Gadis itu kini dibaringkan lemah namun masih hidup, ia sudah ditangani oleh tabib yang sangat terampil desa Hutan Bambu. Banyak warga desa yang mengkerumuni gadis cantik ini yang belum diketahui identitas, siapa dan dari mana asalnya.
Namun gadis cantik membawa sebilah golok yang desain begitu cantik, pasti sangat bernilai tinggi. Shu dan ibunya dapat diterima dengan baik oleh warga desa, ia menceritakan awal mula peristiwa penyerbuan di desa tempat kelahirannya, pelarian serta bagaimana ia bisa berjumpa dengan gadis cantik itu di hutan bambu.
Para tetua serta beberapa pemuda yang mendengarkan cerita Shu menjadi ikut waspada juga karena komplotan awan hitam memang dikenal sangat bengis.
"Tenang tak perlu risaukan soal komplotan awan hitam. Selama seratus tahun tidak ada satupun yang mampu buat onar di desa kita."
Laki-laki yang bicara barusan adalah salah satu tetua desa dan merupakan pendekar ahli memanah dan berburu. Perawakannya tinggi berbadan agak besar, wataknya keras, suaranya berat mengisyaratkan pria jantan, dan kulitnya agak coklat dan terlebih lagi wajahnya masih lumayan tampan membuat para gadis jatuh hati padanya.
Semua pandangan di ruangan pengobatan tertuju pada pria tinggi besar itu tak terkecuali Shu dan ibunya.
"Anda berdua berasal dari wilayah yang cukup jauh sampai ke sini saja sudah mengambil banyak risiko, aku dipanggil Khan! menerima kalian di desa ini dan berjanji menjamin keselamatan Anda berdua." katanya penuh semangat dan menjanjikan.
Shu dan Ibunya menjadi sangat terharu.
"Tuan, namaku Shu. Terimakasih atas keramahan Anda. Kami sangat bersyukur."
"Tak masalah. Benar begitukan pak tua?" kata pria yang bernama Khan. Meminta dukungan dari tetua lain.
"Anda telah berkata demikian tanpa berunding dulu dengan kami, jadi kami tak punya pilihan selain menerima mereka. Tapi untuk gadis muda ini kita harus menyelidikinya lebih lanjut."
"Apa kita tidak mengetahui asal-usulnya?" salah satu warga angkat bicara.
"Oh!!" seseorang secara tiba-tiba berkata, "Aku ingat sepertinya aku mengenal ukiran yang ada di golok gadis itu!"
"Siapa, cepat katakan!" desak para tetua.
"Ya! simbol itu, dia-pasti dari keluarga Setan Golok."
"Apa! Setan Golok? lantas apa yang dilakukan setan eh maksudku gadis keluarga setan golok di hutan bambu?"
Situasi ini semakin serius karna melibatkan nama perguruan besar di dunia persilatan yaitu keluarga Setan Golok. Setan Golok terkenal karena kelihaiannya dalam menggunakan jurus golok dan menjadi salah satu keluarga yang paling disegani di dunia. Tentu Shu juga mengetahui hal ini, dan geleng-geleng kepala tak menyangka bisa bertemu anggota Setan Golok yang terkemuka secepat ini.
Ia memang punya rencana menuju kediaman keluarga setan golok untuk menjadi murid jika memungkinkan meskipun prioritas utamanya bukanlah keluarga setan golok.
Di dalam desa hutan bambu saja ada perguruan silat bernama burung Walet yang punya ciri khas menggunakan teknik lempar pisau, dan beranggotakan laki-laki serta perempuan juga diajarkan cara tarung jarak dekat tanpa atau dengan pisau.
Shu secara pribadi tidak menaruh minat dengan burung Walet bahkan jika dirinya dipaksa sekalipun dia takkan mau. Bukannya Walet tak bernama tentu Walet juga salah satu perguruan yang terkenal hebat, hanya saja Shu lebih tertarik mempelajari teknik berpedang dari pada melempar sesuatu seperti pisau atau jarum.
Ibu dan anak mendapat tempat tinggal sementara di dalam desa, mereka diberi hunian kosong yang lama tidak terpakai betapa gembiranya hati ibu Shu. Gadis dari keluarga setan golok itu masih belum siuman ia ditangani oleh tabib Ho yang biasa menangani warga yang jatuh sakit atau terluka.
Dua hari setelah dalam pembaringan akhirnya gadis dari keluarga setan golok sadar dan memanggil-manggil sebuah nama yang entah bunyinya kurang jelas.
Mungkin terdengar seperti An, Aang, Aou tidak jelas. Tabib Ho mendekat memeriksa keadaan gadis itu dan mencoba berkomunikasi dengannya. Setelah mendapatkan separuh kesadarannya gadis itu berkata "Aihh, di mana Aku?"
"Kau, saat ini ada di desa hutan bambu dan telah tak sadarkan diri selama lebih dari dua hari." Penuh kesabaran, tabib Ho membawakan secawan ramuan obat pembangkit stamina untuk si gadis sembari menanyakan namanya.
"Panggil Aku Guli." Begitu singkatnya
Namanya terdengar aneh tapi saat gadis itu yang berucap terdengar nyaman di telinga tabib Ho. "Oh. Baiklah Nona Guli, Aku dipanggil tabib Ho. Akulah yang merawatmu di sini."
Guli lalu ingin bangkit memberikan salam hormat namun tubuh gadis itu masih lemah. "Tuan, Terimakasih sudah merawatku. Aku sangat berhutang budi."
"Tak perlu Nona itu tak penting, Nona Guli ini...apakah berasal dari Setan Golok?"
"Benar. Aku adalah putri dari Tan ji."
"Nona anak dari Setan Tan eh! maksudku Tuan Tan ji bersaudara yang sangat melegenda itu??" Sebenarnya Tabib Ho sudah menaruh curiga kalau gadis ini punya hubungan dengan keluarga setan golok mungkin salah satu murid terbaik tapi tak disangka yang ada di hadapannya adalah seorang yang sangat penting dari setan golok.
"Lantas hal apa yang membuat Nona mendatangi desa kami?"
(...) terdiam.
"Aku membawa pesan rahasia dari bibi guruku Shu li untuk Walet."
"Oh! begitu rupanya. Aku akan meminta..."
"Tahan. Biar nanti aku sendiri yang menemui anggota walet, paman tak perlu repot."
Sementara itu di ruang khusus tengah terjadi rapat tertutup membahas dua hal yaitu;
1. Kedatangan gadis dari golok setan.
2. Pembantaian di Bukit pelangi serta penambahan pengungsi dari berbagai wilayah terdekat, yang disebabkan oleh komplotan awan hitam.
Rapat tertutup dihadiri oleh para tetua dan pemimpin desa, ketua perguruan walet. Empat tetua, pemimpin desa hutan bambu yang bernama Gyu dan ketua walet mama Sun.
Rapat yang sedang berlangsung itu hening seketika begitu ada laporan masuk.
"Lapor Tetua. Gadis dari setan golok telah siuman dan meminta izin untuk bertemu dengan ketua walet."
"Benarkah...ah siapa nama gadis itu?" tanya mama Sun.
"Guli, katanya."
"Aih anak itu hahaha sudah tumbuh besar. Guli anak gadis Tan ji sendiri yang datang menemuiku, pasti ada hal serius. Aku akan segera menemuinya."
Kasak-kusuk langsung terjadi begitu mama Sun pamit meninggalkan ruang rapat.
"Jadi memang benar setan golok identitas gadis itu tidak biasa." kata salah satu tetua.
"Kirannya hal penting apa?"
"Percuma menebak-nebak kita akan segera mengetahuinya langsung dari mama Sun. Sekarang pembahasan kita mengenai warga yang datang untuk mengungsi." Kata Pimpinan desa.
"Kita tidak bisa menampung mereka semua di sini dan memberikan mereka tempat tinggal." Keberatan datang dari salah satu tetua yang umurnya sedikit lebih muda dari 3 tetua lainnya.
****************
Bersambung ya,
KAMU SEDANG MEMBACA
Sumpah Pedang
AdventureDi jaman dulu pedang memiliki banyak kegunaan untuk melindungi diri dari kejahatan serta memberantasnya dan menegakkan keadilan. Mereka yang menyandang pedang bukan untuk gagah-gagahan tapi karena mereka pantas dan telah teruji sebagai Pendekar Peda...