(2) lika liku pacaran

1.1K 193 6
                                    

kelinci manis

: Aku sudah sampai di depan rumahmu. Kau dimana? Ayo keluar.

Setelah berhasil mengirimkan pesan, aku menoleh memperhatikan rumah minimalis di depanku dari dalam kaca mobil menanti. Tadinya ku pikir nayeon sudah menungguiku lama di depan rumahnya sampai membuatku merasa tidak enak terus di sepanjang perjalanan. Menjadikan diriku ngebut tanpa mendengarkan nasihat Mama karena terlalu mencemaskan Nayeon.
Namun ternyata firasatku salah.

Apa dia belum selesai bersiap-siap ya?
Tapi bukannya dia sendiri yang memintaku menjemputnya cepat?

Dua puluh menit menunggu, Nayeon tak kunjung juga muncul membuatku tak tahan dan hendak keluar menghampiri rumahnya sendiri berniat untuk menyusulnya saja. Namun kemudian aku merasakan ponsel di tanganku bergetar membuatku sontak berhenti. Mengurungkan niat dan segera bergerak memeriksanya.

Maaf Vincent aku sudah berangkat sama temanku. Kamu juga cepat berangkat nanti kamu terlambat.


: Owh yaudah tidak apa-apa.

Menghela nafas berat, aku sedikit merasa kecewa membaca pesannya.  Padahal aku sudah susah payah meminjam mobil Papa. Sepertinya aku terlalu bersemangat hari ini.

Kami memang memiliki banyak teman yah meski temanku tak sebanyak teman nayeon karena kepopulerannya yang tinggi. Dan aku sudah terbiasa dengan hal ini. Mau melarang pun di rasa ngapain? Aku tidak mau di anggap sebagai pacar yang posesif. Tak ingin nayeon merasa tak nyaman bersamaku. Jadi biarkan saja. Biarkan nayeon bersenang-senang dengan dunianya. Kebahagiaan nayeon adalah kebahagianku juga.

Kemudian aku pun segera bergerak pergi menuju kampus. Sudah mengiklaskan Nayeon yang pergi meninggalkanku bersama temannya namun semua itu sebelum aku tahu teman siapa yang dia maksud. Aku sontak mengepalkan tangan dan berjalan tergesa menghampiri Nayeon yang tengah berbincang sambil sesekali tertawa bersama Jung jaehyun di depan kampus. Menepis bahunya kasar.

"Sedang apa kau bersama pacarku?"
Desisku tak suka lantas menarik nayeon ke belakang punggungku.

Jaehyun menatapku dengan wajah kebingungan.

"Kenapa? Aku cuma bicara sebentar dengan Nayeon." jawabnya datar.

Huh.

Dia masih juga mengelak.

"Kau kan yang menjemput nayeon tadi? Apa maksudmu sebenarnya? Kau menyukai nayeon? Seharusnya kau tahu nayeon itu adalah pacarku. " kataku membuatnya terdiam tak bisa bicara. Seolah kenyataan di depan mata tengah memukul dirinya sakit.

Aku tahu Jung Jaehyun menyukai Nayeon. Terlihat jelas dari wajahnya ketika sedang menatap. Selama ini aku selalu menahan diri. berusaha menghargai pertemanannya dengan pacarku. Lagi pula aku tahu Jaehyun orang baik. Dia tidak berbahaya. Namun sepertinya rasa suka di hatinya untuk nayeon tak juga pudar meski sudah terkikis banyak waktu. Aku mulai jengah. Kini dia seperti pengganggu di hubungan kami. Karna dia aku gagal menjemput nayeon pagi ini. Jaehyun jadi seperti pacarnya Nayeon saja. Sebal.

"Vincent! Kamu tidak boleh bicara begitu sama Jaehyun. Dia cuma nganterin aku doang. "

Aku menatap nayeon tak percaya yang membela jaehyun.

"Tapikan seharusnya kamu berangkatnya samaku tadi. Kenapa kamu ninggalin aku begitu saja?"

"Jadi semua ini salahku? Kamu saja yang datangnya lama. Aku capek nungguin kamu. Terus tidak sengaja jaehyun lewat dan menawarkan tumpangan. Tidak ada salahnya kan?"

JANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang