12. Tower

13.3K 588 5
                                    

Ada yang pergi taraweh? Mungkin ada yang lagi ga bisa taraweh, halangan atau lagi dijalan, sini dulu ditemenin Aldo sama Jeje :D

Aku bergerak sedikit dan merasakan tubuhku kaku. Nyeri ditanganku juga terasa berdenyut hebat. Aku meringis ketika membalikkan posisiku yang meringkuk menjadi terlentang.

"Are you okay?" tanya Aldo yang mungkin terbangun karena pergerakanku.

"I'm not okay!" kataku ogah-ogahan. Badanku pegal semua!

"Shh, maafkan aku," katanya sambil menopang kepalanya dengan sebelah tangannya.

"Telat banget!" Aku mencibir. "Jatah hari ini tidak ada!"

"Eh, kok gitu?"

"Tunggu aku baikan dulu!"

"Hm, tidak masalah. Hari ini kita ke spa dan pijat. Mau?" Aldo menaik turunkan alisnya berulang kali. Aku mendengus sebal. Bagaimana menolaknya kalau ini adalah tawaran menarik?

"Terserahlah!"

"Good!" Aldo bangkit dan memberikanku morning kiss lalu pergi ke kamar mandi.

Uh, badanku benar-benar pegal semua!

***

Aku menatap ke luar jendela yang menampakan sebagian besar hongkong di The Peak, salah satu most wanted place yang termasuk daftar wajib pendatang di Hongkong untuk berwisata. Disini bisa berbelanja dan bersantap ria. Dan sekarang aku sedang menunggu suamiku yang berdiri didepan barista, memesankan kopi buat kami. Secangkir kopi panas memang kedengaran lebih menarik dimusim dingin seperti ini.

"Cantik ya?" Suara berat itu terdengar dari belakangku. Tidak perlu menoleh, karena aku tau dan kenal betul siapa pemilik suara itu.

Kursi disebelahku berderit karna ditarik. Hitungan detik seseorang sudah mendudukinya setelah dia meletakan dua cangkir kopi di meja.

"Banget!" jawabku sambil menyandarkan kepalaku ke bahunya. Perlahan, dia juga menyandarkan kepalanya di puncak kepalaku. "Kayaknya asik juga kalau kita tinggal selamanya disini," tambahku lagi.

"Ngasal. Kafe kita mau diapain?"

Aku terkekeh. "Bercanda sayang."

Kuraih green tea late yang masih mengepul diatas meja. Menggenggam cangkirnya dengan kedua tanganku sehingga mengirimkan panas dari dinding cangkir ke telapak tanganku. Rasanya menyenangkan. Aku jadi terbayang mie rebus panas dan selimut dirumah. Ditambah kasur empuk dan Aldo yang memelukku seharian. Hem, sempurna sekali!

"Setelah ini jadi ke spa?" tanya Aldo mengingatkan tujuan utama kami kesini. Tadi pagi, kami memang berencana mencari tempat spa atau refleksi di daerah The Peak ini, tapi ketika menemukan kafe kopi disini membuat minatku lebih besar daripada spa. Tiba-tiba saja keinginanku untuk dipijit hilang seketika. Aku malah menyeret Aldo kesini. Terlebih ketika aku menemukan tempat duduk dengan view cantik yang langsung menghadap sebagian besar Hongkong. Rasanya mau berlama-lama saja disini.

"Hei, ditanya malah ngelamun Je." Aldo menggerakan bahunya menyadarkanku bahwa aku belum menjawab pertanyaannya tadi. Dia menoleh ke arahku sebentar lalu kembali melihat pemandangan kota Hongkong.

"Melihat pemandangan ini sudah bikin badanku tidak pegal lagi Al."

"Jadi, pijitnya batal?" tanyanya memastikan.

"Batal deh," jawabku sebelum melanjutkan, "tapi kita shopping ya?"

Aldo meneguk expressonya sebentar sebelum menjawab pertanyaanku. Aku mendongak dan melihatnya masih terdiam. "Sayang?"

Waiting BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang