"Nee Yachi-chan, apa kau pernah merasakan yang namanya jatuh cinta?"
"Ehh? Etoo ... tidak pernah,"
"Souka,"
"Apa (y/n)-san pernah merasakannya?"
"Tidak pernah juga,"
Demikian percakapan singkat para gadis polos yang belum mengenal apa itu cinta, harta, dan pria.
(Y/n) menghela napas. Pikirannya berkecamuk tentang masa mudanya yang di luar ekspektasi. Harapannya untuk segera menemukan tambatan hati di SMA kandas. Tidak ada satupun pemuda yang ditaksir. Pun demikian tidak ada satupun pemuda yang mendekatinya karena sifatnya yang tertutup.
Suara bel masukkan berbunyi. (Y/n) menutup kotak bekalnya yang sudah habis.
"Aku harus kembali kelas. Kau juga, Yachi-chan."
"Ha'i. Jaa nee ... (Y/n)-san. Besok ayo makan siang bersama lagi di sini."
"Baiklah,"
(Y/n) melambaikan tangannya seiiring kepergian gadis berkuncir miring itu. Ia juga meninggalkan bangku taman tak lama setelahnya.
°°°
Suasana sekolah hari ini jauh lebih sepi dari biasanya. Sayang sekali hari ini (y/n) harus memakan bekalnya sendirian karena Yachi teman satu-satunya itu tidak bisa menemani.
Yahh. Dia bisa memaklumi. Semenjak Yachi memilih masuk klub voli dan menjadi manager di sana, dia jadi tidak memiliki waktu luang.
Yachi terlihat sangat sibuk bahkan mereka semakin jarang bertemu karena kelas mereka pun berbeda. Yachi masuk ke dalam 1-5, salah satu kelas unggulan yang tidak mungkin ada dia didalamnya karena dirinya berotak pas-pasan.
Sekarang jurang pemisah antara dia dan Yachi semakin terlihat. (Y/n) semakin merendah. Tak kala ia melihat Yachi dengan Kiyoko yang terlihat semakin akrab, ia sudah memutuskan untuk tidak lagi ikut campur. Temannya itu- ah tidak, teman satu-satunya yang dia miliki juga sudah memiliki teman lain yang jauh lebih baik darinya. Rasanya seperti tersingkirkan secara perlahan.
"Oyaa oyaa! Gadis manis sedang apa sendirian di atas atap? Apa kau kesepian? Dengan senang hati kami akan menemani mu."
(Y/n) tersentak saat tiga orang pemuda dengan seragam dikeluarkan dan penampilan acak-acakan tiba-tiba muncul dari balik tangga. Gadis itu segera menegakan tubuh seraya memandang ketiganya dengan awas.
"Ada apa? Kau ketakutan? Jangan begitu dong. Kami tidak gigit loh," ucap salah satu dari mereka yang memiliki rambut merah dengan telinga yang penuh tindik.
"Jangan begitu dong Toru, kau membuatnya takut. Lihat, badannya sampai bergetar begitu."
(Y/n) terus melangkah mundur. Selain karena tidak biasa berdekatan dengan laki-laki, mereka yang ada di depannya terlihat sangat berbahaya.
"Aree ... Sudah mau pergi? Temanin kami disini dulu sebentar."
"Lepas!" Berontak (y/n) saat tangannya di cengkram kuat oleh pemuda yang berperawakan paling besar.
Selain jelek. Ketiga manusia itu juga menjijikkan.
"Ku bilang lepas!"
(Y/n) menonjok wajah pemuda yang mencengkram tangannya.
"Akhhh!"
Pemuda itu meringis. Merasakan pipinya yang berdenyut akibat tangan mungil yang memukul wajahnya barusan. Ia melepaskan tangan (y/n).
Tanpa membuang kesempatan. (Y/n) segera berlari melewati celah-celah dari pemuda yang mengepungnya. Ia hampir lolos jika salah satu dari merasa tidak menarik kerah bajunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐫𝐢𝐜𝐞𝐥𝐞𝐬𝐬 // [ᴛꜱᴜᴋɪꜱʜɪᴍᴀ ᴋᴇɪ x ʀᴇᴀᴅᴇʀ] END
Novela Juvenil[ Anime story ke 4 ] Berawal dari pertemuan tak sengaja antara Tsukishima Kei, seorang middle blocker di klub voli Karasuno, dengan seorang gadis biasa bermarga Shinohara. Entah mengapa pertemuan awal keduanya tak bisa di katakan baik-baik saja. Kei...