Chapter 14

4.3K 644 14
                                    

Dalam perjalanan pulang ke Seoul, Lee San tertidur lagi dan bersandar dengan nyaman di pundak Chin Hwa. Sebenarnya, Chin Hwa sendiri yang meletakkan kepala itu ke pundaknya. Tidak mungkin dia tega membiarkan kekasihnya bersandar pada jendela, kan.

Saat itu Chin Hwa sedang melihat pergerakan saham lewat tablet miliknya. Untuk membunuh waktu luang, dia memang biasanya membaca buku, melihat berita atau bermain saham. Mungkin karena itu dia terlihat seperti orang kolot yang membosankan. Tetapi Lee San tertawa bersamanya dulu, seolah-olah dia orang yang menyenangkan.

Chin Hwa tersenyum tanpa sadar. Sang supir, yang usianya hampir menginjak kepala lima, melihat hal itu dan tersenyum juga. Jarang sekali melihat Tuannya senang begitu.

Saat Tuannya menyuruhnya membawa mereka ke rumah utama, dia cukup terkejut. Sejak dahulu, dia selalu pilih-pilih tentang siapa saja yang boleh masuk ke sana, bahkan Ho Rang yang merupakan asistennya sendiri, tidak diizinkan datang jika tidak ada hal yang penting. Sekarang Chin Hwa akan membiarkan Lee San tinggal di sana, di rumah di mana ibunya berada. Bukankah itu perkembangan yang sangat pesat.

Sebenarnya, dia bukannya tidak terkejut saat tahu jika kekasih Chin Hwa adalah seorang laki-laki. Selama ini Tuannya selalu berhubungan dengan wanita, mau itu hubungan satu malam atau hubungan beberapa bulan. Tetapi, ketika melihat sikap Chin Hwa pada kekasihnya yang sekarang cukup berbeda, ada rasa lega di hatinya.

Nyonya, mungkin kali ini Tuan Muda benar-benar jatuh cinta. Mohon restui mereka...

Di belakang, tidur Lee San terusik. Tangannya bergerak mencari sesuatu.

"Apa kau butuh sesuatu?" Chin Hwa mengusap wajah Lee San yang masih tertidur.

"Tanganmu..." Lee San bergumam. "Di mana tanganmu...?" Chin Hwa sudah tersenyum, begitu dia hendak memberikan tangannya pada pemuda itu, Lee San menambahkan. "... Ro Hwi?"

Senyum Chin Hwa langsung hilang. Raut wajahnya juga berubah jelek. Dia tahu Lee San tidak mungkin akan mampu melupakan Park Ro Hwi dengan cepat, tetapi memikirkan dia baru saja mencari tangan pria itu, membuatnya agak kesal.

"Tidak ada Park Ro Hwi," suara dingin itu mengudara seperti bisikan. Chin Hwa lantas menggenggam tangan kekasihnya yang masih tertidur itu. "Mulai dari sekarang hanya aku yang akan menggenggam tanganmu, sampai selamanya."

.

.

Rumah Chin Hwa tidak sedingin yang dia bayangkan. Perpaduan kayu, bambu dan dinding yang kokoh menyatu dengan sempurna membawa kenyamanan yang hangat. Di belakang rumahnya, Chin Hwa bahkan memiliki kolam ikan. Lee San sangat menikmati suasana ini. Tetapi anehnya, ada rasa rindu yang tak terbantahkan terhadap Penthouse milik Ro Hwi. Mau bagaimana pun, dua tahun bukan waktu yang sebentar, kan.

"Kenapa kau tidak tidur?" Chin Hwa muncul dari belakang. Dia baru saja mengurus beberapa dokumen di ruang kerjanya, tetapi begitu dia kembali ke kamar, dia tidak menemukan Lee San di sana. Kata Bibi yang mengurus rumah ini, pemuda itu ada di taman belakang.

Lee San menggeleng. "Aku sudah banyak istirahat."

Memang benar begitu. Dari sejak perjalanan pulang, sampai kemudian dia tiba di rumah Chin Hwa, dia tidur dengan nyenyak. Hampir tengah malam ketika akhirnya dia bangun dan Chin Hwa tidak ada di sampingnya. Dia sempat bingung ketika ke luar kamar tadi. Tetapi, untung saja ada Bibi pengurus rumah yang ramah.

Chin Hwa berdeham, lalu menyingsingkan celananya yang berwarna putih sebelum ikut duduk di samping Lee San. Selama jadi bos besar, mungkin ini pertama kalinya dia duduk di lantai seperti ini.

Lee San mendesah panjang. "Hawanya sudah mulai panas."

"Ya, sudah mulai masuk musim panas," tanggap Chin Hwa.

[BL] Wake Me Up After An Hour [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang