EPILOG

818 57 6
                                    

Selamat siang, mari dilanjut ending wattpad AYS-nya ...

Jangan lupa tap bintangnya dulu ya, bakal ada info penting di bab berikutnya 🙏🙏🙏

Sudah di-tap, Mantemans?

Makasih ya

Selamat membaca!

~Ikko

❤❤❤

Semalam, setelah obrolanku dengan Umi Jasmine via telepon berakhir, aku jadi banyak belajar untuk lebih mencari sisi positif dari setiap kejadian yang kualami di hidup ini.

Masih kuingat dengan jelas betapa kekeuh-nya Umi Jasmine dalam penolakannya ketika dibujuk keluarga Bara di Jogja waktu itu. Pendiriannya tampak sangat kokoh, dan aku paham sekali perasaannya waktu itu, ia trauma dengan sikap suaminya selama ini, hal yang justru ia lampiaskan juga ke Bara yang tak tahu apa-apa.

Namun, sekeras-kerasnya batu pasti terkikis juga melalui sebuah proses, sekalipun dengan tetesan air yang terus menerus mengalirinya. Dan tetesan air itu kuibaratkan sebuah doa, doa dan pengharapan besar yang terus terlantun, bukan hanya doaku saja, namun juga doa semua keluarga Bara yang menginginkan Umi Jasmine pulang ke Surakarta.

Allah mendengarkan doa kami …

Dan mungkin akulah perantaranya, agar aku sekalian belajar, bahkan tentang hal terberat di hidupku, menanggung cinta mendalam terhadap Bara.

Jika Allah mengizinkan, aku yakin suatu hari Bara akan memahami perasaanku, bahwa cintaku kepadanya tidak terkira besar dan tulusnya.

Suatu hari nanti ia akan tahu, dan meski pengarapan ini begitu menyakitkan, aku masih menginginkan dia mempunyai rasa yang sama terhadapku.

Siang ini aku turun dari taksi yang berhenti di depan rumah Bara, aku ingin mengambil beberapa keperluan di kamarku sebelum lanjut pergi ke butik.

Rumah yang sangat sepi, batinku sambil mengingat ucapan Bara kemarin bahwa ia sudah berangkat ke luar kota pagi tadi.

Aku sengaja tak memberitahunya dulu perihal rencana kedatangan Umi Jasmine, aku hanya tak ingin mengganggu fokusnya dulu yang sedang banyak tugas di luar kota.

Klek!

Akhirnya aku memasuki rumah luas ini dan entah kenapa ada sisi hampa tersendiri di hatiku karena kali ini tanpa Bara di sisiku.

Dahiku tiba-tiba mengernyit …

Melihat ruang tengah yang begitu berantakan dan banyak barang berserakan di lantai. Layar TV jatuh ke lantai, kursi-kursi terbalik dan patah, gelas-gelas pecah dan pecahannya berserakan dimana-mana.

Astagfirullah!

Aku kaget bukan main karenanya, aku lantas mundur, khawatir di rumah ini sedang ada perampok atau semacamnya. Namun kemudian …

Ada Bulik dan Pakliknya Bara muncul dari arah dapur membawa sapu dan keranjang sampah penuh pecahan kaca.

Bulik tampak menangis.

"Assalamu'alaikum, Bulik, Paklik," sapaku yang jadi ikut bersedih melihat rona mereka. "Ada apa ini, Bulik? Siapa yang melakukan ini semua?"

"Ayuma …." Bulik tampak meletakkan tong sampahnya dan berjalan ke arahku lalu memelukku. Beliau terisak-isak dan terdengar menyayat hati. "Bara Nduk … Bara …"

AMIN YANG SAMA √ (Selesai - Epilog)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang