HIL : 2

28K 2.3K 59
                                    

PART 2

***

Tin. Tin. Tin.

Naya berjengit kaget saat suara nyaring klakson mobil menusuk indera pendengarnya. Ia yang tadinya sedang melamun lantas mengangkat kepala, lalu menemukan Rayhan yang baru saja turun dari kereta besi milik pria itu.

Berbeda darinya yang tetap hidup susah, Rayhan kini menjelma menjadi pria sukses dengan karir cemerlang. Pria itu kini bekerja sebagai salah seorang manager di pusat perbelanjaan ternama di ibu kota. Sedang dirinya, cukup bersyukur meski hanya sebagai pelayan cafe. Setidaknya dia masih bisa membayar kontarakan dan makan sehari-hari. Meskipun harus bekerja lebih ekstra, mengingat ada pekerjaan sampingan sebagai pedagang kue. Namun sayangnya, semua hasil kerja kerasnya terpaksa ia lepaskan lagi demi melunasi hutang sang ayah.

Dan mengenai tawaran Karina, dia belum bisa memberikan jawaban apapun untuk saat ini. Dia masih butuh waktu untuk memikirkannya. Terlebih dia dijadikan sebagai istri kedua dari seorang Bara. Setelah kejadian penolakan kue buatannya di taman belakang sekolah saat itu, esok harinya dia menjadi bahan ledekan seantero sekolah. Bahkan video penolakan Bara juga tersebar luas. Bagian yang membuatnya sedih adalah Bara yang diam saja dan membiarkan teman laki-lakinya menyindirnya tanpa hati.

Dia tidak melakukan tindakan kriminal, tapi semua orang menatap dirinya seperti kotoran. Uh, mengingat masa lalu memang selalu menyakitkan. Ia sangat menyesali tingkah bodohnya dulu. Seandainya dia sadar disini sejak awal, mana mungkin kejadian memalukan itu ada.

"Mau pulang 'kan? Cepat naik."

"Kontarakan gue nggak nyampe 200 meter, buat apa sih lo jauh-jauh kesini cuma buat jemput? Kalau pengin ketemu Farah, langsung dateng ke rumahnya. Dia mana ada disini kalau malem."

Naya mengaduh saat kepalanya dihadiahi jitakan.

"Makin tua ternyata lo makin bawel ya? Cepetan naik. Capek nih gue pengin numpang minum."

"Capek tuh istirahat, kalau haus baru deh lo minum." dumel Naya sembari naik ke mobil milik Rayhan yang segera disusul pria itu.

"Om Bani cari gara-gara lagi?"

"Memangnya Bokap gue kapan sih nggak cari gara-gara? Hidup doi 'kan nggak bakalan tenang kalau nggak gangguin gue."

Rayhan menghela panjang dengan jemari mencengkram kuat stir kemudi.

"Farah bilang, ada yang nagih hutang lagi?"

Naya menoleh dengan kedua alis terangkat. "Kenapa? Mau bantu lunasin? Totalnya 100 juta doang kok."

"Kalau lo nggak keberatan."

"Serius?"

Rayhan mengangguk tanpa ragu.

"Sayangnya gue cuma bercanda. Udahlah nggak usah lo pikirin. Lagian gue yang dibikin susah juga tenang-tenang aja kok."

Orang-orang disekeliling Naya tentu tahu betapa hebatnya wanita itu dalam mengenakan topeng supaya terlihat kuat dihadapan orang lain.

"Nikah sama gue, Nay. Gue memang nggak sekaya Raffi Ahmad, tapi gue bakal mastiin kalau lo bisa hidup cukup dan tenang tanpa gangguan Om Bani."

"Ck! Hebat banget ya lo, Ray, bermodal kasihan langsung ngajakin nikah. Ke siapa aja lo kayak gitu?"

"Gue serius, Nay. Gue pengin selalu ada setiap lo butuh tempat untuk curhat. Gue juga pengin lindungin lo. Tapi dengan status kita saat ini, gue nggak bisa melalukannya dengan maksimal."

Hurt in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang