🌹🌹🌹
Selamat malam! Mari dilanjut! Jangan lupa tap bintangnya dulu, ya!
🌹🌹🌹
12. Membiasakan Diri
Sinar mentari menghangatkan tubuhku ketika aku mengelap pintu kaca di depan butik. Cerahnya pagi ini, secerah perasaanku yang seperti kembali di-charge karena tidur nyenyak semalaman.
Semalam, setelah sampai ke sini, aku langsung memesan makan malam via Hi-Food, makan malam ditemani tayangan reality show bertemakan marriage life di Youtube, mendesain pesanan gaun yang sudah di-list oleh dua asistenku. Menyicil detail-detail pada dua gaun pernikahan muslimah sambil mendengarkan shalawat. Chit-chat dengan Yuyun dan Alifa, membicarakan konsep, bahan, hingga mendengarkan masukan mereka.
Aku tidur jam 11 malam dengan shalawat merdunya Wafiq Azizah yang mengalun lembut pada tape di dekat tempat tidur. Lalu, terbangun subuh tadi dan langsung membuat minuman sereal sebelum akhirnya beberes seluruh ruangan butik.
"Beres deh," gumamku lega sambil menyesap udara segar pagi ini. "Tinggal menyirami tanaman," lanjutku yang segera bersiap mencari teko penyiram tanaman.
Shalawat Antassalam mengalun indah pada earbuds putih yang kukenakan, sengaja kupasang sebelah saja di telinga kanan karena aku juga sedang menikmati ocehan burung-burung liar pada deretan pohon besar di seberang jalan Putri Ayu.
Sambil sesekali bersenandung, aku terus menyirami tanaman-tanaman catalea dalam pot yang berderet di sepanjang teras.
Butik ini adalah tempat ternyaman bagiku untuk healing dari segala luka dan kegundahan hati, ketimbang di rumah Abi, bahkan rumahnya Bara yang mewahnya nggak ketulungan. Di sini lebih sederhana, namun aku merasa lebih tentram.
"Sayuuur!" Suara tukang sayur mengalun dari trotoar depan butik. Ah, itu dia Pakde Sulaiman, tukang sayur langgananku! Terkenal dengan nama Pakde Sule karena rambutnya panjang dan dicat merah, mirip komedian kondang.
"Beli, Pakde!" seruku yang lantas dibalas acungan jempol oleh pria pendorong gerobak penuh sayuran segar tersebut.
Oh iya, aku harus masak di rumah Bara! batinku lagi, seperti diingatkan. Aku pun segera menghabiskan air di teko untuk menyiram tanaman terakhir, yaitu lidah buaya, sebelum akhirnya bergegas menghadap ke tukang sayur tersebut.
"Nangdi wae, Mbak Yuma, ratau ketok kok-an? Tak kiro malah wis nikah njur diboyong mas bojo lho!"³
✨"Kemana aja, Mbak Yuma, nggak pernah kelihatan? Saya kira malah udah nikah dan diboyong suami lho!"³
Aku terkikik mendengar tebakan Pakde Sule yang bener. "Pripun to, Pakde? Kulo niku nembe makaryo keluar kota. Ngguyokke sanget njenengan niku, ngenjing tak undangi wisss nek kulo sampun bebrayan,"⁴ jawabku sekenannya, berbumbu sedikit dusta. Ya kali setelah semalam aku curhat sama Bayu, aku sembarangan curhat juga sama tukang sayur.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMIN YANG SAMA √ (Selesai - Epilog)
Storie d'amoreAYUMA SYAHIRA RUBY adalah gadis terpandang, putri seorang kyai ternama. Ia dijodohkan dengan JABBARA ALI ASSIDQI yang dingin dan tak menyentuhnya sama sekali. Seharusnya AYUMA bahagia karena meski ini adalah murni kehendak orang tua masing-masing, n...