(4) Teman-teman aneh

658 141 12
                                    

Kemarin malam Dosen Kim mengabarkan di group Chat jurusan Manajemen bisnis kalau kami masuk siang hari ini. Seharusnya ini adalah kabar yang menyenangkan namun Tak ada hal menyenangkan yang terjadi disini karena aku tetap tidak bisa bangkong ataupun bermalas-malasan di kamar. Ibu tidak akan membiarkannya. Layaknya petugas tentara pagi-pagi sekali ibuku itu sudah menggedor-gedor pintu kamar dengan anarkis. Berteriak seperti makhluk bar-bar bahkan sampai mengancam melakukan pendobrakkan jika aku tidak segera beranjak bangun.

Sepertinya ibu lupa kalau aku ini anak lelaki. Dia malah memperlakukanku seperti anak gadis. Bisa-bisanya ibu menyuruhku menyapu, mencuci piring, menjemur pakaian, siram bunga. Setiap dia tahu aku masuk siang semua itu adalah kesempatan bagi ibuku untuk menyuruhku melakukan pekerjaan rumah. Tentu saja aku menolak. Merengek-rengek memelas. Kalau tadi cuma beresin kamar masih mending.

Tapi tetap tak ada belas kasihannya padaku. Ibu bilang tidak boleh makan sebelum pekerjaannya selesai membuatku akhirnya dengan pasrah mengerjakannya. Tahu bahwa mau sekeras apapun menolak tetap tidak akan ada gunanya. Maka setelah menyapu dan mencuci piring kini aku berakhir di belakang rumah sendirian. Tengah menjemur pakaian dengan memakai celana boxer dan Singlet saja.

"Nak Taehyung ya? Rajin sekali ya pagi-pagi sudah jemur pakaian."

Aku sontak menoleh ketika mendengar suara itu dan temukan seorang ahjumma tetangga sebelah yang sedang berdiri di pagar kayu rumah. Menatap padaku dengan tersenyum lebar.

Bukannya senang atas pujian barusan aku malah merasa malu sekali. Aku tidak suka di goda seperti ini. Aku bukan anak perempuan.

"Ehehe Iya Ahjumma. " kekehku meringis pelan.

Ahjumma itu semakin menatapku berbinar kagum.

"Enak ya jadi Taeyeon punya anak seperti Nak Taehyung. Sudah tampan, rajin terus baik hati lagi. Kalau begitu ahjumma ke depan dulu ya. Mau kepasar. "

"Iya Ahjumma hati-hati. "

Perlahan senyum di bibirku berangsur pudar bersama presensi ahjumma itu yang menghilang.

Astaga bisa gila aku.

***

Pukul dua siang aku sudah sampai di depan pagar kampus. Kali ini aku naik bus dan tidak membawa mobil papa karena hari ini aku tidak menjemput nayeon. Dia masuk pagi tadi. Lagi pula aku kasihan juga pada papa dan mama kalau aku setiap hari membawa mobil. Mereka rela pergi bekerja naik taksi atau bus demi menuruti kemauanku. Berbeda dengan papa, Mama memang sering marah. Mengomel setiap hari padaku tapi aku tahu mereka berdua sebenarnya sangatlah menyayangiku.

Tak heran mama sering marah karena aku ini anak yang sangat boros. Tidak pernah mikir-mikir dulu. Uang hasil judi kemarin saja sudah habis Buat traktir teman-teman. Namun meski begitu aku tidak pernah menyesal mentraktir teman-temanku. Aku bukan orang pelit. Kalau punya ya pasti akan ku beri. Uang bisa di cari lagi yang penting bisa bersenang-senang dan menjalin hubungan yang baik.

" Hyung? Apa-apaan masa cuma segini? Bagi lagi lah."

"Ah kau pun, Nah ini. Pas ya? "

"Ehehe Beginilah Hyung baru pas. "

"Ada apa ini? "

Aku mengerutkan alis bingung melihat banyak sekali foto polaroid yang berserakkan di atas meja. Dan semuanya adalah gambar-gambar lelaki keren yang terkenal di kampus ini.

" Kalian sedang apa sih? " tanyaku lagi keheranan. Meletakkan tas lalu duduk di samping mereka.

Hoseok dan Jimin tersenyum lebar lantas dua lelaki itu menunjukkan uang di tangannya ke hadapanku dengan tersenyum sombong.

"Wah banyak uang nih? "

"Iya Dong Vin. Ayo ke cafe nanti. Hari ini kami yang traktir. " ujar mereka bersorak riang.

"Tumben? Dari mana kalian mendapat uang? Menang lotre atau apa? "

"Bukan, Kami jualan ini. " ucap jimin tersenyum. Menunjukkan foto-foto polaroid itu membuatku seketika kebingungan.

"Kalian nggak waras? Siapa memannya yang mau membeli sampah-sampah beginian?" kekehku meremehkan.

Hoseok dan jimin segera membantah.

"Eh jangan salah ya Vin. Ada tau yang beli banyak lagi iyakan Hyung? "

"Iya kami menjualnya sama gadis-gadis di kampus ini. Mereka kan rata-rata suka sama cowok keren tuh di kampus. Yaudah kesempatan kami foto diam-diam mereka dan menjual gambarnya ke gadis-gadis itu. Lumayan loh Vin satu foto dua puluh Won. "

Aku menghela nafas tak habis pikir. Ada ya yang beginian? Kemudian aku tertarik mengambil salah satu foto yang terbungkus pelastik rapi lantas menganga begitu melihat gambar sehun yang tengah berganti baju.

Jimin segera merebutnya dari tanganku.

"ini pesanan gadis Vip kami Vin. Dia membayar mahal untuk ini. " kekehnya.

Huh! Benar-benar. Aku sampai mengurut kepala sangking pusingnya. Jimin dan hoseok hyung memang gila tapi gadis-gadis yang membelinya jauh lebih gila lagi. Tak bisa ku bayangkan bagaimana hoseok hyung dan jimin mengendap-ngendap memfoto Oh Sehun yang berganti baju.

"Ngomong-ngomong Vin kalau di lihat-lihat kau itu Tampan juga ya."

Aku sontak terkejut ketika ucapan itu masuk telinga. Merasa aneh karena hoseok dan jimin tidak pernah sekalipun mau mengakui ketampananku. Dan tepat seperti dugaanku kini dua lelaki itu tengah menyeringai aneh menatapku.

Menelan ludah susah payah. Aku merasakan firasat yang buruk.

***

Jennie muncul chap selanjutnya ya ehehe:)

Voments

JANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang