Selamat pagi, mari kita lanjut kisah Bara dan Yuma-nya!
Tap bintangnya dulu boleh?
Terima kasih ❤
Happy reading!
~Ikko
🌹🌹🌹
Menjalani hari-hari bersama seorang Jabbara Ali Assidqi, aku merasa waktu begitu cepat berlalu. Apakah karena aku menyimpan sebuah rasa kepadanya? Momen-momen indah yang tercipta di antara kami seperti kehabisan waktu, ibarat pelangi yang datang setelah hujan, aku hanya bisa memandanginya tanpa bisa menyentuhnya. Hanya bisa mengaguminya setiap hari tanpa bisa memilikinya.Aku pesimis setiap mendengar ia menelvon seseorang yang ia cintai, cara bicaranya begitu hangat seperti sikapnya kepadaku, apakah itu kekasihnya? Dan aku yang tak ingin ikut campur urusan pribadinya menjadi sadar, bahwa aku tidak mungkin bisa menjadi seseorang yang dicintainya.
Aku hanya lawan perannya di atas panggung pertunjukkan, harus professional, harus menjaga perasaan penonton, tidak boleh terbawa perasaan atau akan terluka jika berharap kepadanya.
Aku …
Aku sangat mencintainya, namun aku terluka oleh harapan yang kubangun sendiri …
"Dinda, apa cuma satu saja koper kamu?" Suara Bara membuyarkan lamunanku pagi ini di halaman rumah Kyai Assidqi. Acara tahlilan 7 harian Abahnya Bara baru selesai kemarin malam, dan pagi ini aku harus ikut keluarga besarnya pergi ke Jogjakarta, untuk menemui Uminya Bara di sana.
Aku yang sejak tadi terus mengagumi Bara --yang tengah memasukan barang-barang ke bagasi mobil travel-- mendadak gugup.
"Ah, iya, Mas. Itu saja," jawabku cepat.
"Ngelamunin apa to, Nduk? Kok Bulik lihat, kamu sempat senyum-senyum sendiri dan tertegun mandangin suamimu?" Buliknya Bara tiba-tiba mengusap pundakku dari belakang dengan lembut. Membuatku tersipu.
Aku pun tersenyum dan menoleh ke arah wanita itu. "Ah, endak, Bulik," jawabku gugup.
Paklik dan beberapa keponakan Bara seketika jadi gaduh.
"Cielah, pengantin baru mah gemeshh ya tingkahnya? Diam-diam saling memandangi dengan tertegun! Beda nih sama saya yang udah nikah tahunan, mandangin istri lama-lama rasanya malah mules," celetuk Pakliknya Bara, seorang lelaki kurus berkumis tebal.
"Ish, apasih, Pakne? Dulu juga aku kan sempat kau puji-puji!" Bulik menimpali. "Emang dasar ya Pakne! Sekarang body-ku kayak buah semangka gini kan karena udah ngelahirin empat orang anakmu to?"
"Hahaha!" Suara keponakan Bara mendadak gaduh karena tertawa. "Tuh Pak, Mak! Lihat Bang Bara dan Mbak Yuma! Mereka romantis terus dari kemarin, nggak kayak kalian! Kayak kucing dan tikus!" Celetuk salah satu dari mereka. Membuatku hampir terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMIN YANG SAMA √ (Selesai - Epilog)
RomanceAYUMA SYAHIRA RUBY adalah gadis terpandang, putri seorang kyai ternama. Ia dijodohkan dengan JABBARA ALI ASSIDQI yang dingin dan tak menyentuhnya sama sekali. Seharusnya AYUMA bahagia karena meski ini adalah murni kehendak orang tua masing-masing, n...