You tak sadarkan diri ketika dibopong ke tempat si pertapa sampai malam pun tiba, terdengar suara rintihan kesakitan serta suara panggilan entah apa yang diucapkan si pemuda tak ditangkap dengan jelas oleh si pertapa. Akan tetapi suara itu mulai terdengar jelas semakin lama diperhatikan, si pertapa menyeka keringat yang ada di area wajah dan mengompresnya menncoba untuk menurunkan demam.
Si pertapa memperhatikan sekali lagi merapatkan kedua telinganya agar lebih jelas apa yang disuarakan oleh anak muda ini.
"Ibu, ibu jangan! Ayah tolong - Ayah..."
Sehabis mendengar itu si pertapa bergumam "Apa yang sudah terjadi?" Pertapa merawat anak ini dengan baik padahal tidak kenal, tak punya hutang budi apalagi sampai punya hubungan darah. You mulai bangun dan mengalami susah gerak lantaran masih sedikit merasakan nyeri dibeberapa bagian tubuhnya terutama leher dan kepala.
"Sudah sadar, siapa namamu?" pertanyaan pertama yang keluar dari si pertapa.
You mencoba merespon namun suara yang keluar masih terdengar sengau tidak jelas dengan tenang ia berusaha keras untuk bersuara. "Aku YOU, bukit pelangi". Ucapnya singkat
Pertapa ini paham soal bukit pelangi meski tak pernah mengunjungi daerah tersebut dan ia kembali bertanya "Apa yang terjadi padamu?"
"Desa diserang, penduduk dibantai". Air mata tumpah
"Oh~jadi begitu. Baiklah, kau istirahat saja di sini tempat ini aman. Jangan banyak bergerak aku sudah mengobati luka-lukamu itu".
"Dan jika kau lapar, haus di sampingmu sudah ku siapkan hidangan. Makanlah secara perlahan". Katanya lagi.
"Namaku Tarr. Aku hanya tinggal seorang diri, tidak usah banyak berpikir pulihkan dulu kondisi tubuhmu baru kita bicara".
You kembali terisak suara tangisannya teringat peristiwa brutal di desa asalnya ia sebenarnya ingin bertanya pada si pak tua ini akan tetapi rasa sakit pada sebagian tubuhnya memaksanya untuk diam. Sementara itu pertapa hanya duduk bersila dengan tenang seolah~olah You tidak pernah ada di situ.
Sepanjang malam itu You tak bisa tidur lagi ia tetap terjaga entah apa yang dipikirkannya. Melihat ke langit-langit, ke kanan dan ke kiri tak ia jumpai siapapun selain orangtua yang duduk bersila dalam posisi senyap bagai patung. You berusaha bangkit untuk meraih kendi berisi air minum tepat di samping kanan dan menuguknya rasa haus serta lapar mulai menyerang dengan lahap ia menyatap hidangan tersebut namun tatapan matanya tidak luput dari orangtua yang duduk bersila itu.
You bertanya pada diri 'Siapa tadi namanya, Tarr? Aku tak pernah dengar nama itu di dunia persilatan nampaknya ia seorang penyendiri seorang pertapa. Mulutnya dijejali banyak makanan yang sengaja disiapkan untuknya dan You sangat bersyukur bertemu dengan orang baik.
Keesokan harinya tubuh You secara ajaib pulih ia tak lagi merasakan sakit dan bisa bergerak bebas sangat menggembirakan. Namun badannya kotor serta aromanya tak sedap ia sendiri nyaris pingsan mencium bau badannya apalagi orang lain. you segera mencari pak tua di dalam gubugnya tak ada namun hidangan untuk sarapan pagi sudah tersedia di meja sekali lagi You cukup takjub betapa telatennya orangtua ini. Namun ia tak menyatap hidangan pagi itu karena masih kenyang akibat makan banyak daging ayam bakar. Di dalam rumah nampak sangat rapi dan bersih meski tak banyak perabotan ia mengitari dalam rumah namun tetap tak dijumpai sosok yang dia cari. Lalu berpikir untuk keluar rumah siapa tahu ada namun betapa kagetnya You menyaksikan kondisi di luar ini sangat gila tempat ini begitu tinggi dan menakutkan apa ini di atas jurang yang dalam pikirnya lantas di mana orangtua Tarr itu?
"Ahh! suara apa itu rasanya aku kenal bunyi ini? yah suara pohon tumbang. Arahnya di belakang rumah ini". Bergegas menuju ke arah belakang.
Sesampainya di lokasi, You melihat ada beberapa pohon tumbang ukurannya sedang tidak terlalu besar yah! pohon itu apa sengaja ditebas? pikirnya. You memanggil~manggil si pertapa tapi tak ada suara sahutan. Suara pohon tumbang terus berlanjut dan You berlari mengejar ke sumber suara itu. Begitu tiba, mata pemuda ini dibuat takjub. Ia melihat si orangtua penyendiri melakukan aksi tak masuk akal baginya. Iyah itu sebuah pukulan ringan menurut You, seperti hanya menempelkan telapak tanganmu pada batang pohon yang kokoh itu. Akan tetapi batang pohon yang terkena tapak itu, seketika roboh dan remuk dari dalam.
You terpaku dan terpesona teknik apa yang barusan digunakan si pertapa ini? terlintas beberapa pertanyaan di kepalanya. Jelas ia semakin penasaran dengan sosok tua ini. Entah mengapa semangat pagi, Tarr begitu menggebu ia menggebrak mengeluarkan hampir semua jurus yang ia kuasai sepanjang hidupnya dikeluarkan seluruhnya meski tidak dengan tenaga penuh.
"Oh kau sudah bisa jalan baguslah". kata Tarr
Disambut dengan senyum malu dari You ini sepertinya sindiran halus untuk dirinya meski ia laki~laki tapi di mata orangtua ini dirinya sangat rapuh. "Tuan, Jurus apa itu namanya?" You bersemangat.
"Kau sekedar ingin tahu atau ingin mempelajarinya?" balas pak tua.
"Ehh!? memang bolehkah?"
Belum selasai Pak tua itu bicara langsung saja You bersujud dan memberikan penghormatan berkali~kali dengan gerakan cepat.
"Baiklah kau ku angkat jadi murid tunggalku namun kau wajib mematuhi semua aturan dan perkataanku, mengerti?!"
"Dan secara bertahap akan ku turunkan ilmu pamungkas yang dulu pernah merajai dunia persilatan kepadamu".
"Siap Guru!! murid mengerti dan tidak akan mengecewakan".
Lalu si You melanjutkan tanpa basa-basi lagi "Guru kau belum memberitahuku jurus apa tadi yang kau gunakan?"
"Hmm...Kau masih saja mengingatnya? tenang saja masih terlalu awal bagimu untuk belajar teknik pukulan itu". Sambil mengusap dagunya yang sebenarnya tak ada janggut ataupun rasa gatal di sana.
[Desa Hutan Bambu]
Kozun merasa senang sekali dan sedikit kesal karena pemuda bernama Shu itu telah pergi meninggalkan desa tapi tak hanya itu, ia masih meninggalkan jejak dengan membiarkan ibunya tetap tinggal. Bagaimanapun mereka adalah orang asing. Kozun sering mengeluhkan permasalahan ibu dan anak asal desa luar itu kepada Mama Sun. mengapa mereka ibu dan anak itu diterima tinggal di desa hutan bambu? dan setiap kali Kozun melakukannya jawaban dari Mama Sun tak pernah berubah. Kekesalan Kozun makin menjadi setelah ia tahu bahwa dirinya diharuskan tetap berada di desa menggantikan Ibunya menjaga dan melatih murid~murid junior dan perihal kepergian Mama Sun jadi topik hangat di perguruan serta menciptakan kengerian tersendiri. Entah bagaimana nasib anggota junior di bawah asuhan Kozun, mereka sering mendapat perlakuan tak adil dan semena~mena dari Kozun.
Kozun sebetulnya cukup terampil namun yang jelek darinya adalah tabiatnya yang suka merendahkan orang lain dan tak mahu mengalah. Jika ada ada murid junior yang punya bakat bagus sudah pasti akan jadi asupan bully dari Kozun ia memang tak suka ada yang lebih baik darinya apalagi itu adalah anggota junior dari perkumpulannya meskipun Mama Sun tak pernah membanding~bandingkan Kedua putranya akan tetapi kasak~kusuk tentang dirinya pernah ia dengar dari murid bahkan para tetua desa.
Para Tetua itu berharap Ashunlah yang akan jadi pemimpin baru di masa akan datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sumpah Pedang
AdventureDi jaman dulu pedang memiliki banyak kegunaan untuk melindungi diri dari kejahatan serta memberantasnya dan menegakkan keadilan. Mereka yang menyandang pedang bukan untuk gagah-gagahan tapi karena mereka pantas dan telah teruji sebagai Pendekar Peda...