(6) Gadis mata duitan

644 122 10
                                    


"Jennie kim? "

Begitu memanggilnya, kudapati gadis itu mendongak datar padaku yang sudah berdiri di depannya. Menatap dengan wajahnya yang nampak setenang air. Jernih sekali. Lalu hening di antara kami yang terlihat sama-sama saling memandang. Berkutat dalam pikiran masing-masing. Aku sedikit merasa gugup di tatap seintens itu tapi anehnya aku malah balas menatapnya juga. Kenapa? Apa aku memang setampan itu?

Gadis itu menghela nafas pelan.

"Ada apa ya? " Tanyanya kemudian sambil menutup tuperware kue nya dan menyimpannya.

Persis seperti waktu itu suara gadis ini terdengar pelan dan lembut. Pembawaannya tenang dan seolah tak memiliki emosi. Tiba-tiba rasa percaya diriku barusan menghilang. Ragu. Sepertinya dia menatap intens bukan karena aku tampan deh.

Ah terserah saja lah. Aku harus cepat-cepat.

"Kau beneran jennie kim kan? Dosen Kim yang menyuruhku mencarimu. Katanya soal-soalnya sudah siap atau belum? " ucapku lagi seraya menarik kursi dan duduk di depannya santai.

Bisa kulihat sesaat gadis itu gugup saat aku duduk di depannya. Namun secepat kilat itu juga ia langsung panik begitu ku tanya mengenai soal-soal pesanan dosen Kim.

"Owh belum, ini sebentar lagi." Jawabnya kemudian lantas sibuk pada kertas di atas meja.

Kini gadis itu sepenuhnya fokus pada pekerjaannya. Sementara aku sudah mau teriak saja. kesal. Berapa lama lagi aku harus menunggu huh?

"Masih lama tidak? Aku sudah di cari temanku nih" Keluhku sebal sambil memeriksa jam di ponsel.

Sial! Sudah hampir satu jam aku membuang waktu ku tidak berguna begini. Mana belum makan lagi. Laper.
Menghela nafas berat, aku kemudian menompang dagu ku dengan sebelah tangan sambil memperhatikan gadis itu yang terlihat kewalahan sekali. Mendapati dia yang kesusahan membuatku jadi urung untuk mendesaknya. Wajahnya juga nampak seperti orang yang kecapean. Aku kasihan juga lama-lama.

Lalu tiba-tiba aku jadi kepikiran sesuatu.

" Owh ya kau itu anak kedokteran kan? Terus kok bisa sih Dosen Kim memintamu mengerjakan soal anak jurusan bisnis?" Tanyaku benar- benar penasaran.

"Tidak tau" jawabnya datar masih fokus memeriksa lembaran kertas.

Huh! Nyebelin banget sih. Sifatnya masih sama saja seperti waktu itu. Membuat rasa simpatiku barusan menjadi hilang seketika. Untuk apa mengasihani perempuan belagu macam begini.

Berak!

" Hei! Aku tidak mau tahu ya! Cepat selesaikan soalnya. Aku di suruh dosen Kim cuma untuk mengambil soal saja tadi bukannya untuk menungguimu tahu!" Ucapku kesal sambil menggebrak meja menatapnya bersungut-sungut.

' nggak sabaran banget sih'

Mataku melotot.

" Apa kau bilang?"

" Apa?"

" Tadi kau bilang sesuatu kan?"

" Huh Perasaan banget sih" dengusnya seraya melengos mengejekku.

Melihat itu membuat kepalaku serasa berasap. Perempuan ini benar-benar.

"Kau--"

"Kalian berdua yang disana! Kalau mau bertengkar keluar dari sini!" Intrupsi pengawas perpustakaan kemudian.

Tersentak kaget. Aku sontak meringis sambil menggaruk kepalaku kikuk.

"Eh? Enggak Buk. Kami diam kok" Ujarku cengar-cengir seperti orang idiot.

Aish! Kenapa sifat bodoh ini tiba-tiba muncul sih padaku? Pasti karena aku kebanyakan bergaul dengan Jimin dan hoseok. Sifat bodoh mereka jadi menular padaku. Haduh.

" Awas kalau kalian ribut lagi"

" Baik buk" ucapku bersemangat.

Lalu ibu pengawas itu nampak fokus lagi pada buku di mejanya membuatku menghela nafas lega setelahnya. Syukurlah.

Lalu hening di antara kami sampai akhirnya ku lihat gadis di depanku ini geleng-geleng tak habis pikir padaku.

" Kau ini berisik sekali ya?" Katanya pelan.

" Hei! Kau juga berisik tahu!" Jawabku berbisik sebal.

"Sudahlah kau kerjakan saja soal itu cepat. Males banget aku berlama-lama disini denganmu" sambungku lagi.

" Seharusnya soal ini sudah siap kalau mulutmu itu tidak mengoceh terus seperti bebek dari tadi" katanya santai.

Huh? Bebek?

Sabar...

Sabar...

Sabar Vincent...

Orang sabar tandanya ganteng.

Kemudian gadis itu kembali lagi pada tugasnya. Fokus. Sementara aku juga mengabaikannya. Lebih memilih untuk membalas pesan-pesan temanku saja dari pada ucapan gadis ini. Sudah capek.
Lebih tepatnya kesal sih karena dia selalu bisa membalikkan kata-kataku.

Kruyuk....

Gadis itu tiba-tiba menatapku.

"Apa lihat-lihat?" Ucapku garang.

Dia menghela nafas pelan. Lalu tanpa di sangka ia menyodorkan Tupperware kuenya ke arahku.

" Makanlah. Kau laper kan."

Terdiam, tak berbicara. Aku memperhatikannya sebentar lantas beralih pada kue itu. Membuat cacing di perutku seketika kembali meraung. Rasa lapar ini menghilangkan akal sehatku. Lupa kalau sebelum ini aku dan gadis ini
Tadinya sempat berselisih tegang. Terserah saja lah, aku nggak ada waktu buat mengurusi gengsi. Yang penting makan.

Tanpa kata, aku langsung mencomot kue itu dan memakannya lahap. Aku bahkan mengambilnya lagi dan lagi. Entah sudah yang ke berapa potong. Aku sendiri juga tidak tahu kenapa aku memakannya banyak sekali. Entah karena doyan atau laper.

Yah.. pasti karena laper kan? Tidak mungkin aku menyukai kue gadis ini.

" Akhirnya, Ini soalnya sudah siap" ujar gadis itu membuatku berhenti sejenak.

Loh? Kok sudah siap? Nggak terasa. Perasaan aku baru makan lah.

"Sudah?" Tanyaku memastikan dengan mulut penuh.

Gadis itu mendengus.

" Iya sudah siap, Kan tadi sudah ku katakan soal ini bakal cepat selesai kalau mulutmu itu diam. "

Lubang hidungku kembang kempis mendengarnya. Sifat menyebalkannya datang lagi. Okehlah kalau begitu, akhirnya aku bisa bebas dari gadis belagu ini.

" Mana?"

Dia menyerahkannya dan langsung ku periksa satu persatu. Ternyata benar kata dosen Kim, tulisannya rapi dan bagus.

"Oke ini ku bawa ya, Owh ya ini uang pemberian Dosen Kim untukmu. Katanya sebagai ucapan terima kasih"

Aku berdiri di depannya dan memberikan uang pesanan dosen Kim pada gadis itu.

" Aku pergi dulu, Untuk Kuenya tadi makasi ya" Ujarku tersenyum.

" Bayar"

Langkahku urung seketika. lalu aku menoleh pada gadis itu dengan wajah kaget. Jadi kue barusan tidak gratis?
Ku perhatikan wajahnya seksama dan aku tidak menangkap kalau dia sedang bermain main. Ternyata dia serius. Baru kali ini aku bertemu gadis macam begini. Sudah belagu, menyebalkan, pelit, Mata duitan lagi.

" Nih uangnya. Kembaliannya ambil saja untukmu. Bye gadis nyebelin."

"Eh?"

Aku tak menghiraukan panggilannya. Terus berjalan keluar dari perpustakaan. Berlari cepat ingin segera bertemu teman-temanku.

Semoga saja tak bertemu gadis itu lagi. Bisa mati muda aku kalau ketemu dia lagi. Hih. Tidak mau.

***
Siapa yang kangen nih?

Ehehe koments ya🥰

JANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang