(11) Malam minggu

387 64 3
                                    


Aku saat ini tengah duduk di bangku depan teras rumah nayeon. Sudah menjadi rutinitas--aku pasti akan mendatanginya ketika malam Minggu tiba. Sekedar ngobrol ataupun membawakannya makanan. Kami berpacaran secara sehat tidak seperti pasangan bebas lainnya. Hanya berpelukan dan sesekali berciuman. Tidak pernah sekalipun aku berbuat lebih padanya walaupun terkadang ada rasa ingin menyentuhnya lebih dari itu. Namun secepat itu pula aku langsung sadar dan segera mengenyahkan keinginanku itu karena ayah dan ibu setiap hari selalu menasehati ku tentang perempuan.

Mereka berdua selalu berbicara kalau belum bisa menghasilkan uang sendiri maka jangan coba-coba. Ayah dan ibu memang tidak melarangku berpacaran namun selalu mengatakan lelaki sejati adalah lelaki yang mampu menjaga pasangannya tetap suci hingga akhirnya menikah. Lagi pula aku juga sadar diri. Dan memikirkan kedepannya. Kalau misalnya aku punya anak memangnya aku bisa menghidupinya sementara di umurku sekarang saja aku masih minta sama orangtua. Kalau soal judi aku tidak suka memberikan anakku uang haram nantinya. Aku ingin anakku hidup bahagia dan tidak kekurangan.

"Vin aku ambil minumnya lagi ya sebentar." Ucap nayeon tiba-tiba lantas mengambil gelas airku yang sudah kosong.

Aku hanya tersenyum menatapi punggungnya yang pergi.

Lalu ku dengar teleponku berbunyi dan kulihat nama mama di sana.

"Hallo ma?"

"Taehyung kamu masik di rumah pacarmu?"

"Iya Ma bentar lagi ini juga mau pulang, kenapa Ma?"

"Tae, bisa belikan mama odeng sekalian kamu pulang nanti? Mama tiba-tiba kepingin makan. Tadi nggak sempat beli."

"Iya Ma, Nanti taehyung beli."

"Yaudah kamu hati-hati pulangnya ya, mau hujan juga kayaknya ini."

"Iya Ma."

Bersamaan dengan matinya telepon-- aku pun sontak memandang ke langit malam Dimana benar saja angin terasa bertiup kencang. Sepertinya hujan lebat akan segera turun.

"Vin ini minumnya." Nayeon kembali sambil membawakan gelas air untukku.

Aku meneguknya sebentar lantas berujar.

"Nay aku pulang ya." Ucapku lembut.

"Owh sudah mau pulang? Yaudah aku panggil mama dulu."

Kemudian aku pun segera berdiri begitu melihat ibu nayeon yang keluar. Tersenyum lembut menatapku.

"Nak Vincent mau pulang? Kalok begitu hati-hati yang di jalan. Makasi juga sudah repot-repot setiap datang bawain makanan. " katanya dengan nada sungkan membuatku langsung tersenyum lebar.

"Tidak apa-apa kok Tante." Jawabku bersemangat.

"Yaudah Vincent pamit pulang ya Tante. Selamat malam." Lanjut ku lagi dan di balas senyuman cerah dari kedua keluarga itu.

Setelah ibunya kembali masuk, nayeon pun berjalan menghampiriku yang tengah memakai help motor.

"Vin kamu hati-hati ya." Ucapnya dengan raut cemas ketika menyadari rintik hujan yang perlahan mulai turun.

Aku tersenyum.

"Iya sayang" kataku sambil mengacak rambutnya gemas.

"Kamu masuk sana. Tidur yang nyenyak ya. Mimpi indah."

"Hm." Angguknya lucu.

Kemudian setelah mengecup kepalanya sebentar aku pun mulai menjalankan sepeda motorku meninggalkan pekarangan rumahnya. Beberapa menit berjalan hujan pun kian turun dengan lebat. Rasanya aku ingin cepat-cepat pulang dan segera tidur namun aku teringat harus membeli odeng pesanan mama sebelum itu. Karenanya saat ini aku tengah membelokkan sepeda motorku ke daerah gangbuk dimana banyak orang yang menjual berbagai stan-stan makanan disana.

JANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang