"Hahaha. Aku tahu batasmu hanya sampai di sini saja." Kozun dengan bangga berkata demikian lalu melirik ke saudaranya. Ashun menggelengkan kepalanya melihat reaksi saudaranya yang terlalu cepat menilai.
Ashun berbeda, ia dapat tahu Shu punya kemampuan tinggi dalam memanah apalagi targetnya masih terhitung mudah untuk dibidik. Guli hanya tertawa geli melihat tingkah saudara tua Ashun, hanya pertandingan kecil tapi ia sangat gembira.
"Apa itu tidak berlebihan?" kata Guli
"Yah! Aku mengerti maksudmu begitulah dia sifatnya." Ashun pasrah.
Sorakan gembira meluncur dari penonton. "Sudahku duga Tuan Kozun mana mungkin kalah dari pemuda tak jelas itu."
Mama Sun yang juga ikut memperhatikan benar-benar heran dengan Kozun bisanya ia tak menyadari keunggulan lawan yang tersembunyi. Mungkin seharusnya, ia harus pukul kepala anak itu dengan keras.
Lalu ketiganya Ashun, Kozun serta Guli meninggalkan area latihan dengan menyisakan Shu seorang diri yang masih terpaku di posisinya. Mama Sun segera menghampiri dan berkata sebelumya di awali dengan tepuk tangan.
"Hebat, hebat kau sangat berbakat nak."
Shu terkejut dengan sosok yang berjalan ke arahnya tentu ia telah diberi tahu bahwa itu adalah Mama Sun sang legenda hidup. Shu memberikan penghormatannya.
"Nak, siapa namamu?"
"Saya Shu Mama Sun eh maaf Nyonya Ketua." ucapannya terdengar lucu dan sedikit berantakan.
Mendengar perkataan dari Shu, tawa Mama Sun langsung meledak.
"Apa?! Nyonya Ketua? siapa yang mengajarimu begitu?" lagi Mama Sun sambil menahan tawanya karena bocah ini lugu dan lucu.
Shu makin panik dan berikutnya kata-katanya makin ngawur tak jelas. Mama Sun menghentikannya sebelum perutnya bertambah sakit.
"Baiklah-baiklah aku tahu. Jadi namamu Shu dari desa bukit pelangi bukan dan kau datang bersama ibumu."
Shu semakin kagum dengan perempuan satu ini sungguh sangat ramah nada bicaranya begitu memikat hati. "Mengapa tadi kau sengaja mengalah?" lanjutnya.
"Aku akk, hmm." Shu tergagap tak tahu harus bilang apa karena ia memang kepergok sengaja mengalah. Ia hanya tak ingin membuat dirinya tidak disukai hanya jika dia berhasil mengalahkan Kozun. Shu harus mawas diri ia sangat kasihan kepada ibunya jika harus berjalan jauh lagi andai mereka tidak diterima di desa hutan bambu. Menghindari masalah adalah kunci utamanya.
"Baiklah apa kau berminat bergabung dengan kami?"
"Maksud Anda...Burung Walet?" sambung Shu
"Ia tentu saja. Bagaimana?"
"Terimakasih atas kebaikan dan tawaran dari Nyonya Ketua, Shu di sini hanya menitipkan Ibu saja di desa hutan Bambu jika diperbolehkan".
"Haissh! kau dan ibumu diterima di sini ahh. Aku jamin itu".
"Terimakasih Nyonya Ketua! Tapi aku akan melanjutkan perjalananku seorang diri untuk mencari pengalaman di luar sana." kata Shu setelah membungkuk hormat pada Mama Sun.
"Ohh, jadi kau akan meninggalkan ibumu di sini baiklah-baiklah jika begitu aku tidak akan menahanmu. Anak muda memang harus cari pengalaman di luar semoga kau mendapatkan apa yang kau inginkan, Nak." Usai berkata begitu Mama Sun tidak berlama-lama lagi dengan Shu ia segera melenggang pergi.
"HaHaHaHa...Kau lihat tidak wajah anak itu? sangat menyedihkan meskipun kemampuan memanahnya bagus tapi bukan apa-apa dibanding teknik lempar pisauku."
"Saudara Kozun, apa kau yakin dia tidak sengaja mengalah padamu?" kata Guli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sumpah Pedang
AdventureDi jaman dulu pedang memiliki banyak kegunaan untuk melindungi diri dari kejahatan serta memberantasnya dan menegakkan keadilan. Mereka yang menyandang pedang bukan untuk gagah-gagahan tapi karena mereka pantas dan telah teruji sebagai Pendekar Peda...