Cuplikan BIL

14.4K 402 1
                                    

"Hai Bil!" sapaku padanya yang menutupi wajah tampannya dengan buku. Dia melirikku sebentar lalu kembali tenggelam dengan buku itu. Ku tarik satu kursi disebelahnya dan duduk disana. Ikut membaca buku yang dibacanya walaupun aku tidak akan paham. Toh kelas kami berbeda tingkat.

"Selalu ya Bil, waktu istirahat digunain buat ke perpustakaan."

"Nah lo, selalu ganggu gue," desisnya. Aku bukan sakit hati, tapi malah tertawa.

"Siapa suruh ga mau pacaran sama aku? Kalau kamu pacaran sama aku, aku janji ga bakal ganggu lagi deh."

"Serah lo deh Bil," jawabnya malas. Aku terkekeh dan mengambil posisi nyaman dibahunya. Menidurkan kepalaku disana.

"Aku ngantuk Bil. Nanti kalau jam masuk, bangunin ya?"

Tidak ada jawaban. Aku memilih memejamkan mataku dan terbang ke alam mimpi.

***

Bunda memelukku, lalu digantikan oleh Ayah. Mereka mengucapkan selamat jalan padaku dan beberapa pesan lagi. Kemudian aku beralih pada Briana, adikku itu memelukku manja. Aku mengusap kepalanya.

Setelah berpamitan sama Bunda, Ayah dan Briana, aku mundur perlahan. Menjauh dari keluargaku itu.

Tapi, shit! Mataku masih liar mencari keberadaannya, berharap dia ada disini sekarang.

"Tunggu apa lagi? Cepetan masuk!" teriak bunda dari tempatnya. Aku menghembuskan nafas pelan. Mengulaskan senyum pada keluargaku dan berbalik.

Shit, anak itu benar-benar marah dan tidak datang.

"Bil!" Aku berbalik. Tersenyum, mendapati dia yang terengah, mungkin habis berlari kesini. Dia berdiri menahan tubuhnya dengan menumpu tangannya di lutut.

"Gue kira lo ga bakal datang," kataku. Dia mengangkat wajahnya dan menggeleng. Setelah nafasnya teratur, dia berjalan kearahku dengan langkah pelan.

"Bil, baik-baik disana, jangan nakal, ingat moral, jangan free sex!"

"Hus, apaan sih!"

Kudengar kekehan dari balik tubuh Nabila. Baru kusadari, Liam berdiri disana. Mendapati pendangan dinginku, Liam mengangkat tangannya dan berbalik menemui keluargaku. Entah apa yang dia katakan, tapi Bunda dan Ayah malah ikut pergi meninggalkanku dan Nabila berdua.

"Sini," kataku sambil merentangkan tangan. Nabila tampak ragu, "boleh?"

Aku tertawa tidak percaya. Gadis ini polos atau bagaimana sih?

Kutarik tubuhnya kedalam pelukanku. Menghirup aromanya dalam-dalam. Gadis kecilku dan selamanya akan begitu. Adik pertamaku sebelum Briana ada.

"Bil, I will miss you," bisiknya didadaku. Aku mengangguk di puncak kepalanya. "Dan aku serius tentang pesan ku tadi."

"Iya bawel!"

"Tambah lagi nih. Rajin belajar, cepat pulang, balas setiap emailku!"

"Cerewet ah!"

Nabila memukul dadaku dan menjauhkan kepalanya dariku. Mendongak menatapku yang lebih tinggi darinya. "Kalau kamu nemu cewek disana, kabarin aku ya?"

"Jangan bikin ribut sekarang deh Bil."

Nabila ketawa. Memutus kontak matanya dariku, menggelengkan kepalanya berulang kali.

"Kenapa? Apa lagi?" tanyaku bingung. Dia mengangkat wajahnya yang menunduk.

"Hmm, aku mau minta satu permintaan lagi," katanya ragu.

"Apa?" tanyaku mengeratkan pelukanku di pinggangnya. Entah kenapa tanganku nyaman berada disana.

"May I kiss you?" Wajah Nabila memerah, bahkan sampai ketelinganya. Aku mengerutkan kening bingung mengolah permintaan gadis itu. Oke, tarik kata-kataku yang mengatakannya polos tadi!

"Oke, ga boleh ga papa kok," ucapnya berusaha mengendurkan pelukanku. Dialihkannya wajahnya dari wajahku. Tapi dengan cekatan, kuraih dagunya dan kembali membuatnya menatapku lagi.

"It will look like incest, sorry." Aku nenunduk dan mengecup bibirnya. Dia menutup matanya terlihat menikmati kecupan ringanku. Beberapa detik kemudian aku melepaskan ciuman ringan itu dan mendapati wajahnya yang semakin memerah. "Makasih," katanya.

Aku tersenyum. Sedikit tidak rela, melepaskannya dari pelukanku. Dia menatapku, masih sama dengan tatapan sebelumnya, memujaku.

Aku melangkah mundur dan ketika akan berbalik, Nabila mengucapkan sesuatu dengan gerak bibirnya tanpa suara.

"I love you, Bil."

#upadate18July15!

Waiting BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang