Chapter 04

4.3K 642 15
                                    

Chin Hwa tiba di sebuah kamar mewah yang dipenuhi dengan peralatan medis. Suara monitor terdengar jelas ketika dia masuk, layarnya tengah menampilkan grafis kinerja seseorang yang saat itu tengah terbaring di atas tempat tidur.

Tubuh yang terbaring itu penuh dengan alat bantu kehidupan, seperti ventilator, selang makan, infus dan kateter (alat untuk membuang urine dalam tubuh pasien), juga beberapa elektroda yang ditempelkan di wilayah dada (tempat terdapatnya organ jantung dan paru-paru), alat itu terhubung dengan patient monitor.

Dia adalah Moon Chae Yeon, ibu kandung Chin Hwa.

Wanita itu telah mengalami koma semenjak mengalami kecelakaan mobil delapan tahun yang lalu. Sebelum kecelakaan, Chae Yeon adalah seorang guru vokal, dan Lee San merupakan salah satu muridnya yang paling dia sayang. Itu lah kenapa Chin Hwa cukup memperhatikan pemuda itu, karena ibunya hanya akan merespon setelah mendengar suara nyanyiannya. Dia sebenarnya tidak terlalu mengerti. Mengapa ibunya begitu memperhatikan Lee San, orang dengan kepribadian buruk.

Tidak ada media yang tahu jika ibunya dalam kondisi koma seperti ini, termasuk Lee San dan beberapa murid lainnya. Chae Yeon, saat dia menjadi guru vokal, tidak menunjukkan latar belakangnya sama sekali.

"Bu, bagaimana kabarmu hari ini?" dia duduk di kursi yang sudah disediakan di samping tempat tidur, mengusap wajah layunya. "Hari ini murid kesayanganmu melakukan streaming. Apa kau ingin mendengarnya."

Chin Hwa mengeluarkan ponselnya, dan kembali memutar video streaming yang tadi sudah dia unduh. Nada indah itu mulai mengalun, dan suara merdu Lee San masuk pada saat yang tepat. Jari ibunya yang terpasang oksimetri bergerak sedikit setelah mendengar suara itu. Chin Hwa tertawa kecil. Kenapa mendengar suara orang lain bereaksi, sedangkan mendengar suara anaknya sendiri yang hampir setiap hari datang sama sekali tidak ada reaksi?

"Bu, aku sedikit cemburu, tahu," dia cemberut. Ingin sekali bersikap manja lagi.

.

.

.

Gedung perusahaan ayahnya berdiri menjulang tepat di pusat kota Seoul. Itu adalah tempat di mana banyak artis, aktor dan penyanyi terkenal bernaung. Lee San termasuk penyanyi di bawah asuhan ayahnya, hanya saja kontraknya akan habis bulan depan.

Hari ini dia akan membahas kontrak itu tidak dengan ayahnya, tetapi kakaknya, Lee Jae Bin. Kakaknya memang sedang di training sebagai pengganti ayahnya setelah pria tua itu pensiun nanti, tetapi dalam cerita aslinya dia akan mengalami kejatuhan sebelum sempat menikmati kursi CEO, karena berita keterlibatannya dalam kasus prostitusi akan meledak beberapa tahun lagi.

"Kontrakmu tidak akan kami perpanjang," ucap Jae Bin segera sesaat pantatnya baru menyentuh kulit sofa. Lee San mendengus, lalu menopang kaki satu ke kaki lainnya dengan sombong.

"Cih, kau pikir aku mau memperpanjang kontrakku dengan perusahaan yang akan bangkrut ini?" dia jelas-jelas meledek pria yang usianya beda enam tahun itu.

"Kau!" Jae Bin mengepalkan tangannya, sepertinya mencoba sabar karena kepalan itu agak bergetar. "Setelah ini, berita buruk tentangmu yang keluar tidak akan lagi ditutupi oleh kami. Aku juga akan mengkonfirmasi jika setelah kau keluar, kau tidak akan lagi terlibat baik dalam perusahaan, maupun keluarga Lee."

Lee San mengedikkan bahunya tidak peduli.

"Aku hanya minta satu hal saja setelah kontrak berakhir," katanya kemudian.

Jae Bin mengernyit. "Kau masih punya muka untuk meminta sesuatu?"

Lee San langsung menatapnya dengan pandangan bosan. "Aku, kan, masih terdaftar sebagai keluarga kalian. Lagi pula..." dia bersandar malas, melempar sebuah amplop ke atas meja. "Kau tidak ingin itu menyebar ke media, kan?"

[BL] Wake Me Up After An Hour [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang