Hana POV
"Dek, bangun udah siang nih. Nanti rejekimu dipatok ayam loh" kata gue di samping ranjang Mada.
"Kan hari ini libur Mbak" Mada berusaha mengumpulkan nyawa yang bertaburan entah kemana.
"Eh jangan bobok lagi, adek belum cerita gimana makan malamnya" kata gue sambil bukain mata adek gue.
"Mada masih ngantuk Mbak?" kata Mada risih. "Mbak gak mau tau,pokoknya adek harus ceritain ke Mbak." paksa gue.
"Iya deh, jadi tante Sani tuh mamanya Damar, ternyata dulu Ayah, Bunda, Mama Sani sama Papa Bima udah sahabatan dari waktu masih pada sekolah di Yogya." Mada mulai cerita.
"Bentar deh, Mama Sani sama Papa Bima maksudnya gimana ya dek?" tanya gue.
"Jadi kemarin tuh pokoknya awkward banget Mbak. Mada yang salah dandan bikin Damar ngira kalau adek tuh cewek. Terus adek keceplosan bilang kalau adek pacarnya Damar." gue gigit bibir bawah karena gemes dengerin cerita Mada.
"Terus terus?" tanya gue penasaran. "Terus tante Sani protes gak setuju, tapi om Bima malah merestui hubungan Damar sama Mada" gue mulai cengok sendiri gak nyangka.
"Tapi setelah om Bima dan Ayah setuju,akhirnya tante Sani juga setuju. Malah sekarang minta dipanggil Mama Sani sekalian sama Papa Bima. Dan Ayah juga gak mau kalah nyuruh Damar manggil Ayah Cahya." lanjut Mada.
"Kamu gak mimpi indah kan dek?" tanya gue. "Cubit adek dong Mbak, adek takut itu semua mimpi indah doang" kata Mada yang langsung gue turutin cubit pipinya.
"Aaauuuhhh" kata Mada sambil usap pipinya yang kini merah karena cubitan gue.
"Nggak mimpi Mbak" kata Mada sambil nyengir. Dan gue masih cengok dengan tingkah Mada yang nyengir-nyengir kayak gitu.
"Mbak, Mbak gak papa kan?" tanya Mada. "Iya dek Mbak gak papa, untung ya kemarin dandanmu kayak putri yang cantik" kata gue. "Tuh kan ngeledek nih?" kata Mada yang mukanya merah merona bersinar, ping ping ping.
Tiba-tiba HP Mada berbunyi. "Moshi moshi, ada apa Dam?" tanya Mada ke orang yang gue yakin itu Damar. (untuk telpon via handphone, peraturan kalimat percakapan yang ditempel di tembok tidak berlaku ya).
"Oh iya bisa bisa, jam 10 lu jemput gue ya" kata Mada.
"Oke, iya iya gak usah panggil gue Raden. Awas lu" kata Mada. Seketika terdengar cekikikan orang di ujung telpon sana.
"Ya udah gue mandi dulu ya Dam" kata Mada.
"Eh minta cium dia, enak aja nih cium dengkul gue" kata Mada dan akhirnya mematikan HP-nya.
"Dari Damar ya dek? Kok kamu sadis sih dek sama pacar sendiri?" tanya gue saat HP Mada udah mati.
"Iya Mbak, dia minta dianterin beli keperluan yang harus dibawa study tour besok. Dan satu lagi, Mada gak sadis. Mada cuma gak seneng aja mesra mesra di HP,kalau mau langsung aja pas ketemu." kata Mada yang langsung gue jitak kepalanya.
"Awas ya kalau kamu macem macem sama Damar. Kalian belum cukup umur. Apalagi kamu satu tahun di bawah Damar." celoteh gue.
"Nggih Hime" kata Mada yang gue sambut dengan jitakan lagi. "Aaauuuhhh aaauuuhhh, sakit tau Mbak" kata Mada sambil elus elus kepalanya.
"Rasain, makanya jangan ngeledekin Mbak. Hahahaha..... Oya emang study tournya kemana? Berapa hari?" tanya gue.
"Ke Bali Mbak, katanya semingguan." jawab Mada. "Yah gak bisa ikut ke Malang dong." kata gue. "Nah itu dia yang bikin Mada sebel." sahut Mada.
"Ya udah kamu mandi gih, kan pangeran mau jemput" kata gue yang dibalas Mada dengan anggukan lemes.
*******
Damar POV
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Cinta, Mada
Teen FictionCerita ini mengisahkan gejolak gairah cinta remaja yang dibumbui dengan persahabatan dan humor (mungkin?). Kisah cinta Raden Mada Satria Wicaksana yang berasal dari keluarga ningrat (bangsawan) Jawa dengan Damar Narendra Prawira akan diwarnai dengan...