10. Keyheart

13.5K 595 4
                                    

Selamat malam! Selamat solat taraweh muslim!
Nah ini part 10nya, jadi tinggal 5 part lagi!!

Hongkong Winterfestival!

Jujur saja, kedinginan yang ku rasakan sekarang menghilang begitu saja ketika Aldo membawaku kedaerah ini. Lampu-lampu yang menghiasi setiap sisi jalan dan berkerlap-kerlip menambah indahnya suasana malam. Pengunjung juga ramai, terlihat kebanyakan bukanlah orang oriental, melainkan kebanyakan berkulit putih.

"Ayo kesana!" seru Aldo tampak lebih bersemangat daripada aku. Aku mengikutinya yang sudah menggandengku menuju sebuah tempat karnaval. Beberapa toko beratapkan kerucut warna warni. Ada juga yang dilesehkan saja. Warna merah kebanyakan memenuhi pandanganku.

"Mau main apa?" tanyanya padaku saat mataku menelusuri seluruh permainan kecil-kecilan yang dibuat di karnaval ini. "Kau mau main apa?" tanyaku balik.

Aldo tampak berfikir sebentar dengan mata mencari-cari apa yang bisa dimainkannya. "Nah itu!" Aldo menyeretku pada sebuah kedai permainan menembak bebek.

Aldo mencoba berbincang dengan si pemilik permainan, sayangnya kami berdua sama-sama tidak mengerti bahasa China, jadilah kami mencoba menerka-nerka apa yang dikatakan olehnya.

Akhirnya setelah cukup lama untuk menebak apa yang bapak itu bilang, ah kami berdua memang payah, kami menyimpulkan pemain hanya boleh menembak tiga kali, jika tidak mengenai sasaran maka pemain kalah. Tapi selama 3 kali pemain mengenai sasaran, kami berhak mendapat satu boneka.

Aldo mulai bermain. Hingga empat kali pembayaran, Aldo belum juga berhasil menjatuhkan lawannya.

"Udah, nyerah aja kenapa sih Al," kataku sudah tertawa lepas dari tadi. Konyol, mengeluarkan banyak uang cuma demi dapat boneka. Padahal kalau beli bisa ditoko boneka kan?

"Diem deh," jawabnya mulai gusar kutertawakan. Dia mengangkat pistol airnya lagi dan mengancang-ancang untuk menembak. Aku tertawa lagi. Ini seriusan kenapa ngotot banget sih?

Dan pletak! Aldo berhasil!

Aku menoleh padanya dengan mulutku yang sudah menganga lebar melihat keberhasilannya. Dia menaik turunkan alisnya sambil tersenyum miring, gantian mengejekku. Ish, anak-anak!

Aldo menunjuk satu boneka dan si bapak mengambilkannya. Aldo mengucapkan terima kasih dalam bahasa China sambil menganggukan kepalanya sedikit.

"Nih." Disodorkannya boneka bebek padaku. "Mirip sekali denganmu," katanya lagi sambil merangkulku meninggalkan kedai tadi.

"Kok aku disamakan dengan bebek?" tanyaku cemberut.

"Nah, itu sama." Aldo menunjuk bibirku yang manyun beberapa senti. "Ributnya juga sama."

"Ih sialan!" Ku pukul perutnya dengan boneka bebek itu. Aldo hanya tertawa dan menggiringku lagi ke tempat permainan selanjutnya.

"Seriously hun? You're not kid anymore," ucapku saat melihat Aldo berhenti di kedai menangkap ikan. "Yeah hun, we are not," jawabnya menekankan kata 'kita'. Gosh, maksudnya?

Belum selesai aku berfikir, Aldo menarikku dan membuatku berjongkok bersamanya. Dikeluarkannya uang untuk membayar permainan ini. Lalu si bapak memberikan dua buah jaring plastik dan dua ember kepada kami.

"Pakainya hati-hati. Jangan sampai plastiknya jebol," katanya memperingati. Ku putar bola mataku. Itu aku juga tau!

"Nah, ayo bertanding. Yang menang bisa minta apapun malam ini!" katanya lagi sebelum mulai menangkap ikan. What? What? Ceritanya lagi tanding?

Dalam satu menit, jaringku jebol lima buah dan Aldo baru satu. Sialnya, dia bermain dengan sabar dan aku terlalu bersemangat sehingga akulah yang kalah. Dia tertawa puas mendapati kekalahanku. Aku hanya menyipit kepadanya membuatnya semakin tertawa parah.

Waiting BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang