Kuil Atas Awan Putih.

8 0 0
                                    

Hamparan langit lebih luas dari padang rumput, kuil-kuil kuno dengan bangunan mempesona berdiri kokoh di atas bukit bebatuan yang menjulang tinggi menyentuh awan putih. Keindahannya menyihir mata sulit untuk dipercaya bahwa kuil itu bisa berada di atas sana seakan bukan dibangun lewat tangan manusia.

Kuil kuno yang dulunya menjadi simbol kemahsyuran sebuah peradaban tua yang hingga kini masih tetap terjaga keagungannya.
Kuil apakah itu? Lantas siapa penghuninya?

Ada cerita yang telah lama beredar luas dan diyakini bahwa kuil kuno yang berada di atas bukit berbatu dihuni oleh manusia abadi, mereka yang ingin mendapatkan kehidupan abadi, keagungan serta kesaktian harus memanjat tebing batu  yang tingginya tidak terukur oleh akal manusia.

Wilayahnya luas daerah ini sangat sulit dijangkau oleh kebanyakan manusia, perlu usaha keras untuk mencapai wilayah ini.

Namun sebelum memasuki bukit tinggi berbatu kita akan disajikan padang rumput luas yang subur, indah nan terawat
secara alami. Tempat ini konon menjadi lokasi pertempuran dahsyat para ksatria pedang kita bisa melihat berbagai jenis senjata tertancap di tanah, berserakan namun soalah seperti makam senjata.

Terdapat pedang dengan berbagai macam ukuran, tombak, busur panah, rantai dan lain-lain.

Mata kita akan dipaksa menyaksikan kengerian yang dibalut dengan keindahan alam. Pertempuran yang dilakukan para ksatria memang sulit untuk dibayangkan, mungkin dapat disaksikan akan tetapi tetapi sulit diterima akal manusia.

Di bukit berbatu ini, sebenarnya banyak kuil~kuil kuno namun seiring pergantian jaman serta tergerus oleh peperangan yang tersisa hanya puing dan masih terdapat 1 kuil yang masih tetap berdiri dengan kokoh tanpa cacat.

Kuil atas awan atau lebih dikenal dengan nama kuil perak. Lokasinya sangat sulit dijangkau kau mungkin dapat melihatnya dari kejauhan namun jika hendak menuju kuil perak maka jalan utama untuk menuju ke sana seakan tertutup oleh sesuatu.

Mereka yang berhasil naik sampai ke kuil maka pasti diterima sebagai calon murid utama dan tentunya mendapatkan ilmu pamungkas dari maha guru sementara bagi yang gagal tetap akan diterima sebagai murid namun sebagai murid biasa yang artinya hanya mendapatkan sedikit ilmu saja. Kuil atas awan sangat selektif memilih calon murid, pengajaran di kuil begitu ketat dan berat jika calon murid itu tidak mampu maka mereka harus pergi inipun berlaku untuk murid utama.

Karena murid utama akan menjadi penerus dan wajib mengabdikan diri di kuil kuno tersebut.

Pemimpin kuil kuno itu disebut sebagai Maha Guru dialah yang paling sakti dan bijak sementara wakilnya disebut Guru Besar orang ini menjalankan semua peraturan dan mengendalikan kegiatan dalam kuil juga disebut sebagai Hakim.

Dan yang ketiga adalah terdiri dari tingkatan murid-murid senior yang terpilih untuk membina dan melatih calon murid atau murid baru.

Murid yang diterima harus tinggal di Kuil atas awan untuk menjalani rutinitas berat seperti latihan fisik, meditasi untuk melatih mental serta kepekaan panca indera, meraka juga berlatih menggunakan berbagai senjata yang sesuai dengan minat atau kondisi tubuh mereka.

Di lingkungan kuil atas awan putih, banyak pendekar yang dulunya menggetarkan dunia persilatan menatap di sini dan memilih untuk menjadi seorang pertapa.

Sementara pendekar sakti yang lainnya memilih mengasingkan diri, menutup mata dan telinga terhadap dunia persilatan bahkan tidak akan menerima murid.

Berbeda halnya dengan kuil atas awan putih yang masih sudi menerima murid baru untuk dilatih menjadi pendekar sejati. Murid-murid yang lulus dari pelatihan dan terjun ke dunia persilatan membawa harapan serta kebanggaan bagi kuil atas awan putih. Hingga sekarang di tahun Matahari tak ada seorangpun yang sanggup kuil atas awan. Mereka yang mencoba, memilih menyerah di tengah jalan. Bahkan ada diantaranya tewas karena kecerobohannya sendiri. Perjalanan menuju kuil atas awan tak mudah, sengaja dibuat begitu guna  menguji mental serta tekad para calon murid.

Hampir setiap tahun selalu saja ada orang mencoba peruntungannya agar dapat mencapai kuil atas awan, namun lagi-lagi mereka harus menelan pil pahit. Bisa dikatakan secara alami pula alam telah menolak usaha mereka, menyeleksi satu persatu diantara mereka. Akan tetapi jangan dikira area bukit batu tidak memiliki pengawas yang menyorotisetiap calon murid yang datang.

"Salam, Mahaguru. Tahun Matahari tidak menyisakan banyak calon murid." Seorang laki-laki berjubah dengan seragam kebanggaan kuil atas awan membungkuk badan sambil menyematkan kepalan tangan kanan di dada kiri.

"Hmm...Aku mengerti tahun matahari memang lebih menyusahkan bagi siapa saja, andai mereka memilih tahun lain aku yakin banyak yang bisa mencapai tempat ini."

(...)

"Kenapa, kau sepertinya tak sependapat denganku?"

"Tidak Mahaguru!"

Cepat-cepat pria itu langsung melipat badannya di lantai, memehon ampun.

"Murid tak berani lancang tentu saja perkataan Mahaguru adalah yang paling benar!" kata si murid senior bernama Azukk.

"Azukk sejak dulu kita lebih mengutamakan karakter si murid dari pada murid yang berbakat jadi pendekar. Tentu kau lebih paham soal ini, bukan?"

 "Baik, Mahaguru. Murid akan selalu mengingatnya dan takkan mengecewakan."

"Aku percayakan semua di pundakmu, kau adalah panutan di kuil atas awan maka jadilah sinar terang yang membimbing para murid itu."

Setelah itu percakapan keduanya berakhir, Azukk kembali pada pekerjaannya mengurus kuil.

"Pengawas!!" teriak Azukk.

 Derap langkah kaki yang cepat dan berat menuju ke Azukk. Dua laki-laki yang bertugas sebagai pengawas di area padang rumput serta di area makam pedang datang memberi salam hormat.

"Ketua!" serempak.

"Segera laporkan padaku bagaimana situasi terbaru, di bawah?."

"Lapor, ketua! belum ada perubahan para calon murid belum ada yang mencapai bukit batu." petugas yang mengawasi area padang rumput, merespon.

"HHH, jika area padang rumput saja belum nampak peserta bisa dipastikan area makam pedang masih sepi." Sambil melirik pengawas yang satunya.

"Benar, ketua!"

"Baiklah. Kembali ke posisi kalian, Terimakasih."

"Haaah Tahun Matahari, tahun yang buruk untuk menggelar penyeleksian murid. Semoga tak dapat yang aneh-aneh." Setelah berujar begitu Azukk turun dari kuil menuju  ke kaki bukit batu.



Sumpah PedangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang