Kepala yang tertunduk lemas, kemeja yang sudah tidak lagi terkancing dengan rapih, helaan napas berat yang berulang. Menjadi sebuah penggambaran sosok Chanyeol pada malam hari ini.
Tidak biasanya di pukul 12 malam ini Chanyeol belum bergabung diatas tempat tidur yang nyaman dengan istrinya dan malah memilih mengunci dirinya di ruangan kerja.
Pandangannya kini mengarah lurus kearah jam di dinding. Meratapi suara denting jam yang seakan-akan menjadi nada pembukaan gerbang kematiannya.
Beberapa waktu lalu, Chanyeol selalu mengeluh mengenai waktu yang tidak pernah bisa bersahabat dengannya. Waktu seakan-akan tidak pernah memberikannya kesempatan untuk menjadi bahagia.
Dan saat ini ia sadari, sungguhlah bodoh pemikiran macam itu. Padahal waktu telah memberikannya banyak kesempatan, namun dirinyalah yang tidak pernah memanfaatkannya semaksimal mungkin. Ia malah sibuk membuang-buang waktunya itu untuk menjadi manusia brengsek.
Ditampar dengan realita sakitnya Lili juga kehadiran Kyungsoo bersama masa lalunya hingga akhirnya membuat ia tersadar bahwa waktu yang tengah ia jalani saat ini adalah waktu dimana karma tengah menggerogotinya. Waktu dimana kesempatannya semakin menipis untuk berbenah diri.
Andai saja mesin waktu benar-benar ditemukan, ia mungkin akan menjadi salah satu manusia yang mengantri dibarisan terdepan. Barisan manusia-manusia penuh penyesalan.
Ada 3 poin penyesalan dalam hidupnya yang kini telah bersatu padu dan membentuk seuntai benang yang mengikat dirinya.
Bila dirinci poin penyesalan pertama tentu saja akan jatuh pada masa lalunya bersama Kyungsoo.
Lalu diikuti dengan poin penyesalan akan kurangnya ketegasan dalam sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang kepala keluarga. Andai saja ia dapat menolak permintaan Lili untuk menggunakan jasa surogasi. Andai saja ia menolak Lili memaksa Kyungsoo untuk menjadi surrogate carrier untuk mereka yang kemudian pada akhirnya malah mengarahkannya kepada poin terakhir dan penyesalan terbesarnya, seandainya saja.... Ia tidak mabuk dan datang meniduri Kyungsoo hingga laki-laki itu kini tengah mengandung anaknya.
Bersujud pun rasanya tidak pantas bagi diriny untuk mendapatkan pengampunan atas segala perbuatannya.
10.00 KST
Chanyeol keluar dari ruangan kerjanya lebih siang dari biasanya.
Ia mendapati sang istri tengah duduk di meja makan dan menikmati makanan yang entah itu adalah sarapan atau malah makan siangnya.
Lelaki itu pun menyempatkan diri untuk memastikannya.
"Hai sayang" sapanya yang kemudian dilanjut dengan kecupan di kening istrinya.
"Kau tidur di ruang kerja?" Tanya Lili yang bangun dengan keadaan kosong di sebelah sisi kirinya.
"Hmm" jawab Chanyeol dengan gumaman.
"Ada masalah?" Sudah pernah Chanyeol bilang kan kalau Lili adalah manusia paling peka di muka bumi ini. Bahkan disaat Chanyeol sudah berusaha bersikap seolah semuanya baik-baik saja, tetapi Lili masih dapat menemukan celahnya.
"Benar sedang ada masalah ya?" Lili mencoba memastikan kembali
"Bukan masalah besar sayang" jawab Chanyeol
"Masalah besar atau kecil tetaplah masalah, tidak apa kalau belum mau membaginya, tapi kau tau kan aku siap mendengarkannya kapan pun?"
Chanyeol mengangguk, mengambil tangan kurus milik istrinya dan menciumnya. "Terimakasih"
Lili tersenyum.
"Kau makan siang atau sarapan?"
"This is my first meal, karena tadinya aku mau menunggumu"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Surrogate | CHANSOO
FanfictionBagaimanakah bila di masa ini seorang ibu pengganti bukan lagi hanya untuk seorang wanita melainkan juga untuk seorang lelaki spesial. Kyungsoo si lelaki "spesial" kehidupannya berubah setelah ia mendapatkan tawaran menjadi ibu pengganti. Hidupnya...