Sebelum hari penghakiman keluargaku, aku melakukan kegiatan santai yang tidak pernah aku lakukan sebelumnya. Bermain di cafe PC (semacam warnet). Di kehidupan sebelumnya, aku hanya tahu belajar. Di kehidupan sekarang, aku malah diberi ujian kehidupan.
Gosip tentang keluargaku sedikit demi sedikit mulai dikeluarkan Ro Hwi ke sosial media. Tentu saja itu kontradiktif dengan gosip sebelumnya. Keluargaku terlihat seperti manusia bersayap malaikat di mata publik. Sekarang berita yang keluar adalah hal negatif, siapa yang akan percaya?
Tetapi, sepertinya tim Ro Hwi tidak berniat membeberkan buktinya sekarang. Mereka mungkin ingin membuat publik berdiskusi tentang masalah ini sampai hari yang sudah ditentukan tiba. Apa aku juga akan menjadi targetnya, ya?
Jujur saja, itu sedikit mengganggu pikiranku. Fakta besar juga akan terungkap setelah itu, apa Ro Hwi akan langsung menghilangkan kebenciannya padaku? Aku agak lelah jika harus terus mengikuti permainan sistem.
Aku bersandar dengan hati berat, kemudian menghela napas.
Sekelompok anak sekolah bersorak di belakangku. Aku menoleh dan mengintip kegiatan mereka. Ternyata, mereka sedang bermain game bertarung dengan zombie. Sepertinya seru. Aku terus memperhatikan sampai tidak sadar aku bangkit dan berdiri di belakang salah satu anak paling tinggi di sana.
Setelah memperhatikan cukup lama, aku sepertinya jadi mengerti aturan permainannya. Ah, aku ingin main juga!
Tiga jam kemudian.
Hari sudah hampir gelap. Chin Hwa yang sedari tadi mencoba menghubungi Lee San tetapi tidak bisa-bisa, akhirnya mendapat kabar dari pemuda itu. Lee San mengirim foto padanya, tulisannya diakhiri dengan emoticon tawa.
[Maaf baru menghubungimu. Baru selesai main game dengan teman-teman baruku :D]
Di foto yang Lee San kirim, pemuda itu duduk bersama beberapa murid sekolah. Tetapi yang jadi perhatiannya adalah siswa yang duduk di samping Lee San. Dia tidak tersenyum, namun anak itu menatap kekasihnya agak berbeda. Raut wajah Chin Hwa langsung berubah. Dia terganggu dengan tatapan anak itu. Meski begitu, dia membalas dengan positif pesan dari Lee San.
[Bersenang-senanglah. Ingat! Jangan pulang larut malam.]
Aku membaca pesan Chin Hwa dan merasa seperti seorang anak yang sedang di wanti-wanti orang tuanya.
Aku lantas menatap Ma Ru. Dia anak paling tinggi di antara siswa tadi, dan orang terakhir yang bersamaku.
"Nah, jadi rumahmu di daerah Myudong?" tanyaku padanya. Aku agak mendongak karena badannya lebih tinggi sekitar sepuluh centimeter dariku. Sialan, aku iri!
"Un," jawabnya singkat sekali. Dilihat sekilas saja dia merupakan tipe murid pendiam yang disukai banyak siswi. Apalagi wajahnya sangat tampan. "Apa Hyung juga?"
"Tidak. Tetapi arah kita sama," jawabku.
"Apa Hyung naik bis?" Ma Ru bertanya, dia kemudian mengerling, nampak canggung. "Apa Hyung bisa memberiku tanda tangan? Apa kita bisa foto bersama lagi?"
"Apa ini? Ternyata kau penggemarku?"
"Bukan aku, tetapi adik perempuanku. Dia penggemar berat Hyung." dia lalu menunjukkan foto adiknya yang sedang tidur dengan selimut bergambar wajahku.
Aku tercengang. Entah kenapa melihat wajahku di sana, aku merasa dipermalukan.
.
.
Aku turun di halte yang sama dengan Ma Ru. Sebenarnya, masih ada sekitar sepuluh kilometer untuk sampai ke lingkungan rumah Chin Hwa. Masalahnya itu tidak bisa dicapai dengan menggunakan bis--rumah Chin Hwa berada di kawasan elit.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Wake Me Up After An Hour [END]
Fiksi RemajaBUKAN NOVEL TERJEMAHAN Sekuel Hiduplah Untuk Bahagia Author : Andrias13 Warning: Yaoi, BL, GAY, MENGANDUNG ADEGAN DEWASA ---------------------------------------------------------------------------------- Lee San Yoon menerima misi yang hampir mustah...