Bagian 03

7.5K 601 12
                                    

Tok tok tok

"Permisi pak"

Yoga yang mendengar itu lantas langsung menyuruhnya masuk.

"Ini laporan yang bapak minta" ucap wanita itu sambil menaruh berkas dimeja yoga.

"Ada lagi?" Tanyanya.

"Untuk pengganti asisten bapak mereka akan datang besok dan ini biodata mereka pak" wanita yang diduga bernama suci itu menaruh beberapa kertas lagi diatas meja.

"Ada lagi?"

"Untuk wawancara asisten baru besok apakah bapak ingin mengurusnya? Agar bapak tau siapa yang cocok untuk bapak"

"Nanti"

"Baik kalau begitu, saya pamit dulu" setelah itu suci pergi dari ruangan yoga.

Keenan yang tadinya abis buang sampah melirik ke arah yoga yang lagi sibuk sama laptopnya. Lalu ia segera mengambil pisau bekas Riri dan membawanya ke dapur yang terletak disitu sekalian ia mencuci pisau dan tangannya. Setelah selesai Keenan menghampiri yoga.

"Ko. Andra sama Satya aman kan?" Tanya Keenan lalu duduk bangku depan yoga.

"Lo awasin"

"Ck. Lo pasang GPS aja sii. Lagian mereka ini masih dibawah umur, bahkan mereka masih dibawah 15 tahun ko. Mereka aja sekolah masih dasar, mereka belum ngerti apa apa. Jadi gw minta Lo pasang GPS pantau mereka 24 jam. Mereka juga kalo disekolah ga selalu bareng, jadi mereka ga bisa melindungi satu sama lain"

"Udah" jawab yoga lalu memberhentikan kegiatannya dan menatap Keenan. Ia ingin membahas masalah ini, ia ingin yang terbaik untuk anak anaknya.

"Pasang dimana? Kalo bisa sekalian di bajunya juga"

"Semua barang mereka"

"Ok bagus. Sekarang Lo awasin aja mereka. Jangan lupain Ama si bontot juga. Oh ya mereka juga tau kalo Lo bukan orang tua kandungnya, jadi sebisa mungkin jangan sampai mereka tau siapa orang tua kandung mereka"

"Kenapa?"

"Lo gila apa gimana? Aya sama ala tuh lagi ga aman. Gw harus cari tau lebih dalam dulu tentang orang tua kandungnya dan juga keluarganya. Tugas Lo cuma harus jagain mereka, didik mereka, bahagiakan mereka, pokoknya sebisa mungkin lo jangan bahas tentang ortu, ok" jelas Keenan panjang lebar sampai tak sadar bahwa ia memanggil Andra dan Satya dengan sebutan Ala dan aya.

"Satu lagi, ala sama Aya itu memiliki sifat yang ga jauh beda sama Lo. Ya walaupun Satya aga sedikit soft, tapi itu cuma sama orang tertentu. Oh ya anak anak lu juga semuanya udah kaya psikopat. Anak anak sepantaran mereka seharusnya bermain, bukan disuguhin darah kaya gitu. Kalo bisa Lo jauhin mereka dari hal hal berbau darah, berantem, dan sebagainya deh. Gw cuma takut jati diri mereka itu malah kaya psikopat yang ga mau kalah. Mereka malah ga punya hati dan berujung asal bunuh orang. Apalagi sekarang Lo harus jadi single parents, lo juga harus cari ibu buat anak Lo, buat mereka punya kasih sayang dari ibu. Setidaknya misalnya ada laki laki yang bisa ambil hati anak Lo, udah nikahin aja deh. Dari pada Lo ngurus mereka sendiri, apalagi mereka ga mau di asuh baby sister. Biar beban lu kurang aja gitu, di rumah anak anak lu ada yang jaga dan lu disini bisa ngurusin kantor dengan senang hati. Lu udah delapan tahun ngurus anak semenjak si kembar ada, mana pas pertama nempel Mulu sama Lo. Sekarang Lo ngadopsi lagi si Riri, tapi untungnya yang ini mau sama si aza. Coba kalo ga? Nambah pusing lu. Trus sekarang si kembar udah mulai sekolah, dan si Riri juga udah mulai ga mau sama si aza. Gw cuma mau nyampein itu aja si, gw cuma ga tega sama anak anak lo, ko" merasa tak ada jawaban, keenan berdiri dari duduknya dan menepuk pundak yoga pelan "Urusan gw udah kelar, gw duluan ya" yoga hanya mengangguk.

Saya Bukan DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang