Haaaaaaai
Kembali kepada niapiardani, sipenulis iseng-iseng yang munculin ceritanya di wattpad. Karena keisengan ini alhamdulillah ada yang suka hihi.
Ada yang nunggu sequel my A? Saya harap masih ada yaaa
Nah, buat yang kangen Aldo Jeje, yang pensaran sama Olivia, yang kesel sama Alfian, mungkin bisa baca ini buat mengetahui jalan cerita selanjutnya dari mereka berempat. Selamat membaca!
***
'Aku belajar dari kau yang dewasa, aku yang masih anak-anak ini butuh dirimu yang bisa mendewasakanku.'Rasanya alarm sudah berbunyi untuk kedua kalinya. Tapi mataku masih berat untuk dibuka. Bunyi weker itu akhirnya berhenti. Seseorang jelas-jelas mematikannya. Tapi bukan aku. Ah, biar sajalah. Aku bisa melanjutkan tidurku kalau begitu.
Kutarik selimut tebal yang menutupi seluruh badanku hingga ujung daguku. Semakin menenangkan setelah tangan hangat yang kokoh melingkar di perutku. Tangan yang sama yang mematikan weker tadi. Dia menenggelamkan wajahnya dirambutku dan menghirupnya pelan.
"Pagi sayang." Dikecupnya pelipisku pelan. Aku hanya bisa bergumam tanda merespon sapaannya. "Sudah berapa hari tidak mencuci rambutmu? Bau!"
Aku mendengus lalu menusuk perut sexinya denga sikuku. "Jangan ganggu. Aku masih mengantuk."
Dia malah semakin menguatkan pelukannya, merapatkan tubuhnya pada punggungku. "Tapi bukannya Mom akan datang pagi ini?"
Astaga! Aku baru ingat sialan!
Mataku terbuka sepenuhnya dan langsung bangkit.
"Au! Hati-hati sayang!" geramnya karena tanpa sengaja sikuku mengenai dagunya. Uh, aku tau itu pasti sakit. Buktinya sekarang dia mengusap dagunya yang ditumbuhi bulu tipis.
"Kau juga bangun bodoh! Aku tidak mau Mom melihat kita masih dikamar," kataku sambil memakai kaosnya yang kudapat di lantai. Entah bagaimana setiap pagi kamar kami pasti akan berantakan karena semalam habis berperang. Yah, jangan tanya semengerikan apa perang kami. Karena ini bukan perang yang seperti ditelevisi.
Pria itu menggumam tidak jelas lalu merebahkan kepalanya kembali. Ah, suami sialan!
"Aldo bangun!" Aku menarik tangannya kasar.
"Oke. Astaga, punya istri kenapa bawel sekali."
"Makanya jangan bandel. Ayo bantu aku masak!" Hell yeah, aku masih wanita yang belum bisa masak apa-apa. Berterima kasih banyaklah diriku pada pria ini, suami sekaligus koki yang bisa kuandalkan untuk urusan dapur.
Aldo bangkit dan berjalan keluar kamar duluan. Tidak peduli dengan penampilannya yang aut-autan, walaupun dimataku dia terlihat seksi. Uh, suami seksiku.
Aku menyusulnya ke dapur. Aldo sudah berada didapur dan memakai apron abu-abu miliknya. Ya ampun ini semakin seksi saja. Pria bertelanjang dada dan hanya memakai celana panjang kainnya, memakai apron. Mempertontonkan lekukan punggungnya yang telanjang, berwarna kecoklatan, bertato ukiran kupu-kupu namaku dibahu kanannya dan sedikit berkeringat. Apa lagi tali apron yang menggantung di leher dan pinggangnya. Shit, aku ingin sekali mencium seluruh inci tubuhnya sekarang.
Well, dua tahun menikah dengannya tidak pernah membuatku bosan. Bahkan lebih sering membuat duniaku berwarna. Setiap harinya ada saja kelucuan yang dibuat oleh Aldo atau bahkan kerusuhan yang kami buat. Aku bersyukur pria ini adalah Aldo, bukan Alfian, ataupun pria lainnya.
"Melamun heh?" suara Aldo membuatku tersadar dari kekagumanku atas suami sendiri. Aldo tengah menatapku dengan tangan kirinya masih memegang mangkuk besar dan tangan kanan memegang sendok kayu besar. Mengocok sesuatu, yang mungkin bahan makanan, dengan gerakan cepat.
"Ayo sini bantu aku masak," katanya lagi. Aku terkekeh geli lalu bangkit dari kursi bar di pantri. Berjalan kearahnya. Saat aku berada didepannya, dia langsung memberikan mangkuk dan sendok besar itu padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting Baby
Romancesequel : my A buat para readers setia yang nungguin ini, buat silent readers yang diam-diam nungguin ini dan buat haters yang ngejudge tapi nyatanya baca juga. mungkin ga semenarik di cerita awalnya, karena ini sequel dan bukan cerita mereka mencar...