Di balik jendela kusam ini, aku memandangi bulan yang tersenyum malu-malu di balik awan hitam malam ini. tak berapa lama gerimis pun tiba, tidak deras tapi dapat ku pastikan ini akan menjadi gerimis yang panjang.
Ku hembuskan nafas pelan, ku raih buku warna warni yang selama ini menemaniku dari waktu ke waktu. ku buka lembar pertama, aku tersenyum kecil melihat guratan huruf yang kutulis ternyata sangat kacau. Andai aku tidak hafal setiap bait buku ini mungkin aku juga tidak akan paham apa arti kumpulan abjad ini.
"Aku benci saat ibuku membandingkanku dengan Lala."
kalimat itu sudah sering kubaca tapi aku tidak terlalu ingat kejadian pastinya, yang aku ingat aku memiliki teman perempuan bernama Lala. Dia anak yang manis dan pintar tentu beda sekali denganku yang jelek dan jarang bergaul apalagi aku bukan anak introvert yang suka belajar.
Lala teman di tempat tinggalku, kami satu sekolah bahkan setiap hari akan melihat perkembangan Lala. Kami tumbuh bersama dalam kurun waktu yang lama atau mungkin akan dilanjutkan dengan anak cucuku nanti.
"Hari ini Lala dapat Juara kelas dan ibuku sangat memujinya."
di bait ini aku selalu tersenyum geli, Lala adalah salah satu primadona yang bisa membuatku iri mungkin karena ibuku yang selalu memujinya atau karena aku yang merasa bahwa Lala adalah sosok yang aku inginkan ada dalam diriku.
Lala jarang bermain bersamaku karena kami sibuk dengan teman kami masing-masing. Aku dan teman laki-laki ku dan jug Lala dengan teman perempuannya. Lala memiliki banyak teman yang sering ia ajak bermain tapi aku tidak termasuk dalam itu. Satu hal yang membuatku tidak menyukainya, dia temprement dan egois. Apapun yang menjadi miliknya harus tetap ditempatnya jika ada yang mengusiknya dia akan marah besar. Karena itu aku jarang bermain bersamanya, aku lebih suka bermain dengan teman lelaki ku. pikirku saat itu berteman dengan laki-laki lebih mudah dari pada dengan perempuan.
"Ra, gak mau main sama kita?" tanya Lala.
Aku hanya menggeleng dan melenggang pergi.
Waktu itu kami berkumpul di lapangan, tempat biasanya kami bermain. Disana ada dua kubu, kumpulan anak perempuan yang sibuk bermain masak-masakan dan kumpulan anak laki-laki (tentunya ada aku) bermain kelereng.
Ku lirik sebelah, "Ternyata permainan mereka membosankan, apa enaknya main masak-masakan yang akhirnya gak bisa dimakan?" Gumanku. tapi ternyata salah satu teman laki-lakiku ada yang mendengar.
"Ya udah besok kita masak beneran disamping rumah kamu. aku bawa nasinya nanti kita tangkap ikan baru dimasak bareng, gimana?" Tanya Salah satu teman laki-laki favoritku.
Ajakan yang sangat menggiurkan,jadi aku mengangguk dengan semangat.
Arfin Maulana, Dia salah satu teman laki-laki favoritku. Aku kerap kali bermain bersamanya bahkan kami sering dijodoh-jodohkan oleh beberapa orang meskipun begitu kami tetap bermain bersama. Karena waktu itu aku sudah menganggapnya sebagai adik laki-lakiku dan kami pun masih anak kecil yang tidak paham apa itu jodoh dan semacamnya.
"Fin, kalau kita sampai jodoh itu artinya aku akan punya adik buka suami." Gurauku dan disambut tawa riang oleh Arfin.
Seketika aku ingat semua perjalananku dengan si Arfin, kami seperti bolang yang suka berjelajah kemanapun itu. Sungguh malam ini aku merindukan Arfin, Lala dan teman-temanku yang lainnya.
kehidupan kami sekarang berubah seiring dengan bergantinya tahun, kami beranjak dewasa dan melupakan dunia warna warni masa kecil yang dulu kami sukai.
malam ini aku hanya mampu membuka dua halaman dimana itu berisi rasa iriku pada Lala dan perjalanan aku bersama si Arfin.
Aku menutup buku warna warniku dan kembali pada dunia yang saat ini aku hadapi. Gerimis masih menyapa bumiku bahkan kalau tidak keliru aku mengabiskan hampir tiga jam lamanya untuk membaca dua halaman buku ku. Desau angin mulai membuatku merinding, tubuhku sedikit membuka karena kedinginan.
"Ra! Kok belum tidur?!" Teriak ibuku.
"Iya Bu, bentar lagi," sahutku.
Malam pun kembali tenang, aku malas untuk tidur sebenarnya tapi karena besok aku ada jadwal kuliah pagi mau tidak mau aku harus segera menutup mata malam ini.
Besok mungkin akan aku sapa lagi buku kesayangan ku ini. Selamat malam dunia dewasa dan selamat malam orang-orang usang yg selalu kurindukan.
28/02/22
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Warna Warni
AdventureRara, Gadis kecil yg kini beranjak dewasa. Seiring bertambahnya usia banyak pula kejadian yg terjadi dalam hidupnya. Berpisah dengan Arfin, sahabat masa kecilnya untuk selamanya. Dibandingkan dengan Lala teman seperjuangan nya. Dikhianati dan diboh...