#2

6.1K 415 14
                                    

Ariela

"Kalian serius mau balik lagi ke Indonesia?"Aku masih tidak percaya dua makhluk kembar di hadapanku ini kembali lagi ke hidupku. Jantungku masih nggak bisa diajak kompromi melihat cinta pertamaku kembali. Alex sedikit lebih kurus daripada Troy, dengan wajah sedikit lebih lonjong. Penampilannya tetap kalem dan bersahaja. Uhuy

"Jiaahh..masih aja ga percayaan sih lo, Ndra." Troy mengacak-acak rambutku yang masih setengah basah karena berenang. Setelah membilas diri, kami memutuskan nongkrong di cafe apartemen. Troy biasa memanggilku Andra, sedangkan Alex memanggilku Ella. Jadi tak ada diantara mereka yang memanggilku Ariel seberapapun ngotot aku meminta dipanggil dengan nama princess disney favoritku itu. Kata Troy, kalau aku ngotot minta dipanggil Ariel, aku juga harus pakai bra dari kerang terus menerus. Ish! Najong!

"Yah...mengingat cara kalian pergi dengan mendadak trus nggak pernah ada kabar...wajar doong kalo gue tanya. Siapa tau kalian cuma niat mampir doang...." Aku memberengut.

"Cieee..segitu sedihnya siihh ditinggal Alex."Troy malah menyikutku lalu tertawa-tawa. Ini makhluk memang nggak pernah bisa serius. Bocor alus! Aku mendelik padanya.

"Ato lo trauma ya kita tinggalin kayak gitu?" Troy malah makin menyeringai lebar menatapku. Hiiihh....ni cowok yaaa...Aku memukul lengannya sampai ia meringis lalu mengusap-usap lengannya. Padahal harusnya aku yang meringis karena memukul lengan yang rasanya memukul tembok. Keras dan liat.

"Sorry, El. Waktu itu memang waktunya mepet banget. Nyokap juga sengaja nggak mau kasih tau kalo semua sudah siap, jaga-jaga klo kita pada nggak mau berangkat. Trus pas disana, kita juga agak ribet adaptasi. Tapi tentu aja kita masih inget lo." Alex berkata dengan sorot mata minta maaf dan senyum yang teduh. Tuh..kalau Alex yang bilang, pasti bisa enak kan suasananya. Adem. Nggak kayak kalo ngomong sama Troy. Kalau nggak rame, ya berantem.

"Iyaaa..kangennya kita berdua itu ya cuma buat loooo." Troy mencubit kedua pipiku lalu digoyang-goyangkan seperti mengajak bicara bayi.

"Hiiihhh...apaan sih lo." Aku menarik tangan Troy dari pipiku. Si bocor alus satu ini memang kebiasaan ga cuma verbal, tapi juga fisik. Waktu aku kecil, dia nggak brenti-brentinya nggodain aku. Kalau nggak menarik ekor kudaku, mendorongku ke selokan, merebut permenku, dan segudang kejailannya.....hingga aku remaja.

Anehnya setelah remaja, walopun kelakuannya menjailiku makin parah, tapi dia juga yang paling posesif terhadapku. Dia nggak segan menghajar pacarku saat pacarku -yang tak pernah disetujuinya- selingkuh dan juga paling seneng ngikutin aku kemana-mana. Padahal, sejak SMP sampai SMA, banyaaaak banget cewek yang mengidolakan dia dan rela ngasih apa aja demi bisa kencan dengannya. Hhhh..mereka nggak tau aja klo idola mereka ini, tingkahnya parahnya pake kebangetan. Eh...kayaknya mereka tau sih klo Troy ini bocor alus...tapi justru buat mereka bad boy macam Troy ini justru jadi daya tarik tersendiri. Gagal paham aku sama pemikiran cewek-cewek itu.

Nah yang aneh lagi....ternyata yang kalem macam Alex juga banyaaak penggemarnya. Sampe kubu penggemar Alex dan kubu penggemar Troy, saling mendewakan idola mereka. Apaan coba! Kalo boleh milih, tentu aku akan berdiri tegak diantara penggemar Alex. Sejak kecil, aku mengidolakannya. Selalu....dan selalu....dia yang membelaku dari kenakalan Troy. Dia yang selalu bertindak paling dewasa diantara kami bertiga. Gimana aku nggak mengidolakannya? Tapi...mana mungkin aku berdiri bersama para penggemar Alex...lah wong aku hampir setiap saat di bully gara-gara selalu dekat dengan mereka berdua. Kalau nggak nerima lirikan maut di koridor sekolah, jitakan, didorong bahkan sampe dikunci di kamar mandi, aku pernah. Tapi bukan Ariela Diandra klo menyerah gitu aja.

"Trus kalian tinggal dimana? Balik ke rumah tante lagi?" Aku mengingat rumah mereka di sebelah rumahku di pinggiran Jakarta. Waktu itu masih teduh dan bebas banjir. Sekarang....untuk pulang ke rumah orangtuaku yang masih menempati rumah di sebelah rumah si kembar, rasanya aku nggak sanggup kalau harus bolak balik. Itulah kenapa aku memilih tinggal di apartemen. Apalagi sejak papa mundur dari perusahaan dan hanya datang bila perlu rapat dewan pemegang saham. Tadinya aku masih bisa nebeng papa kalau ke kantor. Tapi sekarang, aku yang memegang posisi papa di kantor, jadi yaaa....mending tinggal di apartemen sajalah...

"Nggaklaahh..Kontraknya belum abis. Lagian males banget jauh gitu...kita tinggal disini, dear.  Lantai yang sama ama lo, hanya beda blok." Troy nyengir. Hah?

"Really? Kok gue nggak pernah tau?" aku mengernyit

"Ya iyalaahh..kita baru datang hari minggu lalu. Tapi gue sudah minta orang-orang kantor untuk nyiapin apartemen yang paling dekat sama apartemen lo."

"Napa gitu?" tanyaku bego.

"Ya karena pengen nggangguin lo lagi." Troy nyengir polos. Kilatan jahil tampak lagi di matanya.

"Jiaahhh...masih aja lo pengen njailin gue. Udah ga mempan keles." Aku menaikkan daguku tinggi-tinggi. Mereka tertawa.

----

Troy

Rasanya masih seperti mimpi bisa melihat Andra lagi. Secara kepribadian, dia masih seperti yang dulu. Jutek, cuek dan cenderung semaunya sendiri. Dia juga sangat galak padaku. Tapi di mataku, dia selalu menawan. Bahkan sekarang makin tampak menarik. Dengan tubuhnya yang ternyata makin tinggi, lebih berisi daripada dulu yang kerempeng, berdada rata. Bibirnya yang tipis namun ranum berwarna merah muda segar. Wajahnya yang makin eksotis dan berkulit coklat. Rambut panjangnya - yang sudah kusebut - hitam berkilau. Overall jadi makin seksi! Duh...jadi ngusap iler kaann...

"Trus lo kerja dimana?" tanya Andra menatapku dengan mata bulatnya. Aku sedang bertopang dagu di meja untuk mengamatinya lekat.

"Whoyy! Yuhuuuu" Andra menggoyang-goyangkan tangannya di depan wajahku.

"Hah? Apaan?" aku seperti tersadar dari mimpi. Alex tergelak.

Andra menepuk kepalaku keras. Sial! "Lo tuh ditanyain dari tadi malah ngelamun. Ngelamun apa sih? ngelamun jorok ya?"

"Klo ngelamun joroknya sama elo, elonya mau?" Aku malah menatapnya menggoda.

Bletak! Sekali lagi tangan Andra melayang ke jidatku. Double sial!

Aku tau dan sadar kalau sejak awal, Andra selalu memandangku sebagai sahabatnya...well...ato musuhnya - aku nggak yakin juga - titik. Tak pernah lebih. Beda dengan caranya memandang Alex penuh kekaguman dan perlakuannya yang penuh cinta. Sampai kadang membuatku muak. Cuih!

"Serius, Troy! Lo jadinya sekarang kerja dimana?" Andra mulai menatapku tajam. Aku nyengir.

"Yaa...ngikutin passion gue lah...Motorcross" aku menatapnya sambil tersenyum puas. Memangnya aku Alex, yang menyetujui papa untuk kembali ke Indonesia demi memegang kembali serangkaian hotel keluarga yang tersebar di berbagai kota dan negara?

"What? Seriously?" Andra membelalakkan matanya. Duh..makin cantik aja nih bocah. Jadi makin pengen nyium. Oke Troy, STOP!

"Kenapa kaget gitu sih? Biasa ajaa kaleee." Aku menarik tubuhku ke belakang bersandar pada kursi dan melipat tangan ke dadaku.

"Hellooo...umur lo tuh berapa sih? 25 tahun! Masa iya sih nggak kepikir buat cari kerjaan yang bener?" Andra memajukan tubuhnya ke arahku. Nah ini nih...baru sebentar ketemuan selalu udah memulai peperangan. Cuma cewek ini yang selalu berani beradu denganku. Entah verbal entah fisik. Dia juga tak segan menggunakan kontak fisik - catat bukan cium atau rabaan mesra- tapi benar-benar memukulku, menjegalku atau menjatuhkanku ke tanah. Maklumlah...sejak sering di bully ketika SMP, Andra ikut judo dan sudah memegang sabuk hitam, walaupun masih dan 2 saat aku berangkat ke Amerika. Setelahnya aku tak tahu lagi bagaimana kabarnya.

"Emang lo pikir jadi racer bukan kerjaan bener?" Aku balik menatapnya tajam. Sebenarnya aku enggan memulai pertengkaran di pertemuan kami yang pertama setelah 10 tahun tak bertemu. Tapi dia juga yang mulai duluan...

"Udahh...Baru pertama ketemu, bukannya kangen-kangenan malah bertengkar." Alex mengibaskan tangan di depan wajahku lalu menarik Andra mundur dan mendudukkannya dengan benar. Andra masih tampak tidak terima dengan perkataanku. Wajahnya sekarang memberengut. Matanya masih berkilat menatapku. Hilang sudah wajah menawan yang dari tadi kupandangi. Dia sudah tidak menawan lagi. Tapi menggairahkan....astaga, Troy!

DioskouriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang