#22

3.5K 305 68
                                    

Hai semua
Aku lagi kangen sama bang Troy, jadi aku apdet part Ariel- Troy. Ada yang nggak suka? Ada yang keberatan? Bilang aja, jangan sungkan-sungkan. Hihihi. Aku emang kadang suka ingkar janji ya. Bilangnya apdet setelah lebaran, tapi ternyata sekarang aja udah nggak bisa membendung hasrat untuk apdet.

Sebenernya harusnya sih nggak ada di alur awal, karena ini harusnya part Ariel - Alex yang diselipin ada Ronaldnya. Tapi karena masih agak males nulis tentang Alex & pingin yang happy-happy aja, jadi ya Troy deh dipaksa muncul :p

Oiya, mau curcol yang OOT dikit. Kapan hari di lapakku sebelah, ADD sempet ada part yang kepotong. Dicari by tab, aplikasi hp & laptop nggak ada. Mana nggak ada backup word pula. Untunglah neng seffisoffi berbaik hati mengetikkan ulang. Loph yu tomath deh :*

Akhirnya itu jadi pelajaran buatku harus punya copy story. Jadi rencananya klo ada waktu, semua cerita di lapak ini akan aku edit ulang untuk save ceritanya di word. Jangan bingung klo kayak ada post ulang dari cerita-cerita di lapak ini ya..

Sekian. Selamat baca ^^

-----

Ariela

"Aku pengen kita kayak dulu lagi." suara Ronald terdengar seperti gaung dari dalam gua.
Saat perlahan memudar, saat itulah aku baru sadar kalau aku masih dalam dekapannya dan memandangnya dengan tatapan bodoh di depan cermin.

"Aku nggak pengen." ujarku seraya sekuat mungkin melepaskan diri darinya. Ia semakin erat mendekapku dan sekarang kedua tanganku sudah dikuncinya di belakang tubuhku. Telunjuk kanannya menyusuri pelipis hingga pipiku lalu berhenti di daguku. Di tempelkannya pipi kirinya ke pipi kananku sambil memandang bayangan kami di cermin.

"What have I done to you, princess? Aku sungguh menyesal. Hidupku tak pernah sama lagi sejak nggak ada kamu. Please, baby. Let's together like the old times. Aku janji akan lebih baik." Suara Ronald lebih terdengar sebagai keluhan putus asa daripada memohon. Aku tahu ia masih sepenuhnya sadar walaupun sudah minum empat sloki malam ini, namun aroma alkohol yang menguar dari mulutnya sangat intens. Aku mendengus. 

"Daripada kamu sama cowok sok kegantengan itu." Dikecupinya bahuku dengan ciuman kecil-kecil.

"Cowok sok kegantengan siapa maksudmu?" Aku menoleh padanya sambil mengernyit.

"Hmm...let me remember first. Alex?" Usai sok berpikir, Ronald mengangkat satu alisnya. Senyum sinisnya yang melecehkan menghiasi wajahnya. Kesan dingin dan licik semakin kentara di wajah dengan kegantengan jenis aristokrat yang dimilikinya. Entahlah...setahun menjalin hubungan dengannya membuatku merasa masih belum cukup mengenalnya. Kadang dia bisa sangat manis dan lembut, kadang dia bisa terkesan kejam dan mampu melakukan apa saja untuk mendapatkan hal yang diinginkannya, kadang dia bisa sangat seksi dan hot hingga membuatku menyerah pada gairah yang ditawarkannya.

"Alex? How do you know about him?" Aku menarik tanganku, meronta berusaha melepaskan kuncian tangannya yang erat di belakang tubuhku. Semakin erat Ronald menguncinya hingga pergelangan tanganku sakit, membuatku meringis.

"Hahaha! Jangan bilang kamu lupa siapa aku, darling. Kamu pikir, apa yang aku nggak tahu tentang kamu?" Ronald kembali menyusuri daguku dan ke leher belakangku dengan bibirnya. Aku mendesah. Alih-alih bergairah, seluruh tubuhku justru merinding tidak nyaman. Gosh! Dia masih saja posesif seperti dulu. Selama ini dia tidak ada kabarnya seperti gunung es, mungkin karena merasa posisinya aman. Sedangkan sekarang, kemunculanku di publik bersam tampaknya mengusik egonya.
Okay, enough is enough! Dengan satu gerakan memutar yang cepat, memusatkan energiku pada tangan dan kaki, aku melepaskan diri dari kuncian tangan Ronald. Ada gunanya juga aku belajar karate tiga tahun saat SMA.

DioskouriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang