Kinan masih ingin istirahat di apartemen baru tepatnya di Bandung. Tiga hari berada di kota itu ia hanya keluar mencari makanan dan beberapa pakaian selebihnya rebahan sambil menonton film aksi tanpa bumbu roman.
Terbersit niat ingin merubah penampilan sebelum mencari pekerjaan, ingin membuang jati diri yang tersemat pada dirinya selama ini namun ada sampai detik ini jangankan mengunjungi salon untuk ke kamar mandi saja harus dipikirkan berulang kali.
Tempat barunya nyaman?
Kinan tersenyum, dia memberitahu Nora tempat tinggalnya sekarang tapi belum memamerkan apartemennya.
Banget, gue sampe males keluar.
Kinan sedang membayangkan, rekannya di sana pasti sedang makan siang bersama kalau tidak di kantin ya di ruangan.
Jadi penasaran, kapan-kapan mau ke sana.
Haruslah, Kinan merindukan teman-temannya.
Ajak semuanya, sekali-kali main ke Bandung.
Jika tadi fokusnya pada televisi sekarang pesan masuk dari Nora mengalihkan perhatiannya.
Siap. Btw kapan lanjut cari cuan?
Kinan belum memikirkan hal itu, mungkin dia akan kembali menjadi editor atau mengambil pekerjaan lain.
Kapan ya? Gue masih mau rebahan.
Secarik kertas diambil wanita itu, goresan tak berarti mulai menjejakkan tinta.
Ya udah istirahat saja, semoga tempat baru bisa membuat semangatmu bertambah.
Kinan mengaminkan dan mengakhiri chat dengan rekannya.
Wanita itu sudah menapak di tempat yang tidak satu orang pun mengenalnya tapi hari-harinya masih sama, tentang seseorang yang sampai detik ini namanya agung di sanubari.
Aku tidak memaksa cinta, memilih diam dengan rindu yang entah sampai kapan bertahan. Menghargai perasaannya yang tidak pernah sama denganku.
Masih berada di langit yang sama, tapi tak lagi melangkah beriringan setelah dia memilih pendamping terbaik.
Ketika air mata menetes pada lembar putih itu tangannya berhenti bergerak, dua paragraf dengan beberapa kata telah diuntai bersama lukanya. Kinan tidak ingin melanjutkan, ini akan menyudutkannya dengan marah wanita itu meremas kertas itu dan membuangnya asal.
Luka hatinya tidak disebabkan oleh orang lain, ia tidak akan menulis kesalahannya karena itu bukan langkah baik untuk keluar dari perasaan ini.
Air mata itu masih tentang kecewa karena jiwa yang tidak bisa meredam rindu, bukan sentuhan tapi sapa darinya itu lebih baik. Kinan terus berharap pada hal yang tidak akan bisa dimiliki.
Salah itu telah kekal dalam diri, kebersamaan mereka telah mengikat hatinya. Dia wanita biasa dengan rasa dan cinta yang begitu kuat.
Ia sudah pergi meninggalkan kenangan itu namun kenapa jiwanya tidak ingin berhenti melupakan laki-laki itu, jasadnya juga masih mendambakan sebuah pelukan yang bermakna semua akan baik-baik saja.
Bukan sosok hangat tapi lantai dingin yang bisa direngkuh oleh wanita itu. Harap dan doa tak lagi disampaikan, asa mulai runtuh.
Di saat ia tidak tahu tujuan hidupnya sekarang ia pasrah karena Tuhan yang menggerakkan langkahnya. Sadar karena dirinya bukan wanita kuat, tak lain karena jiwa raga telah diserahkan pada laki-laki itu.
Harusnya ada seseorang di sampingnya saat ini namun Kinan sendiri yang memilih pergi dengan alasan tidak ingin melanjutkan luka hanya dengan melihat Naga dan wanita pilihannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/294287632-288-k115628.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Seutas Rasa
RomanceKinan bukan kekasih Nagara tapi Kinan yang bisa mengerti pria itu. Nagara menganggap Kinan sebagai kebutuhan primernya setelah nasi dan tempat tinggal. Ketika dihadapkan pada keinginan orang tua untuk membawakan calon masing-masing, mereka mulai g...