengapa kau baru mengatakannya?"

Aku mengangkat bahu.
"Ya aku sibuk." Dia tergelak sambil meninju lenganku.
"Sok sibuk."

"Kapan kau berangkat? Aku akan mengantarmu ke bandara." Katanya lagi.
"Belum pasti kapan berangkatnya. Aku masih ingin menghabiskan waktu disini dit."

Kami pun melanjutkan obrolan tentang cita-cita dan tentang masa-masa SMA kami.

Tiba-tiba Nycta berlari ke arahku.
"Aku sudah berbicara dengan bu Lissa. Mengapa kalian lama sekali?"

"Teman lama." Ia berkata. Kami pun tertawa dan meninggalkan sekolah.

***

Ps: maaf lg untuk chap yg pendek2! Tp cerita ini bakal panjang jd staytune trs ya luvvvv

UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang