AYUMA SYAHIRA RUBY adalah gadis terpandang, putri seorang kyai ternama. Ia dijodohkan dengan JABBARA ALI ASSIDQI yang dingin dan tak menyentuhnya sama sekali. Seharusnya AYUMA bahagia karena meski ini adalah murni kehendak orang tua masing-masing, n...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Surakarta, dua hari kemudian …
"Yuyun! Lifaaa!"
"Aw! Mbak Yumaaa!"
"Asik! Embak comeback!"
Siang ini aku mendatangi Syahira Fashion dan disambut dua asistenku dengan sukacita, mereka sampai memelukku erat-erat saking lamanya aku tidak nongol di butikku ini.
Kami pun lalu jadi duduk melingkar di sofa pada ruang tunggu butik karena mereka memang sedang rehat di jam makan siang.
Aku membawakan mereka gudeg Jogja dan kami pun menikmatinya bersama sambil mereka melempariku banyak pertanyaan tentang kepergianku.
Setelah tiba dari Jogjakarta semalam, aku memang tidak mengabari perjalananku ke banyak orang, aku hanya sempat pulang ke Ponpes Hidayatullah diantar Bara tadi pagi, menemui Abi dan Umi sekalian menyerahkan oleh-oleh dari kami.
Sebenarnya, tubuh dan pikiranku sangat lelah, namun demi menjaga perasaan Abi dan Umi, selanjutnya aku diajak Bara pulang ke rumahnya. Dia menyuruhku istirahat dan dia kembali ke rutinitasnya yang padat, hari ini ia ada acara di kampus.
"Cielah, yang ternyata pergi liburan ke Jogja," komentar Yuyun membuatku tersenyum. Senyuman getir.
Liburan ya? tanyaku dalam hati. Justru kepergian ke Jogja kemarin sedikit banyak telah membuat mood burukku menumpuk.
Saat kembali ke rutinitas lagi. Bukannya semakin semangat, aku malah terus kepikiran Bara yang tidak peka, dingin yang tak menyentuhku sama sekali.
Sebenarnya aku bisa saja pergi darinya, namun aku kasihan dengannya. Ternyata cinta serumit itu. Sosoknya telah terpatri di pikiran ini. Dan bukan salah dia juga aku jadi begini.
"Mbak Yuma, cerita dong, di sana ngapain aja? Sama siapa aja?" tanya Alifa sehabis melahap telur asin.
"Ya begitulah, Lifa, cuma ke pantai sama keluarga kok," sahutku sekenannya sambil membersihkan remah kerupuk udang di pangkuanku yang terbalut gamis hijau tosca berbahan adem.
Tatapanku lalu tertuju ke arah depan butik yang terbatasi jendela kaca lebar. Dahiku mengernyit, menemukan seseorang menepikan mobilnya di halaman.
