27. Aku Percaya Rencana-Nya

364 44 2
                                    

Selamat malam, mari dilanjut kisah Yuma dan Baranya ...

Jangan lupa tap bintangnya ya ...

Sudah?

Makasih ya ...

Selamat membaca!

~Ikko

🌹🌹🌹

Senja ini aku duduk pada kursi stainless di tepi ranjang tempat Bara dirawat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senja ini aku duduk pada kursi stainless di tepi ranjang tempat Bara dirawat. Di hari ke enamku di Gunung Kidul, aku masih merasa bersalah terhadap Bara. Namun, alhamdulillah Allah meng-ijabah doa-doaku. Bara kembali sadar setelah semalam dilakukan serangkaian penyuntikan obat detoks anti racun oleh Dokter Handoko.

Dan keadaannya semakin membahagiakanku karena senja ini Bara sudah bisa duduk dengan kaki diselonjorkan. Ia tengah makan buah jeruk yang aku kupaskan.

"Trims, Yuma," lirih Bara sambil menerima buah ke dua.

Kulihat kulit Bara sudah tak pucat lagi, rona wajahnya sudah cerah dan terlihat sehat.

Terima kasih ya, Allah, sudah mengobati kepanikan saya kemarin, ucapku dalam hati sambil terus mengamati wajah Bara. Tatapan Bara tampak menerawang ke arah jam dinding.

"Sama-sama."

"Terima kasih juga, sudah menjaga saya, bahkan menolong saya kemarin. Kamu pasti panik dan repot."

"Sudah jangan dipikirkan, Bara. Yang penting, jangan diulangi lagi ya."

Bara mengangguk. "Saya janji."

Hening. Kulihat ia terus mengunyah jeruk di tangannya dengan lahap.

"Malam itu saya hanya ingin menyendiri dengan berjalan-jalan ke pantai, saya ke sana naik ojek. Namun saya memergoki orang-orang yang sedang gitaran di tepi pantai dan saya diajak gabung, ternyata mereka sedang pesta minuman yang sudah dioplos, dan bodohnya saya mau dicekoki."

Aku mengangguk-angguk paham. "Korbannya banyak sekali lho itu. Tapi yang penting kamu selamat."

Bara menghela napas berat. "Saya berhutang nyawa dengan kamu, Yuma."

Aku hanya diam dan tatapanku ikut menerawang, mengingat gentingnya keadaan malam itu.

"Lalu bagaimana urusan dengan para polisinya, Yuma? Apakah saya akan ditahan setelah ini?"

Aku menggeleng. "Paklik kamu sudah mengurus semuanya tadi pagi, kamu hanya korban, Bara. Kamu hanya pendatang. Dan pria-pria yang pesta miras itu adalah warga lokal. Bahkan kabarnya ada yang meninggal," jawabku, meneruskan ucapan Paklik dan Bulik pagi tadi yang repot bolak-balik ke kantor polisi untuk melindungi Bara.

AMIN YANG SAMA √ (Selesai - Epilog)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang