HIL : 5

25K 1.9K 46
                                    

PART 5

***

Naya memejamkan mata sejenak dengan tangan mengepal di bawah meja. Sedang dihadapannya ada sosok Karin yang sejak kedatangannya tak pernah melunturkan senyum. Entah terbuat dari apa hati wanita itu hingga merasa begitu bahagia saat berhadapan dengan calon istri kedua suaminya.

Apakah tidak ada kecemburuan sama sekali di hati Karin? Kenapa wanita itu bisa bersikap santai, sampai-sampai dengan senang hati mencarikan istri baru untuk suaminya?

Apa sebegitu inginnya memiliki seorang buah hati, membuat seseorang bisa bersikap segila wanita dihadapannya ini?

Ayolah, tidak ada satupun cacat yang Bara miliki. Selain cukup tampan--sangat tampan di matanya dulu, pria itu juga mapan dan setia. Buktinya Bara tidak berbuat neka-neko--dari cerita yang barusan ia dengar dari Karin. Justru istri pria itu sendiri yang memaksa untuk mencarikan istri kedua.

"Jadi, bagaimana Naya? Kamu setuju menikah dengan Bara?"

Naya menghembuskan napas panjang sembari membuka mata.

"Memangnya Kak Karin beneran nggak masalah berbagi suami dengan wanita lain?"

"Kamu bukan wanita lain, Naya. Bahkan sebelum aku, ada kamu yang lebih dulu mencintai Bara."

"Ayolah Kak, itu bukan poin yang sedang aku bicarakan. Sebagai seseorang yang telah hidup bersama selama 5 tahun, bagaimana bisa Kak Karin melepaskan Kak  Bara untuk wanita lain?" desah Naya yang masih menolak untuk percaya.

"Aku sedang tidak melepaskan siapapun, Naya. Aku akan tetap bersama Bara sampai kapanpun. Begitu pula dengan kamu. Bukankah kita saling membutuhkan? Anggap saja yang kita lakoni adalah simbiosis mutualisme."

Ini gila. Ya, benar-benar gila.

Hanya karena menginginkah kehadiran seorang anak, Karin sampai berbuat sejauh ini? Jika dia menjadi wanita itu, mana mungkin rela berbagi suami. Terlebih jika pria itu adalah Bara. Ayolah, siapa sih di sekolah dulu yang tak mengenal Bara? Idola sekolah yang digemari para kaum hawa--termasuk dirinya. Tapi itu hanya berlaku di masa lalu. Sebab kini, dia sudah menutup pintu hatinya untuk siapapun.

"Bagaimana kalau aku juga tidak bisa cepat hamil? Pernikahan kami hanya akan berakhir sia-sia."

"Kamu tenang saja Naya, sebelum pernikahan kedua Bara terjadi, kita akan memeriksakan kondisi kamu terlebih dahulu."

"Lalu.. Bagaimana dengan anak aku nantinya? Apa aku masih bisa merawatnya?"

Naya mengerutkan dahi bingung lantaran Karin justru tertawa seolah apa yang dikatakannya adalah sebuah lelucon.

"Aku meminta kamu untuk menjadi istri kedua Bara, Nay. Bukan sebagai Ibu pengganti. Artinya kita akan merawat anak kalian bersama-sama. Kamu akan tetap tinggal bersama anak kamu dan merawatnya, Naya."

"Ba.. Bagaimana dengan keluarga kalian? Apa mereka sudah memberikan restu?"

Melihat gelengan santai Karin seketika bahu Naya langsung terkulai lemas.

"Kita akan memberitahukan pernikahan kamu sama Bara setelah kamu hamil. Dengan begitu tidak ada satupun keluarga yang menghalangi."

Haruskah Naya membawa Karin ke rumah sakit? Sepertinya wanita itu butuh pengobatan khusus. Otaknya sungguh dramatis sekali, seolah hidup mereka adalah sebuah sinetron yang alurnya bisa diubah sesuka hati.

"Bagaimana jika hasilnya justru tidak sesuai rencana? Kita tidak tahu apa yang terjadi ke depannya bukan? Bisa saja keluarga Kak Karin atau Kak Bara tetap menolak kehadiranku, lalu mereka mengusirku dengan iming-iming uang."

Hurt in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang