"Gawat, gawat, gawattt..."Aku berlari di pinggir jalan trotoar menuju kearah kampus dengan tergesa-gesa. Di sepanjang jalan tak ayal aku menabrak beberapa orang yang juga tengah lewat. Sampai di depan pintu kampus aku pun kian mempercepat langkahku yang sontak menarik perhatian siswa-siswi dari fakultas yang lain. Ramai sekali. Ada yang naik mobil atau sepeda motor. Dan juga ada yang berjalan kaki sepertiku.
Kemudian aku pun sampai di depan pintu kelas jurusanku dan benar saja dosen Kim sudah masuk.
Gawat! Habislah aku.
Seraya menarik nafas kuat aku pun mengetuk pintu namun dalam sekelebat kemudian tubuhku terasa di tarik dengan mulut yang di bekap kuat.
Cklek!
"Siapa-- eh?"
"Mmmm..."
"Sttt..."
Aku menoleh kebingungan mengetahui Jimin dan hoseok yang rupanya membekap ku. Kami bertiga jongkok bersembunyi di balik tangga. Memperhatikan dosen Kim yang tengah berdiri di depan pintu. Celingukan seolah mencari-cari. lalu bisa ku dengar Jimin dan hoseok kompak menghela nafas lega begitu dosen Kim kembali masuk ke dalam kelas.
"Kalian berdua ini ngapain sih?" Todongku langsung sambil menghempas tangan Jimin di mulutku dengan sebal.
"Ngapain lagi, Ya boloslah Yok." Jawab mereka enteng membuatku tak habis pikir.
Mungkin kalau dulu aku pasti akan langsung mengiyakan. Namun sekarang rasanya sayang sekali melewatkan sedikit saja pelajaran. Ayolah orangtuaku bayar jutaan setiap semester tahu.
"Gila ya, bolos kok ngajak-ngajak. Kalian saja sana."
Aku berdiri dan hendak pergi namun sekali lagi mereka berdua menarikku keluar gedung sambil berujar.
"Kita telat ngapain masuk? Bukannya belajar tapi malah kena hukum. Mending kita ke kantin makan. Hoseok yang traktir hehe."
"kepalamu. Ya ngutanglah."
Aku menghela nafas lelah. Teman-temanku tidak juga berubah dari dulu. Mereka masih tetap main-main dan menganggap santai kuliah. Kami memang telat namun setahuku dosen Kim bukanlah orang yang kejam. Paling di kasi tugas tambahan. Meski begitu apa yang di ucapkan Jimin juga ada benarnya sih. Hari ini main-main saja deh nanti saja belajarnya.
"Yasudahlah yok kantin, lapar juga nih." Jawabku sontak membuat mereka berdua bersorak kesenangan karena mendapat teman lain untuk membolos bersama.
Kemudian kami bertiga pun berakhir di kantin. Makan dengan penuh kenikmatan. Lalu setelah selesai makan kami berjalan-jalan mengelilingi kampus. Sudah siang dan matahari lumayan terik namun suasana kampus tidaklah panas karena di setiap jalan banyak sekali pohon-pohon besar. Kampusku sangatlah luas. Bahkan sangking banyaknya pohon orang yang pertama kali melihatnya akan mengira ini hutan.
Eh?
Jennie?
Mataku tak sengaja menangkap presensi gadis itu yang tengah duduk sendirian di joglo taman. Beberapa buku nampak di depannya dan dia terlihat seperti menulis sesuatu. Tanpa pikir panjang aku langsung berlari menghampirinya membuat hoseok dan Jimin sontak mengikutiku.
"Hallo Jen, Lagi ngapain?" Ucapku kemudian dan langsung mendapat tatapan heran dari Jimin dan hoseok.
Aku tahu, mereka pasti berfikir aku tengah modus. Namun yang sebenarnya ku lakukan hanya ingin sekedar basa-basi dengan gadis ini. Aku ingin mengakrabkan diri dengannya karena aku butuh dia soal pelajaran. Kalau nanti tiba-tiba aku langsung minta ajarin dia rasanya tidak enak seolah aku hanya memanfaatkannya. Aku tidak ingin dia menganggapku begitu. Karena itu aku ingin bisa berteman baik dengannya. Biar sama-sama enak.
"Owh, Taehyung? ini lagi ngerjain tugas." Jawabnya seadanya lantas kembali fokus pada tugasnya yang ternyata tengah menggambar sebuah kerangka manusia beserta organ-organnya.
Hebat!
Gadis ini rupanya juga jago menggambar. Tanpa sadar tanganku terulur memeriksa buku-bukunya.
"Wih Jen bagus-bagus banget--eh?"
Tak sengaja aku melihat gambaran laki-laki anime. Ada banyak sekali dan hampir semuanya tak memakai baju dan menampilkan tubuh berotot. Gambar-gambar itu juga memiliki beragam ekspresi. Sungguh keren sampai menyerupai manusia sungguhan.
"Hei kembalikan!" Jennie tiba-tiba merampas bukunya dari tanganku. Panik.
Aku tersenyum miring melihatnya. Aku paham gadis-gadis seperti ini. Perempuan tetaplah perempuan sukanya laki-laki manly. Malah gadis pendiam itu yang lebih mengerti soal beginian karena sudah paham betul. Namun fikiranku langsung positif terhadap Jennie. Pasti gadis ini tak pernah main dengan laki-laki dan hanya mengakspresikan keinginannya dengan menggambar sesuai imajinasi yang dia inginkan sendiri. Dan jujur saja gambarannya itu bagus banget.
Aku tersenyum lebar.
"Jen, hari ini kau jam berapa pulangnya?"
"Jam enam mungkin." Jawabnya menatap heran.
"Yaudah nanti samaku ya. Bye Jen, sampai jumpa nanti sore. yok teman-teman."
Aku berjalan pergi dari sana membuat Jimin dan hoseok mau tidak mau mengikutiku.
"Siapa itu Vin?" Tanya Jimin penasaran.
"Owh itu Jennie. Anak jurusan kedokteran."
Kami mengobrol sambil tetap berjalan.
"Kok kau bisa kenal?"
"Kebetulan saja. Ngomong-ngomong sebenarnya dia yang ngerjain tugasku waktu itu."
"Gila! Yang benar kau vin? Berarti pintar dong ya?"
"Ya gitulah."
"Jadi entar sore kau mau jalan sama dia Vin? Apa nih! Kau mau selingkuh?" Ujar hoseok heboh dengan segala pikirannya membuatku langsung membidiknya tajam.
"Sembarangan. Ya enggak lah." Sargahku cepat.
Aku itu hanya cinta dengan nayeon. Aku cuma mau berteman dengannya saja.
"Yakin? Lumayan cantik juga dia. Apalagi kalok dandan kayaknya cantik banget deh."
"Yaudah sana pacarin."
"Bagilah nomornya."
Eh?
Benar juga aku tidak punya nomor Jennie. Bagaimana nanti aku mau tanya-tanya soal pelajaran sama dia?
***
Aku ultah guys jadi ini hadiah dariku buat kalian.
Di hari spesial ini aku mau buat orang lain seneng 😄😄
Makasi♥️