TAK!
"WOHOO MANTAP. HAHAHA.."
"Siap-siap ucapkan selamat tinggal sama si cantik merah Hahaha... "
"Masi babak satu saja sudah belagu! Permainan masi panjang bangsat. "
Suara dentuman bola billiard itu menggema di setiap penjuru ruangan ketika aku melangkah masuk ke dalam. Terus berjalan tanpa pedulikan sekitar yang nampak ramai dan berisik sekali.
Aku menghela nafas berat sambil menjatuhkan diri di lantai sudut tembok. Menegak botol airku kemudian bersama kehadiran seseorang yang ku rasakan. Kini dengan bar-barnya merangkul leher seraya duduk di sebelahku.
"Woy Vin? Kenapa tuh muka masam banget? Pacarmu lagi?" tanya Jimin tertawa meledek.
Aku memutar bola mata dan memilih mengabaikannya. Sudah terlanjur sering. Jimin memang suka sekali mengusiliku. Kemudian aku teringat bekal yang ibu berikan tadi pagi lantas mengeluarkannya untuk segera di makan. Sayang, mubazir nanti.
Bisa ku dengar Tawa Jimin semakin keras.
"Hahaha.. Kau masih sering ya bawa bekal beginian? Ini Sudah jaman kapan Vin? Haha.." ucapnya sambil mencomot sandwich milikku. Mengunyahnya dengan mulut penuh.
"Ya mau bagaimana lagi." jawabku seadanya. Tak begitu peduli.
Dia mengejekku karena membawa bekal tapi tak tahu malu memakannya juga. Teman-temanku memang aneh semua. Tak heran lagi.
Selagi memakannya bersama jimin, mataku memperhatikan ruangan billiard ini penuh minat. Kemudian arah pandanganku jatuh pada Seokjin Hyung yang tengah beradu main dengan Chanyeol Sunbae di depan sana. Banyak orang berkumpul menyaksikan pertandingan mereka. Sebenarnya di sekitar sudut yang lain ada beberapa orang juga yang berjudi seperti mereka namun lebih banyak orang yang tertarik pada permainan Seokjin dan Chanyeol membuatku jadi ikutan penasaran.
"Kali ini Taruhannya apa?"
"Kereta King Seokjin sama Uang Sepuluh juta won Chanyeol. " jawab jimin masih sibuk makan.
Sementara mataku seketika melebar mendengarnya. Taruhan yang sangat menggiurkan. Memikirkan nominal uang itu aku jadi teringat nayeon. Berkeinginan hendak membelikan sesuatu padanya. Selama ini aku hanya memberikan coklat dan bunga yang biasa-biasa saja untuknya berbeda dengan penggemar-penggemarnya yang selalu memberikan barang-barang mewah.
Sebagai pacar, aku merasa perlu memanjakan gadisku. Tak ingin kalah dari penggemarnya itu."Siapa pemain Seokjin Hyung? " Tanyaku lagi membuat jimin seketika menoleh menatapku dengan matanya yang melebar antusias.
"Eunwoo, Kenapa? Kau mau Main? Mana Tobat yang kau bilang Vin Haha.. Kemarin-kemarin aja bilangnya kena marah Orangtua lah, berdosalah, Masuk nerakalah kayak Pak haji."
"Shut! belum waktunya bertobat jim." Kekehku pelan lantas berjalan ke arah
Kerumunan itu bersama jimin yang segera mengikutiku di sebelah."Wop kalau menang harus Traktir nih. " Tawanya lagi.
Aku hanya balas tertawa padanya kemudian dengan percaya diri merebut tongkat stick di tangan Eunwoo yang sebelumnya terlihat ketar-ketir melawan Sehun pemainnya Chanyeol.
Bersamaan dengan munculnya aku--bisa kulihat wajah Seokjin Hyung yang tadinya nampak stres itu kini berbinar ketika melihatku. Ia langsung menghampiri dan menepuk-nepuk punggungku kesenangan.
"Player kita sudah kembali. Keputusan yang bagus Vincent." ujarnya tertawa gembira.
Lalu Seokjin menatap Chanyeol dan Sehun angkuh yang mendengus tak suka.