#24

4.6K 295 79
                                    

Sebenernya part ini udah jadi separuh dari kapan hari, bahkan saat masih nulis part 22. Tapi entah bagaimana, tiba-tiba kosong. Hehe. Jadi harus nulis lagi dan beda jauh dengan part yang sebelumnya udah ditulis. Sorry kalo makin kacau :D

Kenapa lama banget updatenya? iya nih, akhir-akhir ini slow update banget..aku sedang cuti melahirkan. Hehehe. Jadi untuk seterusnya, slow update yaaa...Urusan sama bayi tiga minggu itu riweh, tiap 2 jam musti nyusuin, jadi nggak sempet pegang laptop. Hehe.

Okay dehhh...selamat membaca ^^


-----

Ariela

"Would you give me a second chance, princess?"

Genggaman hangat dan tatapan teduh Alex sukses membuatku lumer seperti cokelat dilelehkan dalam panci steam. Tapi...kenapa perasaanku tidak sebahagia yang kukira akan kurasakan? Kenapa ada sebagian ragu yang mengganggu?

Aku hanya menatap Alex lama dan kosong. Menyusuri setiap inci wajahnya dengan tatapanku. Sudut rahangnya yang terasa proporsional di wajahnya, lekukan bibirnya, mata biru keabuan yang menyorot hangat dan memohon. Wajah yang bertahun-tahun lekat dalam setiap sel abu-abu otakku. Sosok yang selalu kupuja dan kukagumi keberadaannya di dunia. Ketampanannya, kecerdasannya, sikap hangatnya. Sikapnya yang selalu saja sulit berkomitmen pada satu wanita...well, tidak ada manusia yang sempurna. Penerimaanku pada dirinya apa adanya, seharusnya menjadi kunci penting dalam hubungan kami.

"There is always a chance for you, darling." ujarku kemudian.

Hanya orang bodoh yang menyia-nyiakan cinta pertama dan cinta sejatinya pergi begitu saja. Abaikan sedikit keraguan yang mengganggu, toh akan hilang sendiri. Mungkin hanya perasaanku saja yang sedikit tidak nyaman.

***

Ting tong! Ting tong! Ting tong!

Hastaaagaah! Ini pasti badak paling tidak sabaran di dunia!

Ketika aku membuka pintu apartemenku, Troy sudah berdiri sambil nyengir di depan pintu. Salah satu tangannya masuk ke saku celana jeansnya, tangan satunya memainkan kunci entah apa.

"Udah siap?"

"Udah. Tunggu, gue ambil tas dulu." Aku meraih tas tanganku dari atas meja tengah.

Saat aku berbalik, Troy menatapku dari atas hingga bawah dengan lekat.

Aku mengerutkan kening,"Kenapa sih?"

"Mmm..kayaknya outfit lo ini agak ga cocok deh. Hehehe." Aku mengamati lagi sepatu flatku dan gaun terusan bunga-bunga kecil. Menurutku sih ini sudah casual dan santai untuk pergi sekedar makan siang bersama sahabat laki-laki. Tidak sexy yang mengundang tatapan jelalatan, tapi juga tidak terlalu girly, yang mana jelas bukan styleku.

"Ga cocok gimana sih maksud lo?" Aku kan sudah siap. Jadi agak kesal kalau harus berganti baju lagi, yang berarti menunda naga-naga dalam perutku untuk dikasih makan.

"Gue bawa motor, neng. Lo mau paha lo keliatan semua karena rok lo akan berkibar-kibar? Ya kalo gue sih ga keberatan lo pake rok. Lebih cepet kalo mau grepe-grepe." Jawab Troy, lengkap dengan cengiran khasnya. Aku melotot geram padanya.

"Yaelaaahh...bilang dong kalo bawa motor. Lagian ngapain sih bawa motor segala. Mobil lo kemana? Udah digadai?" Ngomel panjang pendek, aku menuju ke kamarku juga buat ganti baju. Aku keluar lagi dengan celana jeans, kaos casual dilapisi jaket yang lebih layak untuk bermotor dan sepatu boot pendek.

"Nahhh..gini lebih enak ngeboncengnya. Itu tas juga jangan yang kayak nona-nona cantik gitu ah." Troy menunjuk tas tanganku. Hiihhh...ni cowok ya. Ga tau apa kalo tasku ini tas mahal. Dan hey, aku kan memang nona cantik. Selama ini, aku memang harus menggunakan barang-barang macam ini untuk menyesuaikan dengan mobil Ronald atau Alex, atau bahkan dengan pergaulan sosialku. Nggak mungkin lah aku naik R8 tapi bawa tas mangga dua. Apa kata dunia?!

DioskouriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang