Masa Lampau

7 2 2
                                    

Pagi hari seperti biasa, Rara bangun awal untuk bersiap-siap pergi ke sekolah. Setelah bangun ia siap-siap untuk segera mandi dan pergi. Rara tidak sarapan dirumahnya, ia biasanya membawa bekal dan sarapan bersama Arfin. Sebelum Rara berangkat i mampir dulu ke rumah Dodit, mereka biasa berangkat bersama walau kadang Dodit berangkat lebih dulu bersama sepupunya.

Ditempat tinggalnya anak-anak kecil yg kn pergi ke sekolah selalu berangkat bersama, ada yg jalan kaki ada pula yg naik sepeda. Tapi Rara, Dodit dan Arfin memilih jalan kaki. Toh sekolahnya jug tidak terlalu jauh. Karena perbedaan usia maka merek bertiga menempati kelas yg berbeda pula. Sebelum bel masuk berbunyi mereka bertiga berkumpul di kantin untuk sarapan. Arfin dan Dodit sarapan dengan bubur sedangkan Rara mengeluarkan bekal yg dibuat bundanya. Mereka makan bersama diselingi dengan canda tawa khas anak-anak kecil.

Setengah hati sudah berlalu dan mereka kembali bersama untuk pulang ke rumah. Diperjalanan Arfin mengeluh kesakitan. Tiba-tiba ia mengeluh pusing. Rara dan Dodit tentu saja panik, Arfin mengeluarkan banyak sekali keringat tapi ia bilang tidak apa-apa.

"Kamu beneran sakit Fin?" Tanya Dodit sembari mengelus bahu Arfin. Arfin menggelengkan kepala menatap Rara dengan tersenyum kecil.

"Gak apa-apa kok, mules doang kebanyakan makan cabe kali." Jelas Arfin walau tidak bisa membuat Rara dan Dodit tenang. Akhirnya mereka berjalan dengan pelan sambil sedikit memapah Arfin walau selalu ditolak dengan alasan tidak apa-apa. Sesampainya di rumah Rara memberitahukan perihal Arfin pada kedua orangtuanya. Setelah itu barulah ia dan Dodit bergegas pulang sebelum kedua orang tua mereka mencari.

Sore hari seperti biasa Rara mengaji di musholla, tentunya bersama Dodit, Arfin dan teman-temannya. Sebelum berangkat Rara mampir ke rumah Arfin,

"Arfin!" Panggil Rara. Kakak Arfin yg Rara tau tidak menyukainya menghampirinya.

"Arfin sakit Ra! Berangkat ngaji sana Rara!" Ucap kakaknya Arfin dengan acuh kemudian meninggalkan Rara. Rara pun berangkat mengaji menyusul Dodit dengan perasaan dongkol pada kakaknya Arfin.

Di musholla pun teman-temannya ramai membicarakan Arfin yg sakit. Karena pemilik musholla merupakan pamannya Arfin maka selepas mengaji beliau meminta anak- asuhnya untuk mendoakan Arfin yg sedang sakit.

"Anak-anak paman minta tolong kita doakan teman kalian Arfin yg sedang sakit. Semoga dia diberikan kesembuhan dan cepat ngaji bareng kalian lagi, Aamiin." Ucap paman ustadz.

"Aamiin!" Ucap Rara dan teman-temannya.

*
*
*
Tak terasa sudah satu Minggu lebih Arfin sakit. Rara tidak berani ke rumah Arfin, ia takut bertemu kakak Arfin yg tidak menyukainya. Tapi Rara juga khawatir pada Arfin kemudian selepas sekolah dengan bantuan kakak perempuan Arfin, ia meminta izin padanya untuk menemui Arfin. Dengan senang hati kakak perempuan Arfin mengajak Rara menjenguk Arfin. Dari rumor yg ia dengar katanya Arfin berperilaku aneh. Ia sering kali berlari keluar rumah dengan ketakutan dan menggedor rumah tetangga. Arfin mengatakan ia dikejar monster karena nakal gak itu membuat Rara khawatir. Setibanya di rumah Arfin, Rara diajak ke kamar Arfin. Ia melihat arfin sehat bugar tapi tatapan matanya kosong berbeda dengan Arfin yg ia kenali dulu.

"Fin! Kenal gak? Ini siapa?" Tanya kakak perempuan Arfin. Arfin menoleh, ia tersenyum manis dan mengangguk.

"Kenal lah! Itu Rara kan? Temen Arfin?" Jawab Arfin ceria seolah di tidak sakit apa-apa.

"Hai Arfin!" Sapa Rara dengan tersenyum lembut.

Ia melangkah masuk setelah ditarik pelan oleh kakak perempuan Arfin.

Buku Warna WarniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang