Bagian 19

4.3K 323 29
                                    

Selama pemakaman berjalan, Dominic mengasuh Riri yang ternyata nyaman bersama Dominic. Dominic bersyukur ia di terima oleh anak-anak yoga yang sudah ia anggap adiknya.

Setelah pemakaman selesai banyak dari mereka sudah pulang dan Riri di bawa oleh Dominic dan juga Keenan sedangkan el, Satya dan Andra masih di makam yoga.

"Huft" el menghembuskan nafasnya lalu tersenyum.

El menepuk punggung kedua anaknya "sayang, udah yuk jangan nangis terus nanti Daddy ikutan nangis loh"

"Daddy baik kenapa harus ninggalin kita duluan?" Tanya Satya yang dari tadi diam.

"Itu takdir sayang, kita tidak tahu kapan kematian kita datang" jelas el.

"Hiks Daddy katanya janji bakal datang ke pernikahan ala, Aya sama Riri tapi Daddy kenapa pergi duluan? Bahkan ala maupun Aya belum nikah" ucap Andra.

"Ssstt sudah sayang, yuk pulang" ajak Gabriel.

"Mommy tinggal bareng kita aja ya?" Pinta Satya.

El sempat terdiam beberapa menit, menimbang penawaran Satya. Ga mungkin orang tuanya mau memberikan izin padanya untuk mengurus anak anak yoga tapi karena rasa sayang El lebih besar ke anak anak yoga akhirnya el mengangguk dan menyetujui ucapan Satya.

"Really?" Tanya Andra dan Satya dengan mata berbinar.

"Iya tapi kita ga akan tinggal di indo, ga papa?" Tanya el.

"Apapun itu yang penting mommy sama kita" ucap Satya.

"Okey sekarang jangan nangis dan kita pulang, siap siap" ajak el.

Lalu Andra dan Satya juga ikut bangun dan merangkul el yang pendek. Ya tinggi el di kalahkan oleh mereka berdua tapi ga papa asal anak-anaknya nyaman dan menyayanginya juga.

Di lain sisi, di kediaman Fernandez sedangkan riuh karena hilangnya Gabriel. Tuan Fernandez sangat marah bahkan barang-barang di ruang tamu sudah berantakan ulah kemarahan tuan Fernandez. Tak ada yang bisa mengendalikannya sekalipun nyonya Fernandez. Eca dan khilaal sudah pulang karena Eca yang kangen dengan anak-anaknya walau anak-anaknya sudah pergi dari rumah tapi setidaknya masih ada baju baju mereka.

"PAH SUDAH LAH JIKA KAU SEPERTI INI TERUS EL AKAN TERUS MEMBERONTAK KEPADAMU" Teriak huanran.

"BAGAIMANA AKU BISA TAK MARAH JIKA SALAH SATU ANAK KITA MENJADI GAY, BAGAIMANA IMAGE KELUARGA KITA DI DEPAN PUBLIK HAH? DASAR BODOH" Adrian juga teriak sambil mengguncangkan tubuh huanran.

Tapi karena rasa sayang seorang ibu huanran juga tak tega dengan El yang harus pergi demi cintanya.

Huanran tak mengindahkan apa yang di omongkan suaminya, ia memilih pergi saja dari rumah. Ia mengambil tas yang ada di meja ruang tamu lalu ia memakainya.

"Lama kelamaan jika kau terus tak bisa mengatur egomu mending aku pergi saja, terimakasih tuan Adrian Fernández" ucap huanran lalu pergi meninggalkan Adrian.

"PERGI SAJA SANA!! PERGI SEMUA!!" Adrian teriak pada huanran lalu ia terduduk di sofa ruang tamu dan menangis sambil tersenyum.

"Hiks semua pergi hahahaha" gumam Adrian.

"Cio pergi, sayangku pergi, ecá pergi dengan suaminya, bahkan cucuku pun pergi dan semuanya karena aku hahahaha lucu sekali aku" ucap Adrian.

"Aaaggghhhh dasar bodoh" Adrian memukul-mukul kepalanya sendiri lalu ia tiduran meringkuk memeluk tubuhnya.

Tinggalkan tuan Fernandez mari kita kembali ke kediaman Muammar alias mansion yoga. Di ruangan tamu semua orang sedang berkumpul, mereka semua ingin mengantar El dan anak anaknya pergi dari indo.

Saya Bukan DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang