Besok puasaaa! Yeay!
Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan, mohon maaf lahir fan batin dari author kece ini. Semoga puasa kita berkah yaa
Insyaallah nia bakal update malam aja, biar kalo ada bagian yang rada radanya readers ga dosa *eh sebenernya udah dosa ga sih?* pokoknya sih supaya puasanya ga keganggu ajaa
Oke deh. Happy reading ya!
Maafkan jika ada typo bertebaran --Mataku terbuka dan sekitarku masih gelap. Ku tolehkan kepala kiri kanan dan menyadari dari cahaya remang yang masuk ke kamarku bahwa aku tidak dikamarku sekarang. Oh ya, aku di Hongkong.
Kuraba sisi ranjang sebelah kananku untuk menggapai Aldo. Tapi semua terasa dingin. Bahkan bedcovernya terasa dingin. Ya Tuhan, apakah semalam hanya mimpi?
Saat dia datang tiba-tiba didepan rumah Angela, saat kami ke taman dan saling meminta maaf, saat dia membanggakanku didepan Lim, saat kami saling berbagi cerita tentang apa yang terjadi sebenarnya denganku dan malam pelepasan rindu itu. Semuanya hanya mimpi?
Ya Tuhan, betapa aku merindukan pria itu. Suamiku, untuk berada disini bersamaku sekarang.
Suaraku mulai terisak bersamaan air mata yang mengalir dikedua pelipisku. Ku angkat tanganku untuk menutup mulutku agar raunganku tidak terdengar sampai keluar sana. Ya ampun, rasanya sesak sekali merindukan seseorang sampai aku memimpikannya sebegitu rupa.
Pintu kamarku terbuka dan cahaya masuk darisana mengaburkan pandanganku terhadap siapa yang berdiri disana. Alfian?
"Sayang, kau bangun?"
Er, tunggu dulu. Itu bukan suara Alfian!
Aku bangkit untuk duduk dari tidur merengekku dan tepat saat itu selimut tebal yang kugunakan melorot menampakan bagian tubuhku yang polos tanpa sehelaipun benang disana. I'm totally naked.
"Hey, Jeje, kau kenapa?" tanyanya lagi kali ini diiringi pintu yang tertutup. Dia nyata, Aldoku nyata berada disini. Semuanya bukan mimpi.
Aku merentangkan tanganku menggapai-gapainya bagaikana Firsha minta gendong. Tangisku masih tak bisa berhenti, kali ini digantikan tangis kelegaanku. Aldo berjalan semakin cepat kearahku.
"Hey, hey tenang," katanya lagi langsung duduk ditengah ranjang dan memelukku.
"Jangan pergi," ucapku terbata. Kuusap air mata yang bandelnya masih jatuh juga.
"Aku hanya ke toilet sebentar. Kau kenapa sih? Mimpi buruk?"
Aku menggeleng didadanya. "Aku kira sehari kemaren adalah mimpi. Ternyata, kau benar-benar disini."
"Aku disini sayang." Aldo menepuk lenganku yang polos. Astaga, bahkan aku tidak sempat menarik selimut untuk menutupi ketelanjanganku tadi dan sekarang malah sudah berpelukan ria dengan Aldo yang juga shirtless. Wait! Aldo shirtless keluar kamar?!
"Mana bajumu?" tanyaku menjauhkan tubuh darinya. Dengan gerak cepat kututupi tubuhku dengan selimut tebal yang bertengger di perutku.
"Er, aku lupa kemana terbangnya semalam," jawabnya dengan cengengesan khasnya.
"Nanti kalau Angela lihat kau seperti itu gimana?" Okay, suaraku naik satu oktaf sekarang.
"Tunggu dulu, kau takut dia seperti Siti? Jangan aneh-aneh Jeje."
"Ya, kalau seandainya.."
"Sst, udah deh ya. Pikiranmu itu ngelantur. Sekarang sini, tidur. Besok kita pindah ke hotel supaya kau lebih nyaman." Aldo menarikku ke pelukkannya lagi. Lalu membawaku bersamanya rebah diatas ranjang.
Aku menghadap kearahnya dan kami tidur dalam posisi saling berpelukkan. Kuharap saat kubuka mata nanti dia benar-benar ada.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting Baby
Romancesequel : my A buat para readers setia yang nungguin ini, buat silent readers yang diam-diam nungguin ini dan buat haters yang ngejudge tapi nyatanya baca juga. mungkin ga semenarik di cerita awalnya, karena ini sequel dan bukan cerita mereka mencar...