Sumpah Yang Dilanggar

1 0 0
                                    

Sementara banyak kaula muda berlomba mengikuti seleksi ujian masuk perguruan silat, masih ada saja sebagian yang memilih tidak ikut atau mungkin tidak dapat mengikuti karena alasan tertentu. Contohnya saja karakter bernama lengkap You Gi. Ia tidak mengikuti seleksi baginya mendapatkan 1 guru sudah cukup ia akan mencurahkan jiwa raganya untuk berlatih dan menguasai ilmu pamungkas dari Gurunya.

Tarr si Pertapa yang jadi guru You adalah salah satu pendekar sakti ternama, terkenal dengan 'Tapak Berduri' yang sangat mematikan hanya dengan itu saja ia sudah mampu menggetarkan jagad persilatan membuat lawannya merinding ketakutan saking berbahayanya dampak dari pukulan itu. Dahulu Tarr tidak mempunyai rasa ampun, belas kasihan sungguh brutal tindakannya dulu dalam merenggut nyawa. Apa yang dilakukan oleh You ketika dilatih oleh gurunya? masih merupakan hal-hal yang sangat dasar. Sejatinya meski telah resmi diangkat murid You tidak mengetahui apapun mengenai asal~usul sang guru. Ia bahkan nyaris tak pernah mendengar julukannya di dunia persilatan.

Setiap pagi dan malam You dianjurkan berlatih teknik pernapasan untuk menguatkan organ dalam seperti paru-paru dan jantung agar nantinya kuat saat melancarkan tenaga dalam. Dari pagi sebelum matahari terbit You harus bangun dan mulai berlari sembari membawa beban berat di punggungnya yang berisi bebatuan. Dan jumlah batu yang ia bawa semakin bertambah tiap hari lalu saat malam tiba ia harus bersemedi di bawah guyuran air terjun hingga menjelangang tengah malam. Kemudian setelah itu barulah ia punya waktu tidur sebentar namun kembali dirinya harus bangun lagi sebelum matahari terbit.

Begitulah rutinitas yang dijalani You di bawah asuhan gurunya. You tak pernah mengeluh semua dilakukan dengan tegar. Terkadang juga saat dalam kelelahan karena proses latihan You sering kali kedapatan menangis, berusaha sekuat tenaga dalam diam agar tak diketahui oleh gurunya. Meskipun usahanya sia~sia belaka tentu tak ada yang luput di mata gurunya. Saat sedang dalam kesedihan begitu secara perlahan sang guru mendekat dan menepuk bahu kanan You Gi sehingga membuyarkan lamunan muridnya itu. Buru~buru You mengusap air matanya yang sempat tumpah sedari tadi dan melempar senyum pada gurunya.

"Guru, Maaf ada apa?"

"Ada apa Hmm? Apa latihannya mulai terasa berat untukmu?"

"AH! Tidak Guru. Tidak sama sekali, Guru". You menjawab dengan cepat, gugup dan lantang (Mode Militer).

"Saya hanya merindukan kedua orangtuaku. Itu saja".

"Kau tahu, aku tak pernah punya murid sebelumnya dan tidak berniat mewariskan keahlianku. Akan tetapi saat bertemu dan kau memohon padaku dengan sangat sedih melihatmu pertama kali, aku melihat secercah harapan baru."

You Gi terdiam memikirkan sesuatu...

 "Lantas kenapa guru... memilih mengingkari sumpah?". You makin merasa buruk 

"H H Ha Ha! tak usah kau pikirkan itu. Orangtua sepertiku terkadang suka lupa dengan janji yang dibuatnya sendiri. Lagi pula ini demi kebaikan dan keadilan mana mungkin aku melewatkan kesempatan emas ini."

"Dan Kurasa Dewa sedang menguji diriku melalui dirimu. Aku bisa saja bertahan tidak mengangkatmu sebagai murid untuk menepati janjiku pada langit. Akan tetapi bisa saja akan menjadi Dosa bagiku apabila tidak menerima dirimu karena pertanda langit seakan turun tepat di hadapanku".

You Gi jadi bingung maksudnya apa ia tak berani bertanya. Sepengetahuannya jika ada sesorang yang memilih untuk moksa, ia harus mentaati memegang teguh sumpah atau janji yang telah dibuatnya itu. Apabila tidak ditepati  maka konsekuensi yang harus ditanggung akan sangat mengerikan. Karena hal inilah perasaan You memburuk. Dan You tak ingin sosok yang begitu baik padanya mendapatkan hukuman dari langit. Ia seharusnya tidak berlutut memohon dengan air mata pada pertapa yang sudah terlanjur jadi gurunya. You Gi Mengutuk keras dirinya sendiri. Gurunya berpikir yang membuat muridnya ini sangat bersedih dan menangis dalam keheningan malam pasti disebabkan oleh kerinduannya terhadap kedua orangtuanya. Tanpa sang guru sadari bahwa You Gi juga menaruh rasa bersalah, perasaannya ikut tersakiti sekali lagi megetahui gurunya telah melanggar sumpah.

"Tidurlah. Apa kau sudah makan?".

"Sudah Guru. Guru istrirahatlah malam sudah sangat larut nanti bisa jatuh sakit". Sedikit bernada cemas.

"Apa kau sudah gila? Aku yang seharusnya berkata begitu tahu. H H Haaa~". Dengan tertawa panjang sambil berlalu meninggalkan You seorang diri.

Jika diingat-ingat dengan baik Tarr tak pernah tertawa seperti sekarang bocah itu punya bakat bikin orang gemas dan geram juga.

"Apa mungkin karena aku sudah lama menyendiri yah? Haaaah...". Hempasan napasnya begitu berat.

"Dulu aku juga sangat bahagia saat itu masih ada orang yang aku kasihi, orang yang begitu penting dalam hidupku. HAAAAH...semua sudah berlalu".

Apakah ini sebuah penyesalan atau hanya sekadar keluhan? Tarr mencoba mengingat kembali masa~masa mudanya ketika seumuran muridnya You Gi. Petualangan cinta dan jagad persilatan itu yang terbekas dalam ingatannya. Yah membahas cinta agak menggelikan baginya. Tapi begitulah semua insan pasti mengalami yang namanya cinta. Dicintai atau mencintai. Tarr sosok pemuda yang arogan penuh percaya diri namun masih ada juga yang jatuh hati kepadanya. Cinta itu ditolak olehnya karena ambisi untuk berjaya di dunia persilatan lebih berharga baginya ketimbang bermesraan layaknya pasangan yang saling jatuh cinta. Cinta? apa itu? tidak ada gunanya. Aku tak membutuhkan hal seperti itu. Pikirannya terus melesat ke masa lalu.

"Kakak seperguruan kenapa kau diam saja?" Suara lembut nan menggoda di telinga.

[...] 

"Tidak apa. Aku harus giat berlatih dan menguasai jurus pukulan ini!" Sambil tangannya memperagakan pukulan ke udara kosong entah apa sasarannya. 

"Kau terlihat bukan sedang berlatih namun seperti berusaha mencari alasan untuk menghindariku!"

"Adik, kau bicara apa? Tolong jangan seperti ini".

"Lantas apa itu? kau sudah berjanji padaku aku hanya ingin menagih janjimu itu". Gadis ini gigih sekali.

"Adik aku hanya janji akan memberimu jawaban pasti inilah jawabanku, tidak. Aku tidak bisa menerima CINTAmu".

"Simpan saja rasa cintamu untuk pemuda lain, Adik. Aku bukan laki~laki pengagum cinta. Bukan karena kau tidak cantik bukan pula karena tidak baik tapi hanya saja aku lebih memililh ambisiku". Ucapan terakhir ditekan begitu kuat agar supaya gadis itu mampu meresapi maknanya.

[...]

Tetes air mata jatuh bagai air terjun deras membasahi kedua pipi gadis muda cantik yang selalu dikenal riang.

"Jadi, kau menolakku? Tega sekali dirimu Kak. Semua kebaikan dan perhatianku terhadapmu sia~sia!". Makin histeris namun pemuda itu masih tetap tenang, air mata perempuan tak menggoyahkan imannya.

"Maaf adik. Kau boleh membenciku. Aku sungguh ingin kau mengerti tujuan hidupku".

"Cintaku tidak akan menjadi penghalang tujuanmu! aku akan mendukungmu selalu percayalah!".

Namun pria yang disukai gadis ini, pergi begitu saja tanpa sepotong kata bahkan tak menoleh  saat namanya dipanggil berkali-kali. "Dengar aku Kak! aku berumpah akan selalu menunggumu! mencintaimu! aku tidak akan menikah dengan pria lain selain dirimu! kau dengar itu!!" Jerit tangis si gadis pecah ketika pria itu semakin menjauh dari pandangan.

Tarr teringat setelah bertahun~tahun. Ada gadis yang sangat mencintainya dan menunggu dirinya. Ia bahkan nyaris melupakan nama gadis yang jadi adik seperguruannya itu. 

"Apa dia masih menepati sumpahnya itu?". Tanpa sadar air matanya pun jatuh. 


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sumpah PedangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang