Mama Sun Wanita yang anggun dari luar tidak terlihat bahwa dirinya adalah salah satu pendekar wanita yang sangat disegani dan dikagumi di kalangan dunia persilatan.
Usia sebenarnya sudah lebih dari kepala empat, memiliki dua orang putra dan seorang putri yang juga cantik, berbakat dalam seni bela diri yang keduanya merupakan pendekar kelas atas dari hutan bambu. Ketika masih muda Mama Sun berkelana dan menggemparkan dunia persilatan dengan kecantikan serta bakat silatnya ia sering dipanggil kalangan persilatan sebagai Sun Walet.
Reputasi Mama Sun, yang ia miliki tak boleh dinggap enteng di zaman perang telah banyak berkontribusi. Menciptakan aturan untuk kalangan persilatan seperti pendekar suci tak boleh turun tangan, Seorang Raja tak boleh ikut campur dalam urusan dunia persilatan kemudian yang paling terasa dan bertahan hingga saat ini adalah pembentukan aliansi 'Ketua Persilatan.' Yang diikuti hampir semua perguruan kecil, menengah hingga perguruan besar.
Namun meskipun semua ide berasal dari Mama Sun ia bukan Ketua dunia persilatan. Wanita anggun cantik selalu memperhatikan riasannya dan apa saja yang ia kenakan. Mama Sun menemui nona dari keluarga setan golok yang masih asyik berbincang dengan tabib Ho.
"Nah! Nona mari kuperkenalkan ini adalah Mama Sun, ketua burung walet." Kata si Ho pada Guli
Guli memberikan salam hormat terbaiknya dan kagum melihat sosok wanita yang ada di hadapannya.
"Nyoya, salam. Aku Guli dari keluarga setan golok." Ia setengah membungkukkan badan dengan penuh gaya, ucapannya begitu lembut di telinga. "Ayah menyuruhku untuk datang kemari dan ini..." Guli menyodorkan surat yang masih tersegel rapi dan di depan amplop itu berbunyi Nyoya Sun."
"Ahh! Gadis cantik, kau sungguh bersusah payah untuk bisa datang kemari sampai harus tersengat oleh serangga beracun." Candanya yang bikin Guli sedikit malu
Dalam hati Guli 'apa nenek Sun ini sengaja bikinku kesal dia meledekku sambil melempar candaan, apa wataknya seperti ini?'
Mama Sun kemudian membaca isi surat itu dan ekspresi wajahnya seketika tak enak dilihat moncong bibirnya membentuk kerucut dahinya berkerut. Entah apa isi surat itu Guli pun jadi penasaran. Ia teringat pesan Ayahandanya bahwa surat ini harus diterima sendiri oleh Mama Sun. Lagipula mana mungkin itu surat cinta diantara keduanya. Pikiran Guli melayang jauh sampai tiba~tiba disadarkan oleh lantunan suara yang lembut.
"Maafkan Aku Mama Sun, apa ada hal lain yang bisa aku lakukan untukmu?"
"Tentu. Aku ingin kau menginap di sini beberapa hari sayang sambil menunggu persiapan dariku, karena kita akan menuju ke ibu kota bersama."
Guli sudah tahu kalau hal ini pasti akan terjadi sehingga dia hanya mengangguk setuju saja tanpa bersuara. Seperti halnya Shu, Guli juga disambut dengan sangat baik bahkan Guli diperkenalkan dengan para putra dan putri dari Mama Sun.
Di suatu tempat di dalam desa Shu memuaskan diri dengan berkeliling dan berkenalan pada setiap orang yang ia jumpai.
"Salam."
(...)
Terkadang yang disapa hanya terdiam senyum sisanya masih bingung dan hanya segelintir orang yang membalas ramah.
Ketika memasuki arena latihan Shu melihat pemuda~pemudi usia sekitar 13 sampai 17 tahun sedang berlatih melempar pisau.
'Tek! Tekk Tekk!'
Pisau-pisau itu tertancap sempurna di batang bambu yang sengaja diikat untuk sesi latihan mereka. Shu menyaksikan lebih dekat meski ini bukan pertama kali bagi dirinya namun ia selalu terusik dengan kualitas pisau yang digunakan oleh perguruan burung walet.
Beberapa pemuda menyadari keberadaan Shu, mereka berkasak-~kusuk saling melempar pertanyaan siapa pemuda ini?.
Sementara itu tiba-tiba datang rombongan Guli dengan diikuti kedua putra Mama Sun. Lalu karena mereka masih asing dengan Shu salah satu putra Mama Sun bertanya agak ketus.
"Hey! siapa kau?" yang bertanya itu adalah Ashun anak kedua dari Mama Sun.
Shu cukup terkejut mendapat pertanyaan sembrono seperti itu namun ia sadar karna dirinya masih asing di desa.
Segera Shu menjawab sambil memberi salam pada ketiganya "Namaku Shu dari desa bukit pelangi." Dengan santun memberi salam.
Si Guli hanya diam saja memandangi Shu dari ujung kaki hingga ke ujung rambut sementara kedua putra Mama Sun itu tidak menganggap Shu penting.
"Aku dengar, desa kalian telah diserang dan dikuasai oleh perampok ya? sungguh tidak berguna lari begitu saja meninggalkan yang lainnya untuk numpang hidup di desa orang lain!" Perkataan pedas menusuk hati keluar dari putra yang satunya bernama, Kozun.
Sifat kedua putra ini memang bertolak belakang namun terkadang selaras dan serasi Ashun pribadi yang tegas, jujur dan tidak suka buang waktu namun juga kurang ramah. Sedangkan saudara yang satunya Kozun lebih ekstrem lagi dia kurang sabaran, sedikit ceroboh, keras, kaku selalu ingin menang dan merasa paling unggul di desa. Soal keahlian bela diri tak perlu diragukan keduanya sangat hebat dan sulit untuk menentukan mana yang lebih hebat Ashun atau Kozun.
"Apa kau juga punya keahlian khusus?" Guli penasaran dengan pemuda yang diamatinya secara teliti.
"Nona maaf mengecewakanmu. Aku belum memiliki keahlian yang Anda maksud, tiap harinya aku hanya berburu untuk dijual dan menanam buah."
"Itu sangat membosankan! tapi apakah sekarang kau tertarik untuk berlatih? kau bisa menunjukan keahlian memanahmu pada kami." Sebenarnya Kozun ingin mempermalukan Shu sekaligus unjuk gigi di depan Guli.
"Kau silakan menggunakan busur panah yang telah disiapkan untukmu, aku menggunakan ini!" sambil menepuk salah satu sisi pahanya. Shu dapat melihat deretan pisau yang tersusun rapi di situ. Sangat keren pikirnya.
"Targetnya?" Shu
"Di sana! batang pohon besar yang telah diberi tanda X di pusatnya terdapat lingkaran kecil. Itu targetnya." Balas Kozun.
Ashun, Guli berdiri di samping mereka berdua sementara beberapa pemuda yang tadinya berlatih kini ikut menyaksikan pertunjukkan seru ini.
"Eh coba lihat! itu tuan Kozun adu tanding dengan siapa?"
"Tidak tahu, Tidak pernah lihat."
Kozun sudah pasang kuda~kudanya dan bersiap melempar pisau andalannya. Shu juga telah siap dengan panahnya membidik target.
"Hey, apa kau yakin dengan kemampuan memanahmu?"
Lalu tanpa aba-aba Shu langsung melesatkan busur panahnya dengan cepat mengenai sasaran tepat di lingkaran kecil itu.
"Kau lihat!" Ejek Shu mennyunggingkan sebelah bibirnya ke atas diikuti dengan kedipan mata.
Kozun yang melihat itu sedikit terkejut dan merasa aksinya dicuri lebih dulu. Guli menatap puas dan kagum. Kozun tak merasa senang.
"Sekali lagi! ini mungkin keberuntunganmu. Lihat target yang di atas itu? mereka sasaran kita berikutnya."
Tanpa aba-aba Kozun langsung dengan gerak cepat memainkan dan melempar pisau~pisaunya dan itu terbang memukau mata disertai bunyi khas karena desiran angin. Pisau menancap kuat ke target.
"Ak, Aku mengaku kalah Tuan Kozun. Saya tidak mungkin bisa mengenai 4 target di waktu bersamaan." Shu bisa saja melepaskan panah dengan cepat 3 sampai 5 kali berturut-turut namun ia tidak ingin mencolok.
to be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Sumpah Pedang
AdventureDi jaman dulu pedang memiliki banyak kegunaan untuk melindungi diri dari kejahatan serta memberantasnya dan menegakkan keadilan. Mereka yang menyandang pedang bukan untuk gagah-gagahan tapi karena mereka pantas dan telah teruji sebagai Pendekar Peda...