Mada POV
Sekolah gue punya tradisi yang unik,tiap beres ujian akhir semester pasti ada acara pentas seni yang digalakkan oleh pengurus OSIS.
Bagi anak anak mesum di sekolah gue,tulisan OSIS di saku seragam itu adalah singkatan yang sakral dan merupakan peringatan garis keras. "OSIS = Ojo Senggol Iki Susu, hahahaha mereka emang anak anak yang kreatif " pikir gue.
Kali ini pensi yang diadain OSIS bertemakan "Luminous Maxima" tujuannya adalah agar siswa di sekolah gue bisa jadi siswa yang gak hanya pinter di akademik tapi juga di bidang seni.
Acaranya bertepatan dengan hari pengambilan raport. Jadi orang tua murid bisa lihat talenta anak anaknya.
Nah, Damar ngajak gue dan Lambang buat ikutan penampilan grup akustik. Maka dari itu kita latihan tiap hari selagi hari tenang (hari tenang itu adalah hari buat anak anak yang gak ikut ujian remedial karena nilai ujiannya udah mencukupi standar).
"Eh kita mau nampilin lagu apa?"tanya Lambang. "Just the way you are - Bruno Mars" tanggap Damar. "Terus apa lagi? Kan harus 2 lagu" tambah Lambang.
"Kalian pada suka lagunya Yui gak?"tanya gue. "Yah,gue kagak bisa nyanyi lagu jepang"jawab Damar.
"Ehem ehem,lu lupa kalau di sini ada Raden gue"celetuk Sandy yang lagi nimbrung kita latihan. "Nih rasain lu" jitak gue gemes ke Sandy.
"Kenapa sih tiap Sandy manggil lu Raden,elu nya langsung marah?"tanya Damar ke gue. "Iya Da, kasih tau alasannya kan kita sekarang temen lu juga,biar enak gitu kalau kita tau karakter satu sama lain"Lambang menambahkan komentar.
"Gak papa sih,gue cuman gak nyaman aja. Biasanya yang manggil gitu cuma Mbok Jum sama Pak Tris aja,pembantu sama sopir di keluarga gue"jawab gue pelan pelan.
"Keluarga gue itu ningrat keturunan salah satu Patih Kerajaan Kediri. Jadi setiap anak di keluarga gue punya gelar Raden untuk anak laki dan Raden Roro untuk anak perempuan. Tapi gue dan kakak gue gak mau dipanggil dengan gelar itu,karena kami ingin bisa berteman dengan anak anak lain tanpa rasa canggung" tambah gue.
"Wah ternyata Mada bukan anak yang sembarangan"komentar Damar. "Tapi lu pada panggil gue Mada aja ya,jangan ikut ikutan Sandy yang suka manggil gue Raden" kata gue sambil nyikut dada Sandy pelan sebagai kode.
"Tapi kenapa kalau Sandy yang manggil, elu biasa aja?"tanya Lambang penasaran. "Iya Sandy kan udah sahabatan sama gue dari kita masih kecil Mbang,jadi wajar aja karena kita udah sama sama tau latar belakang masing masing" jawab gue.
"Oke oke udah udah kita tadi kan mau latihan, kalau gak di mulai mulai ntar keburu gak jadi loh" celetuk Damar buat cairin suasana.
"Iya yuk"ajak Lambang. "Bunda gue itu orang Jepang,jadi keluarga gue bisa bahasa Jepang"tambah gue.
"Oh pantesan,hehehehe. Ya udah kalau gitu lu mau lagu Yui yang apa? Tapi ajarin gue sama Lambang ya"kata Damar.
"Oke siap Dam, lagunya yang berjudul Life aja bagus" jawab gue dengan senyuman. Dan kita akhirnya latihan.
"Semoga Damar gak canggung sama gue,biar gue bisa lebih deket sama dia,aamiin"doa gue dalam hati.
*******
Damar POV"Ternyata pilihan gue emang gak salah. Mada emang bukan cowok sembarangan. Walaupun dia dari keluarga ningrat yang notabene status sosialnya cukup tinggi,tapi dia mau berteman dengan anak biasa"batin gue sambil tiduran di kasur. Gue senyum senyum aja kalau keinget muka Mada yang gemes sama Sandy.
Tadi sore sebelum pulang, gue ngobrol sama Mada. "Lu berapa bersaudara Da?" tanya gue. "Gue anak bungsu dari 3 bersaudara, Mas gue anak pertama namanya Gilang, Mbak gue anak kedua namanya Hana"jawab Mada.
"Terus lu lebih mirip sama Ayah apa Bunda?" tanya gue. "Kalau kata sekeluarga sih gue mirip Ayah tapi mata sama bibir + lesung pipit ini persis kayak punya Bunda, dan gue cuma bisa lihat di foto"jawab Mada sambil nunjuk mata, bibir dan lesung pipitnya yang terlihat saat dia senyum.
"Maksud lu cuma bisa lihat fotonya doang? Gue gak paham deh" ujar gue penasaran. "Bunda meninggal saat lahirin gue,jadi gue gak pernah ketemu sama Bunda"jawab Mada.
Waduh gue langsung kelimpungan, bingung cari cara buat hibur Raden gue,lagian sih kenapa gue bego banget nanya macem macem. "Ini semua salah lu Dam, lu udah bikin Mada sedih"gerutu gue pada diri sendiri.
"Oya lu sendiri berapa bersaudara?"tanya Mada. "Gue 2 bersaudara,gue anak bungsu juga, kakak gue namanya Sekar. Tapi ya gitu gue gak pernah akur sama dia,hehehehe biasalah tengkar tengkar sepele"jawab gue sambil cekikikan.
"Bunda lu ada di rumah?"tanya Mada lagi. "Iya Mama itu ibu rumah tangga tapi punya banyak bisnis tapi geraknya di bidang perhiasan sama kosmetik. Namanya Risani,mama asli suku Bugis. Ini nih ciri khasnya hidung mancung gue" jawab gur sambil pamer hidung.
Mada pun tertawa lepas lihatin tingkah gue. "Hahahaha lu kocak banget dah. Kalau Ayah lu di rumah juga?"tanya Mada yang mulai penasaran.
"Ayah seorang Kapten di kapal pesiar,jadi sering berlayar keliling dunia. Pulangnya bisa 1 tahun sekali. Gue pengen jadi pelaut juga,makanya beres sekolah ini gue mau daftar sekolah pelayaran"jawab gue. "Kalau Ayah lu?"tanya gue balik.
"Ayah gue seorang Alchemist, Ayah punya industri parfum khas Indonesia dengan brand "Kembang Kanthil" di Paris jadi sering bolak balik ke Eropa. Sama kayak lu, gue juga pengen nerusin jejak Ayah, karena Mas Gilang udah jadi dokter spesialis syaraf dan Mbak Hana fokus ke Sastra"jawab Mada.
"Wah kita punya misi yang sama"pikir gue. Ternyata Mada orangnya enak diajak ngobrol dan terbuka. Dan kalau disimpulin dari ceritanya,keluarganya sayang banget sama dia.
Setidaknya mulai ada harapan atas perasaan gue ke elu, gue udah yakin dengan perasaan gue kalau gue cinta sama elu Mada"lirih gue dan gue pun tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Cinta, Mada
Teen FictionCerita ini mengisahkan gejolak gairah cinta remaja yang dibumbui dengan persahabatan dan humor (mungkin?). Kisah cinta Raden Mada Satria Wicaksana yang berasal dari keluarga ningrat (bangsawan) Jawa dengan Damar Narendra Prawira akan diwarnai dengan...